Harga Minyak Naik Setelah Serangan Kapal Tanker Memicu Ketegangan Timteng

Senin, 17 Juni 2019 - 13:18 WIB
Harga Minyak Naik Setelah Serangan Kapal Tanker Memicu Ketegangan Timteng
Harga Minyak Naik Setelah Serangan Kapal Tanker Memicu Ketegangan Timteng
A A A
SINGAPURA - Harga minyak mentah naik pada perdagangan Senin (17/6/2019), setelah Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo mengatakan Washington akan mengambil tindakan yang diperlukan untuk melindungi aktivitas kapal tanker di Timur Tengah.

Kamis pekan lalu, dua kapal tanker milik Norwegia dan Jepang ditembak di Teluk Oman dan berdekatan dengan wilayah Selat Hormuz di Iran. Melansir dari Reuters, Arab Saudi menyerukan tindakan cepat untuk mengamankan pasokan energi di wilayah Teluk dan menyalahkan Iran atas serangan terhadap dua kapal tanker tersebut.

Ketegangan di Timur Tengah ini membuat harga minyak mentah Brent International naik 26 sen atau 0,4% menjadi USD62,27 per barel pada pukul 03:14 GMT. Harga minyak Brent telah naik 1,1% sejak Jumat. Adapun harga minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI) naik 17 sen atau 0,3% ke level 52,68 per barel.

Harga minyak telah melonjak 4,5% pada Kamis setelah serangan terhadap dua kapal tanker di dekat Selat Hormuz Iran. Ini merupakan kali kedua dalam sebulan, kapal tanker diserang di zona terpenting dunia untuk pasokan minyak. Sehingga memicu ketegangan antara Washington dan Teheran.

Harga minyak mentah telah melonjak sebanyak 4,5% pada hari Kamis setelah serangan terhadap dua kapal tanker minyak di dekat Iran dan Selat Hormuz.

Ketegangan antara Iran dan Amerika Serikat telah meningkat sejak Presiden AS Donald Trump menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran sejak tahun lalu. Bahkan Trump melakukan sanksi ekonomi dan sanksi ekspor atas minyak Negeri Mullah. Iran pun memperingatkan akan memblokir Selat Hormuz jika tidak bisa menjual minyaknya karena sanksi AS.

"Ketegangan yang meningkat di Timur Tengah membuat para pedagang khawatir akan gangguan pasokan dan bisa membuat harga semakin naik," kata Benjamin Lu, seorang analis bursa berjangka di Phillip Futures di Singapura.

Selain ketegangan di Timteng, harga minyak akan meningkat setelah Menteri Energi Arab Saudi, Khladi al-Falih yang mengatakan akan terus melakukan perpanjangan pembatasan produksi minyak pada pertemuan OPEC di Wina, Austria, pada Juli depan.

Sebelumnya, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak bersama Rusia dan produsen lainnya, aliansi yang dikenal sebagai OPEC +, memiliki kesepakatan untuk memangkas produksi minyak sebesar 1,2 juta barel per hari mulai 1 Januari. Pakta itu berakhir bulan ini dan OPEC + akan bertemu pada Juli mendatang untuk memutuskan langkah selanjutnya, apakah tetap memperpanjang pemangkasan produksi atau tidak.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.1329 seconds (0.1#10.140)