Pertamina-Saudi Aramco Cari Solusi Bangun Kilang Cilacap
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah menegaskan kerjasama pembangunan Kilang Cilacap antara PT Pertamina dan Saudi Armaco tetap berlanjut. Saat ini, Pertamina bersama Saudi Aramco tengah mencari solusi bagi kedua belah pihak.
"Pertamina dan Saudi Aramco sepakat untuk melanjutkan kerjasamanya dalam menyiapkan pengembangan Kilang Cilacap," ujar Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan, di Jakarta, Rabu (19/6/2019).
Keberlanjutan kerjasama pembangunan Kilang Cilacap telah disepakati di sela acara G20 di Karuizawa, Jepang, baru-baru ini. Hadir pada pertemuan tersebut, Menteri BUMN Rini Soemarno, Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar dan Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati.
Kepala Biro Komunikasi Layanan Informasi Publik dan Kerjasama Kementerian ESDM, Agung Pribadi, menyatakan kedua pihak sepakat untuk bersama-sama melibatkan reputable financial advisor sebagai valuator ketiga dalam rangka finalisasi valuasi dan skema kerjasama.
"Kedua pihak sepakat untuk menunjuk valuator-nya, lalu kedua valuator memilih valuator ketiga. Ini win-win solution bagi kedua belah pihak," ungkap Agung.
Hal senada dikatakan Vice President Corporate Communication Pertamina, Fajriyah Usman. Fajriyah mengatakan kedua pihak sepakat untuk bersama-sama melibatkan reputable financial advisor dalam rangka finalisasi valuasi dan skema kerjasama. Hal ini penting untuk menjamin kerjasama pengembangan Kilang Cilacap akan menguntungkan bagi kedua belah pihak.
"Kami menyambut baik kesepakatan ini, semoga menjadi win-win solution yang dapat diterima oleh kedua belah pihak dan mempercepat dimulainya pengembangan Kilang Cilacap," ujar Fajriyah.
Fajriyah menambahkan, Joint Venture Development Agreement antara Pertamina dengan Saudi Aramco yang tengah berjalan saat ini, sedianya akan berakhir di akhir Juni 2019. Namun dengan kesepakatan ini akan diperpanjang sampai akhir September 2019.
"Dengan demikian, valuasi dan skema kerjasama antara Pertamina dengan Aramco untuk kilang Cilacap harus selesai dalam tiga bulan ke depan," imbuhnya.
Sebagaimana diketahui, kerjasama Pertamina dengan Saudi Aramco di Refinery Development Master Plan (RDMP) Cilacap yang digagas sejak tahun 2014, belum berjalan karena terhambat perbedaan nilai valuasi antara kedua belah pihak. Selanjutnya, pemerintah akan membentuk tim gabungan dari Kementerian BUMN, Kementerian ESDM, Kementerian Keuangan, dan Pertamina.
Dalam melaksanakan tugasnya, tim tersebut akan didampingi oleh BPKP dan Jamdatun untuk memastikan seluruh proses yang dijalankan sesuai dengan aspek GCG dan peraturan perundangan yang berlaku.
Pengembangan Kilang Cilacap merupakan bagian dari enam proyek RDMP dan New Grass Root Refinery (NGRR). Pengembangan ini untuk meningkatkan kapasitas produksi bahan bakar minyak Pertamina, dari saat ini sekitar 1 juta barel per hari menjadi sekitar 2 juta barel per hari (bph).
Keenam proyek tersebut adalah RDMP Cilacap, RDMP Balikpapan, RDMP Balongan, RDMP Dumai, NGRR Tuban dan NGRR Bontang. Selain meningkatkan kapasitas kilang, kualitas produk yang dihasilkan pun akan lebih baik yaitu mencapai standar EURO V yang lebih ramah lingkungan.
"Pertamina dan Saudi Aramco sepakat untuk melanjutkan kerjasamanya dalam menyiapkan pengembangan Kilang Cilacap," ujar Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan, di Jakarta, Rabu (19/6/2019).
Keberlanjutan kerjasama pembangunan Kilang Cilacap telah disepakati di sela acara G20 di Karuizawa, Jepang, baru-baru ini. Hadir pada pertemuan tersebut, Menteri BUMN Rini Soemarno, Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar dan Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati.
Kepala Biro Komunikasi Layanan Informasi Publik dan Kerjasama Kementerian ESDM, Agung Pribadi, menyatakan kedua pihak sepakat untuk bersama-sama melibatkan reputable financial advisor sebagai valuator ketiga dalam rangka finalisasi valuasi dan skema kerjasama.
"Kedua pihak sepakat untuk menunjuk valuator-nya, lalu kedua valuator memilih valuator ketiga. Ini win-win solution bagi kedua belah pihak," ungkap Agung.
Hal senada dikatakan Vice President Corporate Communication Pertamina, Fajriyah Usman. Fajriyah mengatakan kedua pihak sepakat untuk bersama-sama melibatkan reputable financial advisor dalam rangka finalisasi valuasi dan skema kerjasama. Hal ini penting untuk menjamin kerjasama pengembangan Kilang Cilacap akan menguntungkan bagi kedua belah pihak.
"Kami menyambut baik kesepakatan ini, semoga menjadi win-win solution yang dapat diterima oleh kedua belah pihak dan mempercepat dimulainya pengembangan Kilang Cilacap," ujar Fajriyah.
Fajriyah menambahkan, Joint Venture Development Agreement antara Pertamina dengan Saudi Aramco yang tengah berjalan saat ini, sedianya akan berakhir di akhir Juni 2019. Namun dengan kesepakatan ini akan diperpanjang sampai akhir September 2019.
"Dengan demikian, valuasi dan skema kerjasama antara Pertamina dengan Aramco untuk kilang Cilacap harus selesai dalam tiga bulan ke depan," imbuhnya.
Sebagaimana diketahui, kerjasama Pertamina dengan Saudi Aramco di Refinery Development Master Plan (RDMP) Cilacap yang digagas sejak tahun 2014, belum berjalan karena terhambat perbedaan nilai valuasi antara kedua belah pihak. Selanjutnya, pemerintah akan membentuk tim gabungan dari Kementerian BUMN, Kementerian ESDM, Kementerian Keuangan, dan Pertamina.
Dalam melaksanakan tugasnya, tim tersebut akan didampingi oleh BPKP dan Jamdatun untuk memastikan seluruh proses yang dijalankan sesuai dengan aspek GCG dan peraturan perundangan yang berlaku.
Pengembangan Kilang Cilacap merupakan bagian dari enam proyek RDMP dan New Grass Root Refinery (NGRR). Pengembangan ini untuk meningkatkan kapasitas produksi bahan bakar minyak Pertamina, dari saat ini sekitar 1 juta barel per hari menjadi sekitar 2 juta barel per hari (bph).
Keenam proyek tersebut adalah RDMP Cilacap, RDMP Balikpapan, RDMP Balongan, RDMP Dumai, NGRR Tuban dan NGRR Bontang. Selain meningkatkan kapasitas kilang, kualitas produk yang dihasilkan pun akan lebih baik yaitu mencapai standar EURO V yang lebih ramah lingkungan.
(ven)