Pertagas: Kawasan Musi Banyuasin Strategis untuk Bisnis Gas
A
A
A
JAKARTA - PT Pertamina Gas (Pertagas) menandatangani Nota Kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) Sinergi Pengembangan Kilang LPG Jambi Merang bersama PT Petro Muba di Jakarta, Rabu (19/6/2019).
Bupati Musi Banyuasin, Dodi Reza Alex Noerdin, mengatakan Musi Banyuasin (Muba) merupakan sebuah lumbung gas, bukan hanya di Sumatra, tetapi juga di Indonesia.
"Kami melihat bahwa pemanfaatan dari gas ini harus lebih termonetisasi, didukung oleh kebutuhan LPG domestik yang besar. Sinergi ini merupakan inisiatif kami dari daerah untuk menekan impor LPG," ujar Dodi Reza Alex Noerdin.
Dodi melanjutkan pihaknya merasa senang karena bisa bersinergi dan berkolaborasi dengan Pertagas yang memiliki expertise dan pengalaman di bidang ini. Pertagas juga meyakini bahwa sinergi dengan daerah ini sangat baik. "Maka alhamdulillah hari ini nota kesepahaman antar Pertagas dan Petro Muba bisa ditandatangani."
Senada, Direktur Utama Pertagas, Wiko Migantoro, menerangkan bahwa Pertagas melihat Musi Banyuasin merupakan daerah penghasil gas terbesar di Indonesia selain di Kalimantan Timur. "Jambi Merang sangatlah kaya akan gas dan bisa diekstrak. Apabila kita membuka kilang minyak dan pabrik disana, tentunya serapan tenaga kerjanya banyak dan aktivitasnya bagus," tambahnya.
Dodi menjelaskan bahwa ada rencana berkelanjutan dari pengembangan kilang minyak ini. Bukan hanya untuk membangun kilang LPG, tandasnya, pihak daerah ingin membangun Musi Banyuasin sebagai lumbung gas yang besar, dimana selama ini gasnya mengalir ke Singapura, Jawa, Bali, dan wilayah lainnya.
"Muba sebagai bumi yang memiliki gas, didukung oleh expertise dari Pertagas, saya harap proyek ini bisa diwujudkan segera. Dari proyek ini saja, bisa diprediksi bahwa PAD akan meningkat. Kami tidak bisa mengandalkan dana bagi hasil saja seperti sebelum proyek ini, karena cash flow tidak bisa diprediksi," ungkap Dodi.
Dodi menjelaskan bahwa Muba sedang disiapkan sebagai daerah interlane dan energi tersebut berada di tengah-tengah, yaitu Muba. Tanpa harus mendeklarasikan Muba yang mengandalkan perkebunan dan energi sebagai Kawasan Industri, pihak daerah ingin membangun infrastruktur Muba menjadi golden triangle yang dihubungkan oleh jalur timur dan tengah Sumatra.
"Di dalam segitiga inilah akan dibangun kilang gas, pembangkit listrik tenaga gas, dan pabrik kelapa sawit untuk industri hilir. Kami merencanakan Muba sebagai kawasan industri berbasis energi," tutup Dodi.
Bupati Musi Banyuasin, Dodi Reza Alex Noerdin, mengatakan Musi Banyuasin (Muba) merupakan sebuah lumbung gas, bukan hanya di Sumatra, tetapi juga di Indonesia.
"Kami melihat bahwa pemanfaatan dari gas ini harus lebih termonetisasi, didukung oleh kebutuhan LPG domestik yang besar. Sinergi ini merupakan inisiatif kami dari daerah untuk menekan impor LPG," ujar Dodi Reza Alex Noerdin.
Dodi melanjutkan pihaknya merasa senang karena bisa bersinergi dan berkolaborasi dengan Pertagas yang memiliki expertise dan pengalaman di bidang ini. Pertagas juga meyakini bahwa sinergi dengan daerah ini sangat baik. "Maka alhamdulillah hari ini nota kesepahaman antar Pertagas dan Petro Muba bisa ditandatangani."
Senada, Direktur Utama Pertagas, Wiko Migantoro, menerangkan bahwa Pertagas melihat Musi Banyuasin merupakan daerah penghasil gas terbesar di Indonesia selain di Kalimantan Timur. "Jambi Merang sangatlah kaya akan gas dan bisa diekstrak. Apabila kita membuka kilang minyak dan pabrik disana, tentunya serapan tenaga kerjanya banyak dan aktivitasnya bagus," tambahnya.
Dodi menjelaskan bahwa ada rencana berkelanjutan dari pengembangan kilang minyak ini. Bukan hanya untuk membangun kilang LPG, tandasnya, pihak daerah ingin membangun Musi Banyuasin sebagai lumbung gas yang besar, dimana selama ini gasnya mengalir ke Singapura, Jawa, Bali, dan wilayah lainnya.
"Muba sebagai bumi yang memiliki gas, didukung oleh expertise dari Pertagas, saya harap proyek ini bisa diwujudkan segera. Dari proyek ini saja, bisa diprediksi bahwa PAD akan meningkat. Kami tidak bisa mengandalkan dana bagi hasil saja seperti sebelum proyek ini, karena cash flow tidak bisa diprediksi," ungkap Dodi.
Dodi menjelaskan bahwa Muba sedang disiapkan sebagai daerah interlane dan energi tersebut berada di tengah-tengah, yaitu Muba. Tanpa harus mendeklarasikan Muba yang mengandalkan perkebunan dan energi sebagai Kawasan Industri, pihak daerah ingin membangun infrastruktur Muba menjadi golden triangle yang dihubungkan oleh jalur timur dan tengah Sumatra.
"Di dalam segitiga inilah akan dibangun kilang gas, pembangkit listrik tenaga gas, dan pabrik kelapa sawit untuk industri hilir. Kami merencanakan Muba sebagai kawasan industri berbasis energi," tutup Dodi.
(ven)