ADB Kucurkan Pinjaman untuk Bangun Infrastruktur Sulteng
A
A
A
JAKARTA - Asian Development Bank (ADB) telah menyetujui pemberian pinjaman USD297,75 juta untuk rehabilitasi dan rekonstruksi infrastruktur pekerjaan umum dan transportasi di Sulawesi Tengah (Sulteng), yang tahun lalu dilanda gempa berkekuatan 7,4 dengan ribuan korban jiwa serta hancurnya harta benda dan penghidupan.
“ADB terus berkomitmen membantu warga Sulawesi Tengah untuk bangkit kembali selepas bencana. Pinjaman ini akan membantu pemerintah melaksanakan rencana induknya untuk melakukan rehabilitasi dan pemulihan berdasarkan prinsip ‘membangun kembali secara lebih baik," ujar Vijay Padmanabhan, Direktur ADB untuk Divisi Pembangunan Perkotaan dan Air untuk Asia Tenggara di Jakarta, Rabu (26/6/2019).
Gempa bumi di Sulawesi Tengah pada September 2018 menimbulkan longsor, tsunami, dan likuifaksi tanah yang berdampak terhadap lebih dari 1,4 juta jiwa di daerah tersebut. Bencana tersebut merenggut nyawa 2.018 orang, melukai 4.438 orang, dan menjadikan 200.000 orang kehilangan tempat tinggalnya. Lebih dari 1.300 orang dinyatakan hilang.
Menurut perkiraan pemerintah, kerugian ekonomi dari bencana tersebut mencapai USD1,7 miliar, sebagian besar karena kerusakan parah terhadap perumahan, pasokan air, irigasi, jalan, jembatan, bandar udara, dan infrastruktur pelabuhan.
Pembiayaan baru ini mencakup dua komponen. Komponen pertama akan membantu pemerintah membangun, merehabilitasi, dan meningkatkan fasilitas pendidikan dan pemasok air, termasuk pengolahan dan distribusi air, sesuai dengan standar ketahanan bencana yang lebih baik.
Komponen ini juga akan meningkatkan infrastruktur sumber daya air di Provinsi Sulawesi Tengah dengan membangun kembali sistem irigasi Gumbasa, meningkatkan sistem pemasok air baku PASIGALA, dan membangun struktur pelindung pantai guna mencegah erosi lebih lanjut dan banjir pasang atau rob. Komponen tersebut juga akan mencakup pemasangan instrumen hidrometeorologis untuk mengelola aliran air di sepanjang daerah aliran sungai.
Komponen yang kedua akan membantu rehabilitasi dan rekonstruksi infrastruktur bandar udara dan pelabuhan guna meningkatkan keamanan dan mendorong perkembangan ekonomi provinsi ini. Secara khusus, pinjaman tersebut akan merehabilitasi pelabuhan yang rusak di Pantoloan, Donggala, dan Wani, meningkatkan kapasitas operasi, serta mendukung pembuatan rencana tanggap darurat pada masing-masing pelabuhan itu.
Pinjaman ini juga akan membiayai perbaikan dan rekonstruksi landasan pacu dan terminal di Bandar Udara Mutiara Sis Al Jufri di Palu dengan rancangan yang tahan bencana, serta memperkuat kesiapsiagaan bencananya.
Sebelum pembiayaan yang baru ini, ADB telah menyetujui pinjaman bantuan darurat USD500 juta bagi Lombok dan Sulawesi Tengah pada bulan November 2018 guna mendukung kegiatan pemulihan jangka pendek sesegera mungkin, termasuk penyediaan tempat tinggal dan sekolah sementara, serta bantuan penghidupan.
Pada Oktober 2018, ADB juga menyetujui hibah USD3 juta, yang dibiayai dari Asia Pacific Disaster Response Fund, untuk membantu korban bencana. Pekerjaan rehabilitasi dan rekonstruksi melalui pembiayaan baru ini akan dikoordinasikan dengan pemerintah dan para mitra pembangunan.
ADB berkomitmen mencapai Asia dan Pasifik yang makmur, inklusif, tangguh, dan berkelanjutan, serta terus melanjutkan upayanya memberantas kemiskinan ekstrem. Pada 2018, ADB memberikan komitmen pinjaman dan hibah baru senilai USD21,6 miliar. Didirikan pada 1966, ADB dimiliki oleh 68 anggota dimana 49 di antaranya berada di kawasan Asia dan Pasifik.
“ADB terus berkomitmen membantu warga Sulawesi Tengah untuk bangkit kembali selepas bencana. Pinjaman ini akan membantu pemerintah melaksanakan rencana induknya untuk melakukan rehabilitasi dan pemulihan berdasarkan prinsip ‘membangun kembali secara lebih baik," ujar Vijay Padmanabhan, Direktur ADB untuk Divisi Pembangunan Perkotaan dan Air untuk Asia Tenggara di Jakarta, Rabu (26/6/2019).
Gempa bumi di Sulawesi Tengah pada September 2018 menimbulkan longsor, tsunami, dan likuifaksi tanah yang berdampak terhadap lebih dari 1,4 juta jiwa di daerah tersebut. Bencana tersebut merenggut nyawa 2.018 orang, melukai 4.438 orang, dan menjadikan 200.000 orang kehilangan tempat tinggalnya. Lebih dari 1.300 orang dinyatakan hilang.
Menurut perkiraan pemerintah, kerugian ekonomi dari bencana tersebut mencapai USD1,7 miliar, sebagian besar karena kerusakan parah terhadap perumahan, pasokan air, irigasi, jalan, jembatan, bandar udara, dan infrastruktur pelabuhan.
Pembiayaan baru ini mencakup dua komponen. Komponen pertama akan membantu pemerintah membangun, merehabilitasi, dan meningkatkan fasilitas pendidikan dan pemasok air, termasuk pengolahan dan distribusi air, sesuai dengan standar ketahanan bencana yang lebih baik.
Komponen ini juga akan meningkatkan infrastruktur sumber daya air di Provinsi Sulawesi Tengah dengan membangun kembali sistem irigasi Gumbasa, meningkatkan sistem pemasok air baku PASIGALA, dan membangun struktur pelindung pantai guna mencegah erosi lebih lanjut dan banjir pasang atau rob. Komponen tersebut juga akan mencakup pemasangan instrumen hidrometeorologis untuk mengelola aliran air di sepanjang daerah aliran sungai.
Komponen yang kedua akan membantu rehabilitasi dan rekonstruksi infrastruktur bandar udara dan pelabuhan guna meningkatkan keamanan dan mendorong perkembangan ekonomi provinsi ini. Secara khusus, pinjaman tersebut akan merehabilitasi pelabuhan yang rusak di Pantoloan, Donggala, dan Wani, meningkatkan kapasitas operasi, serta mendukung pembuatan rencana tanggap darurat pada masing-masing pelabuhan itu.
Pinjaman ini juga akan membiayai perbaikan dan rekonstruksi landasan pacu dan terminal di Bandar Udara Mutiara Sis Al Jufri di Palu dengan rancangan yang tahan bencana, serta memperkuat kesiapsiagaan bencananya.
Sebelum pembiayaan yang baru ini, ADB telah menyetujui pinjaman bantuan darurat USD500 juta bagi Lombok dan Sulawesi Tengah pada bulan November 2018 guna mendukung kegiatan pemulihan jangka pendek sesegera mungkin, termasuk penyediaan tempat tinggal dan sekolah sementara, serta bantuan penghidupan.
Pada Oktober 2018, ADB juga menyetujui hibah USD3 juta, yang dibiayai dari Asia Pacific Disaster Response Fund, untuk membantu korban bencana. Pekerjaan rehabilitasi dan rekonstruksi melalui pembiayaan baru ini akan dikoordinasikan dengan pemerintah dan para mitra pembangunan.
ADB berkomitmen mencapai Asia dan Pasifik yang makmur, inklusif, tangguh, dan berkelanjutan, serta terus melanjutkan upayanya memberantas kemiskinan ekstrem. Pada 2018, ADB memberikan komitmen pinjaman dan hibah baru senilai USD21,6 miliar. Didirikan pada 1966, ADB dimiliki oleh 68 anggota dimana 49 di antaranya berada di kawasan Asia dan Pasifik.
(akr)