BI Targetkan Pertumbuhan Kredit Perbankan Capai 15%
A
A
A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) menargetkan pertumbuhan kredit perbankan terus meningkat dalam tiga hingga empat tahun mendatang. BI menargetkan pertumbuhan kredit perbankan mencapai 15% di tahun 2022 mendatang.
Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial BI, Juda Agung, mengatakan target tersebut didukung oleh kebijakan makroprudensial yang akomodatif sehingga memberi ruang meningkatkan pertumbuhan kredit. Optimalisasi penyaluran kredit akan berkontribusi terhadap perekonian Indonesia.
"Sebenarnya ekonomi domestik masih perlu didorong, terlihat dari pertumbuhan kredit yang terus alami penurunan dari tahun ke tahun. 3-4 tahun ke depan masih perlu didorong karena siklusnya pertumbuhan kredit masih di bawah," ujar Juda Agung dalam diskusi Kebijakan Makroprudensial, Rabu (26/6/2019).
Nah, untuk mendorong pertumbuhan kredit perbankan, BI akan melonggarkan likuiditas bagi perbankan dan mendorong perbankan menyalurkan likuiditas ke masyarakat melalui kredit, ketimbang perbankan membeli obligasi.
"Kami terus mengawasi penyaluran kredit ini. Kami harapkan kredit disalurkan ke sektor produktif dan sektor yang berorientasi ekspor," jelasnya.
Dengan ini, diharap pertumbuhan kredit mengalami pertumbuhan dari tahun ke tahun. Pasalnya, angka credit to GDP gap Indonesia masih rendah, sekitar 35%-36% dibanding China yang sudah mendekati 200%.
Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial BI, Juda Agung, mengatakan target tersebut didukung oleh kebijakan makroprudensial yang akomodatif sehingga memberi ruang meningkatkan pertumbuhan kredit. Optimalisasi penyaluran kredit akan berkontribusi terhadap perekonian Indonesia.
"Sebenarnya ekonomi domestik masih perlu didorong, terlihat dari pertumbuhan kredit yang terus alami penurunan dari tahun ke tahun. 3-4 tahun ke depan masih perlu didorong karena siklusnya pertumbuhan kredit masih di bawah," ujar Juda Agung dalam diskusi Kebijakan Makroprudensial, Rabu (26/6/2019).
Nah, untuk mendorong pertumbuhan kredit perbankan, BI akan melonggarkan likuiditas bagi perbankan dan mendorong perbankan menyalurkan likuiditas ke masyarakat melalui kredit, ketimbang perbankan membeli obligasi.
"Kami terus mengawasi penyaluran kredit ini. Kami harapkan kredit disalurkan ke sektor produktif dan sektor yang berorientasi ekspor," jelasnya.
Dengan ini, diharap pertumbuhan kredit mengalami pertumbuhan dari tahun ke tahun. Pasalnya, angka credit to GDP gap Indonesia masih rendah, sekitar 35%-36% dibanding China yang sudah mendekati 200%.
(ven)