Pertumbuhan Kekayaan Miliarder Prancis Tercepat di Dunia
A
A
A
PARIS - Prancis sedang panen orang kaya. Teranyar, negeri tersebut memiliki 14 miliarder yang terdaftar di dalam Bloomberg Billionaire Index dengan kombinasi kekayaan bersih sekitar USD78 miliar. Jumlah tersebut naik sekitar 35%, terhitung sejak 31 Desember 2018. Kenaikan tersebut dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan miliarder China, yakni sekitar 17% dan Amerika Serikat (AS) 15%.
Selain Prancis, miliarder juga bermekaran di sejumlah negara Asia, dalam hal ini Thailand, Singapura, dan Jepang. Kekayaan bersih miliarder Thailand naik sekitar 33%, Singapura 31%, dan Jepang 24%. Negara yang memiliki miliarder kurang dari dua tidak dihitung. Misal miliarder asal Nigeria, Aliko Dangote, yang mengalami kenaikan kekayaan sekitar 60%.
Pebisnis barang-barang mewah asal Prancis seperti Bernard Arnault, Francois Pinault, dan Francoise Bettencourt Meyers telah memimpin kenaikan di Prancis dengan kombinasi kekayaan USD53 miliar. Penawaran terhadap barang mewah dari China tetap kuat, meski dibayangi ketidakpastian akibat perang dagang.
Saham LVMH milik Arnault melonjak naik sebesar 45% tahun ini, terbaik kedua di dalam daftar bursa saham CAC 40 Index. Kenaikan itu sekaligus membawa Arnault menjadi sentimiliarder pada bulan lalu bersama Jeff Bezos dan Bill Gates. Mereka menjadi tiga orang yang memiliki kekayaan USD100 miliar.
Arnault kini memiliki kekayaan USD100,4 miliar atau lebih dari 3% ekonomi Prancis. Fenomena ini sekaligus menunjukkan bagaimana kesenjangan kekayaan di Prancis sangat lebar. Dia menguasai separuh dari saham LVMH melalui perusahaan holding keluarga dan juga memiliki 97% saham Christian Dior.
Di tengah perang dagang antara AS dan China, pembeli tas Louis Vuitton dan konyak Hennessy, yang memperkuat label LVMH, justru semakin meningkat. Seperti dilansir Reuters, LVMH menyatakan masih percaya diri bisnisnya akan terus naik di tengah kekhawatiran pasar China yang melemah.
Investor patut cemas konsumen dari China, pasar utama LVMH, akan mengalami penurunan. Sampai pertengahan tahun ini, kekhawatiran tersebut tidak terbukti. Permintaan produk mewah dari China justru naik. “Kami sangat percaya diri pada 2019 akan memiliki awal yang baik. Tapi tidak sepenuhnya,” kata Arnault.
Arnault mengungkap penjualan Louis Vuitton mencapai 10 miliar euro pada 2018. Louis Vuitton pun menjadi label terbesar di dunia di samping Chanel dan Gucci milik Kering. LVMH meraih pendapatan USD15,64 miliar pada periode Oktober hingga Desember 2018. Adapun pertumbuhan penjualannya naik 9%.
Dengan kekayaan yang tinggi, Arnault diminta banyak pihak untuk berkomitmen menyumbangkan sebagian hartanya, seperti yang dilakukan Bill Gates melalui Bill & Melinda Gates Foundation yang menyumbang lebih dari USD35 miliar. Sumbangan yang dikeluarkan Arnault dinilai lebih bersifat sensasional.
Arnault, 70, dan keluarganya merupakan salah satu taipan yang berjanji akan menyumbang lebih dari USD650 juta untuk merekonstruksi Katedral Notre Dame pada April lalu yang rusak akibat terbakar. Dia juga mendukung Louis Vuitton Foundation for Creation yang didirikan pada 2006 dengan investasi USD140 juta.
Arnault masuk dalam bisnis barang mewah setelah LVMH dijual Boussac, pemilik Christian Dior dan Le Bon Marche, karena hampir bangkrut pada 1984. Dia mengumpulkan uang dari penjualan saham perusahaan demi menguasai LVMH pada 1988. Pada 1989, Arnault menjadi pemegang saham terbesar LVMH.
Sebelas tahun kemudian, nilai LVMH meningkat 15 kali lipat. Arnault juga menguasai 70 label terkenal lainnya seperti Givenchy, Guerlain, Marc Jacobs, Sephora, Emilio Pucci, Fendi, Loro Piana, Nicholas Kirkwood, Thomas Pink, EDUN, Moynat, dan Donna Karen. Dia juga berinvestasi di Netflix dan Blue Capital.
Kenaikan jumlah orang kaya di Prancis di sisi lain melebarkan kesenjangan sosial. Pada awal tahun ini, misalnya, muncul unjuk rasa menuntut kenaikan gaji dan pensiun. Isu yang muncul bahwa warga kelas atas Prancis kian hari kian kaya, bahkan kekayaannya bertambah tercepat dibandingkan negara lain dalam enam bulan terakhir.
Thailand Melesat
Kenaikan di Thailand dipimpin Charoen Sirivadhanabhakti, pendiri dan chairman TCC Group, sebuah konglomerat real estate, dan Sarath Ratanavadi, pemegang saham dan CEO Gulf Energy Development Pcl. Kekayaan Sirivadhanabhakti naik sebesar USD4 juta menjadi USD16,5 miliar setelah sahamnya naik sekitar 38%.
Kekayaan Gates dan Bezos juga terus membengkak. Gates meraih USD9,5 miliar pada tahun lalu hingga memiliki kekayaan lebih dari USD100 miliar. Sementara itu, Bezos saat ini memiliki kekayaan USD119 miliar. Namun, nilai kekayaannya diprediksi menurun akibat adanya kasus perceraian termahal dengan istrinya.
Mackenzie Bezos yang telah menjadi istri Bezos selama 25 tahun mendapatkan pembagian harta gana-gini senilai USD66 miliar. Dia memiliki kekayaan lebih dari USD100 miliar sejak 2017 silam. Tahun lalu saja dia mendapatkan keuntungan USD20,7 miliar. Rumah Bezos di Washington merupakan properti terbesar.
Sejauh ini selama 2019, harta orang terkaya di Prancis tumbuh paling cepat sebesar 34,6%. Posisi Prancis diikuti Thailand dengan kenaikan 32,7%, kemudian Singapura 30,6%, Jepang 24,2%, dan Denmark 23,7%. (Shamil)
Selain Prancis, miliarder juga bermekaran di sejumlah negara Asia, dalam hal ini Thailand, Singapura, dan Jepang. Kekayaan bersih miliarder Thailand naik sekitar 33%, Singapura 31%, dan Jepang 24%. Negara yang memiliki miliarder kurang dari dua tidak dihitung. Misal miliarder asal Nigeria, Aliko Dangote, yang mengalami kenaikan kekayaan sekitar 60%.
Pebisnis barang-barang mewah asal Prancis seperti Bernard Arnault, Francois Pinault, dan Francoise Bettencourt Meyers telah memimpin kenaikan di Prancis dengan kombinasi kekayaan USD53 miliar. Penawaran terhadap barang mewah dari China tetap kuat, meski dibayangi ketidakpastian akibat perang dagang.
Saham LVMH milik Arnault melonjak naik sebesar 45% tahun ini, terbaik kedua di dalam daftar bursa saham CAC 40 Index. Kenaikan itu sekaligus membawa Arnault menjadi sentimiliarder pada bulan lalu bersama Jeff Bezos dan Bill Gates. Mereka menjadi tiga orang yang memiliki kekayaan USD100 miliar.
Arnault kini memiliki kekayaan USD100,4 miliar atau lebih dari 3% ekonomi Prancis. Fenomena ini sekaligus menunjukkan bagaimana kesenjangan kekayaan di Prancis sangat lebar. Dia menguasai separuh dari saham LVMH melalui perusahaan holding keluarga dan juga memiliki 97% saham Christian Dior.
Di tengah perang dagang antara AS dan China, pembeli tas Louis Vuitton dan konyak Hennessy, yang memperkuat label LVMH, justru semakin meningkat. Seperti dilansir Reuters, LVMH menyatakan masih percaya diri bisnisnya akan terus naik di tengah kekhawatiran pasar China yang melemah.
Investor patut cemas konsumen dari China, pasar utama LVMH, akan mengalami penurunan. Sampai pertengahan tahun ini, kekhawatiran tersebut tidak terbukti. Permintaan produk mewah dari China justru naik. “Kami sangat percaya diri pada 2019 akan memiliki awal yang baik. Tapi tidak sepenuhnya,” kata Arnault.
Arnault mengungkap penjualan Louis Vuitton mencapai 10 miliar euro pada 2018. Louis Vuitton pun menjadi label terbesar di dunia di samping Chanel dan Gucci milik Kering. LVMH meraih pendapatan USD15,64 miliar pada periode Oktober hingga Desember 2018. Adapun pertumbuhan penjualannya naik 9%.
Dengan kekayaan yang tinggi, Arnault diminta banyak pihak untuk berkomitmen menyumbangkan sebagian hartanya, seperti yang dilakukan Bill Gates melalui Bill & Melinda Gates Foundation yang menyumbang lebih dari USD35 miliar. Sumbangan yang dikeluarkan Arnault dinilai lebih bersifat sensasional.
Arnault, 70, dan keluarganya merupakan salah satu taipan yang berjanji akan menyumbang lebih dari USD650 juta untuk merekonstruksi Katedral Notre Dame pada April lalu yang rusak akibat terbakar. Dia juga mendukung Louis Vuitton Foundation for Creation yang didirikan pada 2006 dengan investasi USD140 juta.
Arnault masuk dalam bisnis barang mewah setelah LVMH dijual Boussac, pemilik Christian Dior dan Le Bon Marche, karena hampir bangkrut pada 1984. Dia mengumpulkan uang dari penjualan saham perusahaan demi menguasai LVMH pada 1988. Pada 1989, Arnault menjadi pemegang saham terbesar LVMH.
Sebelas tahun kemudian, nilai LVMH meningkat 15 kali lipat. Arnault juga menguasai 70 label terkenal lainnya seperti Givenchy, Guerlain, Marc Jacobs, Sephora, Emilio Pucci, Fendi, Loro Piana, Nicholas Kirkwood, Thomas Pink, EDUN, Moynat, dan Donna Karen. Dia juga berinvestasi di Netflix dan Blue Capital.
Kenaikan jumlah orang kaya di Prancis di sisi lain melebarkan kesenjangan sosial. Pada awal tahun ini, misalnya, muncul unjuk rasa menuntut kenaikan gaji dan pensiun. Isu yang muncul bahwa warga kelas atas Prancis kian hari kian kaya, bahkan kekayaannya bertambah tercepat dibandingkan negara lain dalam enam bulan terakhir.
Thailand Melesat
Kenaikan di Thailand dipimpin Charoen Sirivadhanabhakti, pendiri dan chairman TCC Group, sebuah konglomerat real estate, dan Sarath Ratanavadi, pemegang saham dan CEO Gulf Energy Development Pcl. Kekayaan Sirivadhanabhakti naik sebesar USD4 juta menjadi USD16,5 miliar setelah sahamnya naik sekitar 38%.
Kekayaan Gates dan Bezos juga terus membengkak. Gates meraih USD9,5 miliar pada tahun lalu hingga memiliki kekayaan lebih dari USD100 miliar. Sementara itu, Bezos saat ini memiliki kekayaan USD119 miliar. Namun, nilai kekayaannya diprediksi menurun akibat adanya kasus perceraian termahal dengan istrinya.
Mackenzie Bezos yang telah menjadi istri Bezos selama 25 tahun mendapatkan pembagian harta gana-gini senilai USD66 miliar. Dia memiliki kekayaan lebih dari USD100 miliar sejak 2017 silam. Tahun lalu saja dia mendapatkan keuntungan USD20,7 miliar. Rumah Bezos di Washington merupakan properti terbesar.
Sejauh ini selama 2019, harta orang terkaya di Prancis tumbuh paling cepat sebesar 34,6%. Posisi Prancis diikuti Thailand dengan kenaikan 32,7%, kemudian Singapura 30,6%, Jepang 24,2%, dan Denmark 23,7%. (Shamil)
(nfl)