Kejar Proyek 35.000 MW, Tujuh Pembangkit Listrik Beroperasi Tahun Ini
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah berkomitmen akan terus mengejar pembangunan pembangkit proyek 35.000 megawatt (MW). Sekretaris Ditjen Ketenagalistrikan Munir Ahmad mengatakan hingga akhir tahun ini ada tujuh pembangkit program 35.000 MW yang akan beroperasi.
Adapun ketujuh pembangkit tersebut antara lain PLTU Kalsel dengan kapasitas 100 MW, PLTA Air Putih berkapasitas 21 MW, PLTSa Sukawinatan berkapasitas 0,5 MW, PLTMG Maumere berkapasitas 40 MW, PLTU Jawa 7 berkapasitas 1000 MW dan PLTU Jawa 8 berkapasitas 1000 MW.
“Kita juga berharap tahun ini masuk PLTP Lumut Balai 55 MW. Diharapkan bisa COD pada Agustus 2019,” kata dia di Gedung Ditjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Jakarta Selasa (2/7/2019).
Diakui olehnya jika program 35.000 MW dibangun dengan kombinasi PLTU. Pihaknya beralasan pembangunan PLTU diharapkan mampu memberikan harga listrik terjangkau kepada masyarakat. “Program pembangkit listrik 35.000 MW memang kombinasi PLTU. Kita ingin harga listrik dapat terjangkau karena kalau melihat harga sekarang pakai batu bara,” tandas dia.
Sebagaimana dinetahui, per 15 Juni 2019 proyek pembangkit telah memasuki tahap operasi (Comercial Operation Date/COD) mencapai sekitar 10% atau sebesar 3.617 MW. Untuk progres pembangkit yang sedang konstruksi sekitar 57 persen atau sebesar 20.119 MW.
Sedangkan pembangkit yang telah terkontrak (Power Purchase Agreement/PPA) sekitar 27% atau 29.515 MW. Sedangkan progres pembangkit masuk proses pengadaan sekitar 4% atau 1.453 MW dan tahap perencanaan mencapai sekitar 2% yang setara 734 MW.
Adapun ketujuh pembangkit tersebut antara lain PLTU Kalsel dengan kapasitas 100 MW, PLTA Air Putih berkapasitas 21 MW, PLTSa Sukawinatan berkapasitas 0,5 MW, PLTMG Maumere berkapasitas 40 MW, PLTU Jawa 7 berkapasitas 1000 MW dan PLTU Jawa 8 berkapasitas 1000 MW.
“Kita juga berharap tahun ini masuk PLTP Lumut Balai 55 MW. Diharapkan bisa COD pada Agustus 2019,” kata dia di Gedung Ditjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Jakarta Selasa (2/7/2019).
Diakui olehnya jika program 35.000 MW dibangun dengan kombinasi PLTU. Pihaknya beralasan pembangunan PLTU diharapkan mampu memberikan harga listrik terjangkau kepada masyarakat. “Program pembangkit listrik 35.000 MW memang kombinasi PLTU. Kita ingin harga listrik dapat terjangkau karena kalau melihat harga sekarang pakai batu bara,” tandas dia.
Sebagaimana dinetahui, per 15 Juni 2019 proyek pembangkit telah memasuki tahap operasi (Comercial Operation Date/COD) mencapai sekitar 10% atau sebesar 3.617 MW. Untuk progres pembangkit yang sedang konstruksi sekitar 57 persen atau sebesar 20.119 MW.
Sedangkan pembangkit yang telah terkontrak (Power Purchase Agreement/PPA) sekitar 27% atau 29.515 MW. Sedangkan progres pembangkit masuk proses pengadaan sekitar 4% atau 1.453 MW dan tahap perencanaan mencapai sekitar 2% yang setara 734 MW.
(akr)