Pariwisata Banyuwangi Meningkat, Program Kemenpar Goes to Campus Jadi Solusi Ciamik
A
A
A
BANYUWANGI - Pelatihan Dasar SDM Kepariwisataan Goes to Campus (GTC) yang digelar Kemenpar di Politeknik Negeri Banyuwangi, Rabu (3/7), berlangsung sukses. Peserta tampak antusias mengikuti jalannya acara, dari awal hingga penutup.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi, M. Yanuar Bramuda mengatakan, arah pengembangan pariwisata di Banyuwangi sejalan dengan kebijakan Presiden Jokowi. Pariwisata masuk dalam prioritas pembangunan daerah.
“Kini, Banyuwangi menjelma menjadi kota festival. Ada 99 event yang akan digelar tahun ini, yang kesemuanya terangkum dalam ‘Majestic Banyuwangi 2019’. Dari total event tersebut, tiga diantaranya masuk dalam 100 Event Wonderful Indonesia,” ujarnya.
Menurutnya, untuk mengembangkan sektor pariwisata, terlebih dahulu perlu menentukan destinasi utama kemudian membangun destinasi hinterland. Dalam hal ini, Banyuwangi memiliki ‘The Triangle Diamond’, yaitu Kawah Ijen, Pantai Plengkung, dan Sukamade.
“Yang perlu ditekankan, pengembangan sektor pariwisata tidak hanya urusan mendatangkan wisatawan untuk meraih manfaast ekonomi. Tetapi termasuk mengkonsolidasikan infrastruktur budaya, lingkungan hidup, humanisme, dan membentuk perilaku manusia,” ungkapnya.
Untuk menjaga konsep geoparknya, ke depan Kawah Ijen tidak lagi mass tourism. Namun diberlakukan pembatasan kuota kunjungan wisatawan dengan system booking online. Khususnya untuk pendakian setiap harinya.
Deputi Bidang Industri dan Kelembagaan Kemenpar, Ni Wayan Giri Adnyani menyatakan, pariwisata Banyuwangi terus berkembang dan menunjukkan hasil yang membanggakan. Secara bertahap, tiga unsur utama pariwisata yang digagas Menpar Arief Yahya juga digarap dengan maksimal. Yaitu atraksi, aksesibilitas, dan amenitas, atau yang biasa disebut 3A.
“Pesona alam Banyuwangi semakin memikat banyak wisatawan. Jumlah kunjungan turis pun terus meningkat dari tahun ke tahun. Selain ‘The Triangle Diamond’, Banyuwangi juga memiliki banyak destinasi lain. Termasuk gelaran festival budaya,” ungkapnya.
Ni Wayan Giri menambahkan, sejak tahun 2014, Banyuwangi bahkan sudah mencatat prestasi Triple Growth. Ini jelas sebuah hal yang membanggakan dan wajib untuk terus ditingkatkan.
Asisten Deputi Pengembangan SDM Pariwisata dan Hubungan Antarlembaga Kemenpar Wisnu Bawa Tarunajaya menambahkan, Pemerintah Banyuwangi memiliki rencana pengembangan Wisata Kaki Gunung Ijen. Ini dilakukan untuk rebranding kawasan tersebut. Selain sebagai destinasi wisata alam, wisata olah raga alam, juga sebagai destinasi wisata seni budaya.
Rencana tersebut juga untuk memprakarsai dibangunnya Taman Gandrung Terakota dengan konsep rawat ruwat seni budaya Banyuwangi, yang dilengkapi dengan instalasi seni patung terakota. Kemudian menyelenggarakan pementasan sendratari bulanan di Amfiteater Taman Gandrung Terakota, dan menyelenggarakan event Festival Kaki Gunung Ijen Setiap bulan.
“Dengan tambahan 12 kali Festival Kaki Gunung Ijen dalam setahun, maka manfaat ekonomi yang akan dinikmati masyarakat sekitar akan semakin banyak. Sehingga, akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat kawasan Kaki Gunung Ijen,” terangnya.
Dikatakan, dulu Banyuwangi hanyalah daerah yang kotor dan tidak aman. Namun, semua berubah total setelah Banyuwangi mengalami transformasi sebagai daerah pariwisata. Sekarang, tempatnya menjadi bersih. Ribuan orang datang setiap minggu untuk menikmati destinasi-destinasi yang tersedia.
“Beragam penyelenggaraaan festival juga menjadi motor pendorong pariwisata di Banyuwangi. Hasilnya, Banyuwangi pernah mendapat penghargaan dari UNWTO sebagai wakil Indonesia, untuk negara paling inovatif dalam menyelenggarakan festival di dunia. Ini luar biasa,” bebernya.
Menteri Pariwisata Arief Yahya menuturkan, Indonesia berada pada sebuah revolusi sosial yang secara fundamental mengubah cara hidup. Revolusi industri 4.0 membawa banyak perubahan dengan segala konsekuensinya. Banyuwangi sendiri sudah pada track yang benar karena menempatkan pariwisata sebagai leading sector pembangunan daerah.
“Saat ini, Banyuwangi cukup dikenal sebagi destinasi pariwisata yang ikonik di Indonesia, bahkan dunia. Banyuwangi sudah diakui menjadi destinasi tujuan wisata kelas dunia. Global standar ini penting, untuk mendorong kita terus berbenah,” tandasnya.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi, M. Yanuar Bramuda mengatakan, arah pengembangan pariwisata di Banyuwangi sejalan dengan kebijakan Presiden Jokowi. Pariwisata masuk dalam prioritas pembangunan daerah.
“Kini, Banyuwangi menjelma menjadi kota festival. Ada 99 event yang akan digelar tahun ini, yang kesemuanya terangkum dalam ‘Majestic Banyuwangi 2019’. Dari total event tersebut, tiga diantaranya masuk dalam 100 Event Wonderful Indonesia,” ujarnya.
Menurutnya, untuk mengembangkan sektor pariwisata, terlebih dahulu perlu menentukan destinasi utama kemudian membangun destinasi hinterland. Dalam hal ini, Banyuwangi memiliki ‘The Triangle Diamond’, yaitu Kawah Ijen, Pantai Plengkung, dan Sukamade.
“Yang perlu ditekankan, pengembangan sektor pariwisata tidak hanya urusan mendatangkan wisatawan untuk meraih manfaast ekonomi. Tetapi termasuk mengkonsolidasikan infrastruktur budaya, lingkungan hidup, humanisme, dan membentuk perilaku manusia,” ungkapnya.
Untuk menjaga konsep geoparknya, ke depan Kawah Ijen tidak lagi mass tourism. Namun diberlakukan pembatasan kuota kunjungan wisatawan dengan system booking online. Khususnya untuk pendakian setiap harinya.
Deputi Bidang Industri dan Kelembagaan Kemenpar, Ni Wayan Giri Adnyani menyatakan, pariwisata Banyuwangi terus berkembang dan menunjukkan hasil yang membanggakan. Secara bertahap, tiga unsur utama pariwisata yang digagas Menpar Arief Yahya juga digarap dengan maksimal. Yaitu atraksi, aksesibilitas, dan amenitas, atau yang biasa disebut 3A.
“Pesona alam Banyuwangi semakin memikat banyak wisatawan. Jumlah kunjungan turis pun terus meningkat dari tahun ke tahun. Selain ‘The Triangle Diamond’, Banyuwangi juga memiliki banyak destinasi lain. Termasuk gelaran festival budaya,” ungkapnya.
Ni Wayan Giri menambahkan, sejak tahun 2014, Banyuwangi bahkan sudah mencatat prestasi Triple Growth. Ini jelas sebuah hal yang membanggakan dan wajib untuk terus ditingkatkan.
Asisten Deputi Pengembangan SDM Pariwisata dan Hubungan Antarlembaga Kemenpar Wisnu Bawa Tarunajaya menambahkan, Pemerintah Banyuwangi memiliki rencana pengembangan Wisata Kaki Gunung Ijen. Ini dilakukan untuk rebranding kawasan tersebut. Selain sebagai destinasi wisata alam, wisata olah raga alam, juga sebagai destinasi wisata seni budaya.
Rencana tersebut juga untuk memprakarsai dibangunnya Taman Gandrung Terakota dengan konsep rawat ruwat seni budaya Banyuwangi, yang dilengkapi dengan instalasi seni patung terakota. Kemudian menyelenggarakan pementasan sendratari bulanan di Amfiteater Taman Gandrung Terakota, dan menyelenggarakan event Festival Kaki Gunung Ijen Setiap bulan.
“Dengan tambahan 12 kali Festival Kaki Gunung Ijen dalam setahun, maka manfaat ekonomi yang akan dinikmati masyarakat sekitar akan semakin banyak. Sehingga, akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat kawasan Kaki Gunung Ijen,” terangnya.
Dikatakan, dulu Banyuwangi hanyalah daerah yang kotor dan tidak aman. Namun, semua berubah total setelah Banyuwangi mengalami transformasi sebagai daerah pariwisata. Sekarang, tempatnya menjadi bersih. Ribuan orang datang setiap minggu untuk menikmati destinasi-destinasi yang tersedia.
“Beragam penyelenggaraaan festival juga menjadi motor pendorong pariwisata di Banyuwangi. Hasilnya, Banyuwangi pernah mendapat penghargaan dari UNWTO sebagai wakil Indonesia, untuk negara paling inovatif dalam menyelenggarakan festival di dunia. Ini luar biasa,” bebernya.
Menteri Pariwisata Arief Yahya menuturkan, Indonesia berada pada sebuah revolusi sosial yang secara fundamental mengubah cara hidup. Revolusi industri 4.0 membawa banyak perubahan dengan segala konsekuensinya. Banyuwangi sendiri sudah pada track yang benar karena menempatkan pariwisata sebagai leading sector pembangunan daerah.
“Saat ini, Banyuwangi cukup dikenal sebagi destinasi pariwisata yang ikonik di Indonesia, bahkan dunia. Banyuwangi sudah diakui menjadi destinasi tujuan wisata kelas dunia. Global standar ini penting, untuk mendorong kita terus berbenah,” tandasnya.
(atk)