Allianz: Pasar Asuransi Asia Akan Berbalik Meningkat di 2019

Kamis, 11 Juli 2019 - 16:17 WIB
Allianz: Pasar Asuransi Asia Akan Berbalik Meningkat di 2019
Allianz: Pasar Asuransi Asia Akan Berbalik Meningkat di 2019
A A A
JAKARTA - Tahun 2018, pertumbuhan asuransi di Asia, tidak termasuk Jepang, hanya naik tipis 2,3% menjadi 4,0%. Menjadikan kedua kalinya pertumbuhan asuransi di Asia tertinggal di belakang pertumbuhan global sejak pergantian milenium.

Bahkan, dengan kenaikan 4,0% ini, Jepang masih tumbuh lebih cepat. Hasilnya, pada tahun 2018, Asia hanya menyumbang 16% dari pertumbuhan global. Padahal, pernah mencapai 81% pada 2017. Mesin pertumbuhan global untuk 2018 adalah dua pemain lama Amerika Serikat (42%) dan Jepang (11%).

Penyebab kinerja yang kurang maksimal ini mudah ditentukan. Menyusutnya pasar asuransi jiwa di China dan Korea Selatan pada 2018. Keduanya menyumbang 40% dari total kumpulan premi regional, tidak termasuk Jepang. Di China, ini terutama disebabkan oleh penegakan peraturan terhadap perantara asuransi yang menjual produk wealth management.

"Tahun 2018 tidak menandai akhir dari kisah pertumbuhan Asia. Sebaliknya, pengawasan yang lebih ketat di China disambut baik, menandakan fase selanjutnya dari pembangunan yang lebih seimbang dan berkelanjutan. Ditambah dengan kemajuan teknologi yang menakjubkan, China adalah pasar yang harus diperhatikan. Ini adalah tempat terbaik untuk belajar tentang masa depan industri kita," kata ekonom dari Allianz Research, Michaela Grimm, dalam keterangan persnya, Kamis (11/7/2019).

Oleh karena itu, Allianz Research memperkirakan tahun ini akan terjadi rebound di Asia, di luar Jepang. Mendorong pertumbuhan premi hingga hampir 11%.

Lantas bagaimana dengan Indonesia? Country Manager dan Direktur Utama Allianz Life Indonesia, Joos Louwerier, mengatakan saat memulai tahun 2018, kondisi cukup bagus. Namun sepanjang tahun, beberapa peristiwa berdampak pada pasar, seperti perang dagang antara AS dan China, kenaikan harga minyak dan kenaikan suku bunga AS.

"Ini berdampak pada pasar asuransi jiwa pada tahun 2018. Namun, kami dapat mengatasi tantangan ini dengan pertumbuhan positif dengan memberikan solusi perlindungan yang inovatif dan layanan yang sangat baik. Allianz juga berkomitmen mendukung pemerintah meningkatkan penetrasi keuangan dan memberikan perlindungan kepada lebih banyak masyarakat Indonesia," terangnya.

Pasar premi di Indonesia tumbuh rendah pada 2018. Ini disebabkan oleh adanya penurunan pada pertumbuhan premi asuransi jiwa. Sebaliknya, premi Property & Casualty (P&C) tumbuh baik, bahkan meningkat dua kali lipat dalam dua tahun terakhir. Meskipun demikian, segmen P&C menyumbang hanya seperempat dari total kumpulan premi di luar asuransi kesehatan.

Untuk tahun ini, Allianz Research mengharapkan pertumbuhan yang lebih tinggi, dengan pertumbuhan premi sekitar 9% secara keseluruhan. Pasar asuransi Indonesia masih memiliki banyak ruang untuk mengejar ketinggalan. Premi per kapita mencapai EUR50 pada tahun 2018, setara dengan India. Di sisi lain, penetrasi hanya 1,5%. Sebagai perbandingan, penetrasi di China sudah mencapai 3,7%.

Allianz Research berharap pasar asuransi Asia akan terus pulih, dengan perkiraan pertumbuhan premi global akan mencapai 5% dalam dekade mendatang. Ekspektasi pertumbuhan untuk Asia, tidak termasuk Jepang, lebih tinggi. Kawasan ini dapat tumbuh 9,4% per tahun selama dekade mendatang.

Di Indonesia, pertumbuhan pasar total diprediksi sebesar 12,5%. Secara rinci: 13,0% untuk asuransi jiwa dan 10,7% untuk P&C. Secara keseluruhan, sekitar 60% dari premi tambahan akan dihasilkan di Asia, tidak termasuk Jepang.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6613 seconds (0.1#10.140)