Semester I, Bank Mandiri Raih Untung Rp13,5 Triliun
A
A
A
JAKARTA - PT Bank Mandiri Tbk (Bank Mandiri) pada semester I/2019 berhasil membukukan laba konsolidasi mencapai Rp13,5 triliun atau tumbuh 11,1% dari periode yang sama tahun 2018.
Pencapaian laba bersih ini dikontribusikan oleh kenaikan pendapatan bunga sebesar 14,85% year on year (yoy) menjadi Rp44,5 triliun, penurunan biaya cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) sebesar 21,28%, serta diiringi dengan perbaikan kualitas kredit dan pengendalian biaya operasional yang berhasil ditekan menjadi single digit.
Direktur Bisnis dan Jaringan Bank Mandiri Hery Gunardi mengatakan, pertumbuhan penyaluran kredit juga mengalami peningkatan 12,1% yoy menjadi Rp690,5 trilliun.
"Pertumbuhan tersebut ditopang oleh dua segmen utama, yakni Corporate dan Retail yang berfokus pada kredit micro dan consumer," kata Hery saat konferensi pers di Jakarta, Rabu (17/7/2019).
Pembiayaan segmen Corporate tumbuh rata-rata 21,2% yoy mencapai Rp338,4 triliun, lalu segmen micro banking tumbuh 23,6% yoy mencapai Rp110,4 triliun, dan kredit consumer tumbuh rata-rata 9% mencapai Rp87,3 triliun.
Hery mengungkapkan, untuk mengoptimalkan fungsi intermediasi perbankan, perseroan juga berupaya menjaga komposisi kredit produktif dalam porsi yang signifikan, yakni 77,4% dari total portofolio kredit Bank Mandiri dengan penyaluran kredit investasi mencapai Rp242,3 triliun dan kredit modal kerja mencapai Rp319,3 triliun.
Adapun penyaluran kredit ke sektor infrastruktur hingga akhir Juni 2019 mencapai Rp203,4 triliun atau naik 22,6%.
Jika dirinci, Bank Mandiri telah menyalurkan pembiayaan kepada 7 sektor utama yakni transportasi sebesar Rp39,6 triliun, tenaga listrik Rp43,9 triliun, migas dan energi terbarukan Rp37,2 triliun, konstruksi Rp17,2 triliun, lalu jalan tol Rp17,1 triliun, telematika Rp22,6 triliun, serta perumahan rakyat dan fasilitas kota Rp10,9 triliun, dan infrastruktur lainnya Rp14,7 triliun.
"Kami juga turut serta mendukung usaha pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui program Kredit Usaha Rakyat (KUR), dimana pada Januari-Juni 2019, total KUR disalurkan mencapai Rp10,54 triliun atau naik 27,4% yoy," bebernya.
Pencapaian tersebut menurutnya sekitar 42% dari target tahun 2019 dengan jumlah penerima sebanyak 138.090 debitur. "Sebesar 51,0% dari nilai tersebut atau Rp5,4 triliun telah disalurkan kepada sektor produksi, yakni pertanian, perikanan, industri pengolahan dan jasa produksi," sebutnya.
Perseroan pun sangat optimistis hingga akhir tahun 2019 dapat membukukan target pertumbuhan kredit di kisaran 11%-12%.
Untuk mencapai target tersebut, perseroan terus berupaya memperkuat pendanaan untuk menjaga kesehatan likuiditas perusahaan agar dapat terus tumbuh secara berkelanjutan dan berkualitas.
Langkah penguatan pendanaan dilakukan antara lain melalui peningkatkan dana murah untuk menjaga rasio Current Account Saving Account (CASA) tetap diatas 60%, pengendalian pertumbuhan biaya operasional, serta penyaluran kredit yang lebih prudent baik di segmen Wholesale dan Retail.
Sementara itu, rasio Non Performing Loan (NPL) gross perseroan turun menjadi 2,59%. Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri Panji Irawan mengungkapkan, penurunan NPL gross disebabkan oleh pengendalian manajemen risiko dan perbaikan kualitas kredit di hampir seluruh segmen bisnis.
"Rasio NPL gross tersebut merupakan angka terendah sejak kuartal III/2015," ungkapnya.
Di sisi lain, total Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 6,8% yoy atau secara konsolidasi mencapai Rp843,2 triliun. Panji menuturkan, sebagai bagian dari upaya peningkatan DPK, perseroan juga terus meningkatkan kualitas layanan bagi nasabah melalui kemudahan bertransaksi lewat jaringan online.
Saat ini, nilai transaksi jaringan online tersebut mencapai Rp552 triliun atau tumbuh 8,8% yoy yang didorong oleh transaksi mobile banking yang mencapai Rp202 triliun.
Adapun Mandiri Online kini telah memiliki 2,52 juta pengguna aktif dengan pencapaian nilai transaksi secara signifikan mencapai Rp317,9 triliun atau tumbuh 123% yoy.
Sementara itu, permodalan dan likuiditas perseroan saat ini juga berada pada level yang sangat baik dengan rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) di level 21,01% dan Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM) di level 96,94%.
"Kami juga mengapresiasi kebijakan Bank Indonesia melalui pelonggaran Giro Wajib Minimun (GWM) kemarin karena memberikan ruang yang cukup bagi perbankan untuk meningkatkan penyaluran kredit,” pungkasnya.
Pencapaian laba bersih ini dikontribusikan oleh kenaikan pendapatan bunga sebesar 14,85% year on year (yoy) menjadi Rp44,5 triliun, penurunan biaya cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) sebesar 21,28%, serta diiringi dengan perbaikan kualitas kredit dan pengendalian biaya operasional yang berhasil ditekan menjadi single digit.
Direktur Bisnis dan Jaringan Bank Mandiri Hery Gunardi mengatakan, pertumbuhan penyaluran kredit juga mengalami peningkatan 12,1% yoy menjadi Rp690,5 trilliun.
"Pertumbuhan tersebut ditopang oleh dua segmen utama, yakni Corporate dan Retail yang berfokus pada kredit micro dan consumer," kata Hery saat konferensi pers di Jakarta, Rabu (17/7/2019).
Pembiayaan segmen Corporate tumbuh rata-rata 21,2% yoy mencapai Rp338,4 triliun, lalu segmen micro banking tumbuh 23,6% yoy mencapai Rp110,4 triliun, dan kredit consumer tumbuh rata-rata 9% mencapai Rp87,3 triliun.
Hery mengungkapkan, untuk mengoptimalkan fungsi intermediasi perbankan, perseroan juga berupaya menjaga komposisi kredit produktif dalam porsi yang signifikan, yakni 77,4% dari total portofolio kredit Bank Mandiri dengan penyaluran kredit investasi mencapai Rp242,3 triliun dan kredit modal kerja mencapai Rp319,3 triliun.
Adapun penyaluran kredit ke sektor infrastruktur hingga akhir Juni 2019 mencapai Rp203,4 triliun atau naik 22,6%.
Jika dirinci, Bank Mandiri telah menyalurkan pembiayaan kepada 7 sektor utama yakni transportasi sebesar Rp39,6 triliun, tenaga listrik Rp43,9 triliun, migas dan energi terbarukan Rp37,2 triliun, konstruksi Rp17,2 triliun, lalu jalan tol Rp17,1 triliun, telematika Rp22,6 triliun, serta perumahan rakyat dan fasilitas kota Rp10,9 triliun, dan infrastruktur lainnya Rp14,7 triliun.
"Kami juga turut serta mendukung usaha pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui program Kredit Usaha Rakyat (KUR), dimana pada Januari-Juni 2019, total KUR disalurkan mencapai Rp10,54 triliun atau naik 27,4% yoy," bebernya.
Pencapaian tersebut menurutnya sekitar 42% dari target tahun 2019 dengan jumlah penerima sebanyak 138.090 debitur. "Sebesar 51,0% dari nilai tersebut atau Rp5,4 triliun telah disalurkan kepada sektor produksi, yakni pertanian, perikanan, industri pengolahan dan jasa produksi," sebutnya.
Perseroan pun sangat optimistis hingga akhir tahun 2019 dapat membukukan target pertumbuhan kredit di kisaran 11%-12%.
Untuk mencapai target tersebut, perseroan terus berupaya memperkuat pendanaan untuk menjaga kesehatan likuiditas perusahaan agar dapat terus tumbuh secara berkelanjutan dan berkualitas.
Langkah penguatan pendanaan dilakukan antara lain melalui peningkatkan dana murah untuk menjaga rasio Current Account Saving Account (CASA) tetap diatas 60%, pengendalian pertumbuhan biaya operasional, serta penyaluran kredit yang lebih prudent baik di segmen Wholesale dan Retail.
Sementara itu, rasio Non Performing Loan (NPL) gross perseroan turun menjadi 2,59%. Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri Panji Irawan mengungkapkan, penurunan NPL gross disebabkan oleh pengendalian manajemen risiko dan perbaikan kualitas kredit di hampir seluruh segmen bisnis.
"Rasio NPL gross tersebut merupakan angka terendah sejak kuartal III/2015," ungkapnya.
Di sisi lain, total Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 6,8% yoy atau secara konsolidasi mencapai Rp843,2 triliun. Panji menuturkan, sebagai bagian dari upaya peningkatan DPK, perseroan juga terus meningkatkan kualitas layanan bagi nasabah melalui kemudahan bertransaksi lewat jaringan online.
Saat ini, nilai transaksi jaringan online tersebut mencapai Rp552 triliun atau tumbuh 8,8% yoy yang didorong oleh transaksi mobile banking yang mencapai Rp202 triliun.
Adapun Mandiri Online kini telah memiliki 2,52 juta pengguna aktif dengan pencapaian nilai transaksi secara signifikan mencapai Rp317,9 triliun atau tumbuh 123% yoy.
Sementara itu, permodalan dan likuiditas perseroan saat ini juga berada pada level yang sangat baik dengan rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) di level 21,01% dan Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM) di level 96,94%.
"Kami juga mengapresiasi kebijakan Bank Indonesia melalui pelonggaran Giro Wajib Minimun (GWM) kemarin karena memberikan ruang yang cukup bagi perbankan untuk meningkatkan penyaluran kredit,” pungkasnya.
(ind)