Pasok Air Baku Kota Batam, Bendungan Sei Gong Mulai Diisi Air
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) terus meningkatkan jumlah tampungan air di Indonesia melalui pembangunan bendungan, salah satunya Bendungan Sei Gong di Kelurahan Sijantung, Kecamatan Galang, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri).
Bendungan yang merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) tersebut dibangun untuk mengantisipasi peningkatan kebutuhan air baku yang mendesak, baik untuk domestik maupun industri di kota Batam.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan, dalam beberapa tahun kedepan kota Batam diperkirakan akan mengalami defisit air akibat pertumbuhan jumlah penduduk.
Ketersediaan air baku juga vital bagi perkembangan kota Batam sebagai pusat pertumbuhan ekonomi di Kepri.
“Oleh karena itu penting untuk mengoptimalkan potensi air yang tersedia, salah satunya dengan menampung aliran Sungai Gong. Pastinya kota Batam dan sekitarnya akan menikmati manfaatnya,” ujar Basuki di Jakarta, Sabtu (20/7/2019).
Dengan telah selesainya konstruksi Bendungan Sei Gong, secara resmi pada Jumat (19/7/2019) mulai dilakukan pengisian atau impounding oleh Dirjen Sumber Daya Air Kementerian PUPR Hari Suprayogi.
Hari menuturkan, pembangunan bendungan tersebut dapat diselesaikan selama tiga tahun dari akhir 2015 hingga akhir 2018 karena penyediaan lahan yang didukung oleh Badan Pengelola (BP) Batam.
"Indonesia kaya akan air, dengan curah hujan sekitar 2,8 triliun m3/tahun. Untuk Kepulauan Riau kira-kira sebesar 0,2% dari jumlah tersebut. Bendungan Sei Gong akan menambah tampungan air di Kepulauan Riau dengan daya tampung 11,8 juta m3 untuk menyuplai air baku sebesar 400 liter/detik yang akan diolah di instalasi pengolahan air di Kota Batam," kata Hari.
Bendungan Sei Gong merupakan salah satu dari 49 bendungan baru yang dibangun Kementerian PUPR dalam periode 2015-2019 sebagai upaya mewujudkan ketahanan air dan kedaulatan pangan.
"Dan ini satu-satunya estuari dam (bendungan muara) baru yang dibangun dalam periode tersebut, serta bendungan pertama yang dibangun oleh Pemerintah Pusat di Batam," ujar Hari.
Dikatakan Hari, karena berada di muara maka proses selanjutnya setelah bendungan terisi penuh akan dilakukan desalinasi atau proses menghilangkan kadar garam berlebih dalam air untuk mendapatkan kualitas air tawar yang baik.
Setelah itu akan dibangun instalasi pengolahan air lengkap dengan pipa saluran air untuk mendistribusikan air baku.
Bendungan Sei Gong dibangun dengan anggaran APBN senilai Rp238,44 miliar oleh kontraktor PT Wijaya Karya (Wika) dan PT Tusenss Krida Utama, KSO (Kerja Sama Operasi).
Bendungan ini merupakan tipe urugan tanah dengan tinggi 12 meter dan memiliki luas genangan air 356 hektar.
Lebih lanjut Hari mengungkapkan, Kementerian PUPR juga sedang melakukan perencanaan desain untuk pembangunan Bendungan Sei Busung di Kabupaten Bintan.
Menurutnya, jika tidak ada permasalahan dalam penyediaan lahan yang dibantu Pemerintah Daerah, proses konstruksi dapat dilakukan paling lambat tahun 2021.
"Kalau Bendungan Sei Gong dapat memasok air baku 400 liter/detik, maka Sei Busung diproyeksikan dapat memasok air baku untuk Kota Batam, Tanjung Pinang, dan Kabupaten Bintan dengan kapasitas 4.000 liter/detik," ungkapnya.
Bendungan yang merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) tersebut dibangun untuk mengantisipasi peningkatan kebutuhan air baku yang mendesak, baik untuk domestik maupun industri di kota Batam.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan, dalam beberapa tahun kedepan kota Batam diperkirakan akan mengalami defisit air akibat pertumbuhan jumlah penduduk.
Ketersediaan air baku juga vital bagi perkembangan kota Batam sebagai pusat pertumbuhan ekonomi di Kepri.
“Oleh karena itu penting untuk mengoptimalkan potensi air yang tersedia, salah satunya dengan menampung aliran Sungai Gong. Pastinya kota Batam dan sekitarnya akan menikmati manfaatnya,” ujar Basuki di Jakarta, Sabtu (20/7/2019).
Dengan telah selesainya konstruksi Bendungan Sei Gong, secara resmi pada Jumat (19/7/2019) mulai dilakukan pengisian atau impounding oleh Dirjen Sumber Daya Air Kementerian PUPR Hari Suprayogi.
Hari menuturkan, pembangunan bendungan tersebut dapat diselesaikan selama tiga tahun dari akhir 2015 hingga akhir 2018 karena penyediaan lahan yang didukung oleh Badan Pengelola (BP) Batam.
"Indonesia kaya akan air, dengan curah hujan sekitar 2,8 triliun m3/tahun. Untuk Kepulauan Riau kira-kira sebesar 0,2% dari jumlah tersebut. Bendungan Sei Gong akan menambah tampungan air di Kepulauan Riau dengan daya tampung 11,8 juta m3 untuk menyuplai air baku sebesar 400 liter/detik yang akan diolah di instalasi pengolahan air di Kota Batam," kata Hari.
Bendungan Sei Gong merupakan salah satu dari 49 bendungan baru yang dibangun Kementerian PUPR dalam periode 2015-2019 sebagai upaya mewujudkan ketahanan air dan kedaulatan pangan.
"Dan ini satu-satunya estuari dam (bendungan muara) baru yang dibangun dalam periode tersebut, serta bendungan pertama yang dibangun oleh Pemerintah Pusat di Batam," ujar Hari.
Dikatakan Hari, karena berada di muara maka proses selanjutnya setelah bendungan terisi penuh akan dilakukan desalinasi atau proses menghilangkan kadar garam berlebih dalam air untuk mendapatkan kualitas air tawar yang baik.
Setelah itu akan dibangun instalasi pengolahan air lengkap dengan pipa saluran air untuk mendistribusikan air baku.
Bendungan Sei Gong dibangun dengan anggaran APBN senilai Rp238,44 miliar oleh kontraktor PT Wijaya Karya (Wika) dan PT Tusenss Krida Utama, KSO (Kerja Sama Operasi).
Bendungan ini merupakan tipe urugan tanah dengan tinggi 12 meter dan memiliki luas genangan air 356 hektar.
Lebih lanjut Hari mengungkapkan, Kementerian PUPR juga sedang melakukan perencanaan desain untuk pembangunan Bendungan Sei Busung di Kabupaten Bintan.
Menurutnya, jika tidak ada permasalahan dalam penyediaan lahan yang dibantu Pemerintah Daerah, proses konstruksi dapat dilakukan paling lambat tahun 2021.
"Kalau Bendungan Sei Gong dapat memasok air baku 400 liter/detik, maka Sei Busung diproyeksikan dapat memasok air baku untuk Kota Batam, Tanjung Pinang, dan Kabupaten Bintan dengan kapasitas 4.000 liter/detik," ungkapnya.
(ind)