Mundur dari Komisaris, Roy Maningkas Beberkan Utang Krakatau Steel
A
A
A
JAKARTA - Komisaris Independen PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. (KRAS) Roy Edison Maningkas mengatakan telah mengajukan surat permohonan pengunduran diri dan telah disetujui oleh Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) 30 hari dari sekarang. Roy mengungkapkan alasan dirinya mengundurkan diri jadi komisaris, lantaran utang perusahaan Krakatau Steel sudah menumpuk.
"Dari awal, saya tidak berniat untuk menjadi konsumsi publik buat kasus ini. 11-23 hari saya cukup menahan diri agar tidak menjadi konsumsi publik, agar ada saran menjaga korporasi, apalagi sekarang utang semakin menumpuk," ujar Roy di Kementerian BUMN, Jakarta, Selasa (23/7/2019).
Lebih lanjut Ia juga mengungkapkan banyak proyek Krakatau Steel yang mengalami kegagalan. Salah satunya, pengolahan bijih besi dengan blast furnace yang dapat menguntungkan PT Krakatau Steel (Persero) Tbk, disinyalir telat berjalan. Persiapan proyek blast furnace yang sudah dimulai sejak 2011, saat ini telah beroperasi. Namun, proyek tersebut seharusnya beroperasi 72 bulan lalu.
“Bulan lalu, dalam rapat dewan komisaris dan direksi diputuskan bahwa fasilitas ini akan segera beroperasi. Saya langsung menyampaikan tidak setuju karena selama 4 tahun di KS, proyek ini tambah sulam. Saya juga menyampaikan dissenting opinion ke Kementerian BUMN,” katanya.
Dia pun menambahkan proyek blast furnace dioperasikan, walaupun belum ada fasilitas pembuangan gasnya hingga pengujian teknologi. “Artinya apa? Produksi ini dipaksakan hanya untuk dua bulan, kemudian akan dimatikan dengan alasan. Jangan sampai ini menjadi temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Kemudian, jika proyek tidak berjalan, maka kontraktor proyek MCC CERI akan mengklaim ke KS untuk mengganti kerugian. Juga, bahan baku hanya tersedia dua bulan,” jelasnya.
"Dari awal, saya tidak berniat untuk menjadi konsumsi publik buat kasus ini. 11-23 hari saya cukup menahan diri agar tidak menjadi konsumsi publik, agar ada saran menjaga korporasi, apalagi sekarang utang semakin menumpuk," ujar Roy di Kementerian BUMN, Jakarta, Selasa (23/7/2019).
Lebih lanjut Ia juga mengungkapkan banyak proyek Krakatau Steel yang mengalami kegagalan. Salah satunya, pengolahan bijih besi dengan blast furnace yang dapat menguntungkan PT Krakatau Steel (Persero) Tbk, disinyalir telat berjalan. Persiapan proyek blast furnace yang sudah dimulai sejak 2011, saat ini telah beroperasi. Namun, proyek tersebut seharusnya beroperasi 72 bulan lalu.
“Bulan lalu, dalam rapat dewan komisaris dan direksi diputuskan bahwa fasilitas ini akan segera beroperasi. Saya langsung menyampaikan tidak setuju karena selama 4 tahun di KS, proyek ini tambah sulam. Saya juga menyampaikan dissenting opinion ke Kementerian BUMN,” katanya.
Dia pun menambahkan proyek blast furnace dioperasikan, walaupun belum ada fasilitas pembuangan gasnya hingga pengujian teknologi. “Artinya apa? Produksi ini dipaksakan hanya untuk dua bulan, kemudian akan dimatikan dengan alasan. Jangan sampai ini menjadi temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Kemudian, jika proyek tidak berjalan, maka kontraktor proyek MCC CERI akan mengklaim ke KS untuk mengganti kerugian. Juga, bahan baku hanya tersedia dua bulan,” jelasnya.
(akr)