Produksi Emas Freeport Turun Drastis Pasca Dicaplok RI

Kamis, 25 Juli 2019 - 17:28 WIB
Produksi Emas Freeport...
Produksi Emas Freeport Turun Drastis Pasca Dicaplok RI
A A A
JAKARTA - PT Freeport Indonesia (PTFI) mencatat sepanjang semester I/2019 produksi maupun penjualan tembaga dan emas mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Berdasarkan laporan kinerja Freeport-McMoran (FCX) pada semester I tahun 2019, tercatat produksi tembaga tercatat sebesar 270 juta pounds atau turun 58,96% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 658 juta pounds.

Penurunan produksi tersebut berakibat turunnya penjualan tembaga PTFI. Sementara sampai Juni 2019, penjualan tembaga PTFI juga menyusut 48,81% sebesar 325 juta pounds dibandingkan periode yang sama tahun lalu dimana mampu menjual 635 juta pounds tembaga.

Tren lebih rendah juga terjadi pada produksi emas Freeport, dimana hingga periode Juni 2019 tercatat produksi emas turun mencapai 76,32% yaitu sebesar 316.000 ounces dibandingkan pada Juni 2018 mencapai 1,33 juta ounces. Kendati demikian Chief Executive Officer (CE0) Freeport-McMoRan Inc. Richard C. Adkerson mengatakan, penjualan tahun ini PTFI masih menunjukkan kinerja positif.

Pihaknya memperkirakan penjualan tembaga sepanjang tahun ini sebanyak 630 juta pounds dan emas sebanyak 800.000 ounces. Penurunan produksi tersebut disebabkan masa transisi operasional pertambangan bawah tanah. Namun begitu, FCX beranggapan masa transisi operasional pertambangan bawah tanah masih mencatatkan kinerja positif.

“Kami melaporkan bahwa ramp-up bawah tanah di Grasberg maju sesuai rencana, karena kami menargetkan peningkatan volume dan arus kas dari Grasberg distrik mineral,” kata Adkerson dalam keterangan resminya di Jakarta, Kamis (25/7/2019).

Selama kuartal II/2019, kegiatan ekstraksi bijih di tambang bawah tanah Grasberg Block Cave rata-rata mencapai 7.400 metrik ton bijih per hari. FCX menargetkan, proses tersebut ditargetkan bisa meningkat hingga 15.000 metrik ton bijih per hari pada akhir 2019.

Sedangkan tambang bawah tanah Deep Mill Level Zone (DMLZ) yang terletak di sebelah timur blok Grasberg telah memulai produksi. Ekstraksi bijih dari tambang bawah tanah DMLZ rata-rata mencapai 7.700 metrik ton bjih per hari pada kuartal II/2019.

Diperkirakan, ekstraksi bijih dari tambang bawah tanah DMLZ kan meningkat hingga 11.000 metrik ton bijih per hari pada akhir tahun 2019.“Seiring transisi dari tambang terbuka ke bawah tanah, produksi logam diharapkan meningkat pada 2021,” imbuh Adkerson.

Dalam laporan tersebut disebutkan, rata-rata pengeluaran modal tahunan PTFI untuk proyek pengembangan tambang bawah tanah diperkirakan mencapai USD0,7 miliar per tahun untuk periode empat tahun dari 2019 hingga 2022. Adapun, selama paruh pertama tahun 2019, PTFI menggunakan kuota ekspor yang disetujui sekitar 180.000 metrik ton konsentrat untuk periode ekspor saat ini yang berakhir pada 8 Maret 2020.

Dengan volume produksi yang diperkirakan lebih tinggi, PTFI juga sudah meminta persetujuan dari pemerintah untuk meningkatkan kuota ekspornya pada periode saat ini. PTFI berharap sudah bisa menerima persetujuan tambahan kuota ekspor pada kuartal III/2019.

Sementara itu, Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara (Minerba) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bambang Gatot Ariyono menandaskan bahwa permintaan persetujuan tambahan ekspor dari PTFI masih dalam proses evaluasi. “Ini sedang diproses dan di evaluasi,” tandasnya.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6660 seconds (0.1#10.140)