Penanganan Sumur YYA-1 di Blok ONWJ Sesuai Prosedur Lingkungan
A
A
A
JAKARTA - Penanganan insiden sumur YYA-1 di Blok ONWJ oleh PT Pertamina (Persero) diapresiasi oleh Ikatan Profesional Lingkungan Hidup (IPLH). Pertamina dinilai sudah bertindak cepat dan juga sesuai prosedur lingkungan hidup dalam menangani insiden tersebut.
"Reaksi Pertamina sangat baik. Dari sisi emergency response, sudah cepat," ujar Ketua Umum IPLH Arudji Wahyono melalui keterangan tertulis, Sabtu (27/7/2019).
Menurut Arudji, hal tersebut dapat dibuktikan dari cepatnya BUMN tersebut melakukan tindakan, misalnya dengan segera menutup sumur tersebut, mengaktifkan Incident Management Team (IMT), memobilisasi 27 kapal dan 12 set Oil Boom, dan bahkan melalui kerja sama dengan Boot & Coots, perusahaan asal AS sangat teruji menangani kasus serupa, termasuk peristiwa di Gulf Mecixo.
Kerja sama yang dilakukan Pertamina dengan Boot & Coots, lanjut Arudji, adalah bukti keseriusan Pertamina dan menangani insiden tersebut, pasalnya, di Indonesia belum ada perusahaan sekompeten Boot & Coots dalam menangani kasus serupa, selain itu perlu biaya besar untuk mendatangkan perusahaan tersebut.
"Boot & Coots tidak hanya memiliki para ahli penanggulangan blow out. Mereka juga menciptakan alat-alat baru yang diperlukan pada saat ada semburan khusus. Hal itu yang dilakukan Boot & Coots ketika terjadi insiden di Kuwait," jelas Arudji.
Hal lain yang menurut dia juga sesuai dengan prosedur penanganan lingkungan hidup, adalah koordinasi yang dilakukan Pertamina dengan pihak terkait. Antara lain dengan SKK Migas, Kementerian ESDM, Kementerian LHK, Pemerintah Daerah, Dinas Lingkungan Hidup Daerah, TNI dan Kepolisian, Ditjen Perhubungan Laut, KSOP, KKP, Pushidros AL, KKKS dan berbagai instansi lainnya.
"Blok ONWJ termasuk Area Tiga, dari delapan area di Indonesia. Jika terjadi insiden di area tersebut, ONWJ adalah back bone dari Tim Penanggulangan Tumpahan Minyak di Laut, yang koordinasinya berada di bawah SKK Migas. Makanya berbagai koordinasi yang dilakukan Pertamina tersebut sudah tepat," kata dia.
Di sisi lain, Arudji menilai wajar, adanya ceceran minyak (oil spill) sebagai dampak insiden sumur YYA-1 di Blok ONWJ. Menurut Arudji, sisa-sisa ceceran minyak memang tak bisa dihindarkan dan dapat terbawa gelombang laut. Dengan demikian, lanjutnya, oil spill memang hal biasa ketika terjadi penanganan insiden. Terpenting, lanjut dia, tidak dalam volume yang besar.
"Reaksi Pertamina sangat baik. Dari sisi emergency response, sudah cepat," ujar Ketua Umum IPLH Arudji Wahyono melalui keterangan tertulis, Sabtu (27/7/2019).
Menurut Arudji, hal tersebut dapat dibuktikan dari cepatnya BUMN tersebut melakukan tindakan, misalnya dengan segera menutup sumur tersebut, mengaktifkan Incident Management Team (IMT), memobilisasi 27 kapal dan 12 set Oil Boom, dan bahkan melalui kerja sama dengan Boot & Coots, perusahaan asal AS sangat teruji menangani kasus serupa, termasuk peristiwa di Gulf Mecixo.
Kerja sama yang dilakukan Pertamina dengan Boot & Coots, lanjut Arudji, adalah bukti keseriusan Pertamina dan menangani insiden tersebut, pasalnya, di Indonesia belum ada perusahaan sekompeten Boot & Coots dalam menangani kasus serupa, selain itu perlu biaya besar untuk mendatangkan perusahaan tersebut.
"Boot & Coots tidak hanya memiliki para ahli penanggulangan blow out. Mereka juga menciptakan alat-alat baru yang diperlukan pada saat ada semburan khusus. Hal itu yang dilakukan Boot & Coots ketika terjadi insiden di Kuwait," jelas Arudji.
Hal lain yang menurut dia juga sesuai dengan prosedur penanganan lingkungan hidup, adalah koordinasi yang dilakukan Pertamina dengan pihak terkait. Antara lain dengan SKK Migas, Kementerian ESDM, Kementerian LHK, Pemerintah Daerah, Dinas Lingkungan Hidup Daerah, TNI dan Kepolisian, Ditjen Perhubungan Laut, KSOP, KKP, Pushidros AL, KKKS dan berbagai instansi lainnya.
"Blok ONWJ termasuk Area Tiga, dari delapan area di Indonesia. Jika terjadi insiden di area tersebut, ONWJ adalah back bone dari Tim Penanggulangan Tumpahan Minyak di Laut, yang koordinasinya berada di bawah SKK Migas. Makanya berbagai koordinasi yang dilakukan Pertamina tersebut sudah tepat," kata dia.
Di sisi lain, Arudji menilai wajar, adanya ceceran minyak (oil spill) sebagai dampak insiden sumur YYA-1 di Blok ONWJ. Menurut Arudji, sisa-sisa ceceran minyak memang tak bisa dihindarkan dan dapat terbawa gelombang laut. Dengan demikian, lanjutnya, oil spill memang hal biasa ketika terjadi penanganan insiden. Terpenting, lanjut dia, tidak dalam volume yang besar.
(fjo)