Perempuan Hebat Pengendali Perusahaan Raksasa
A
A
A
NEW YORK - Perempuan kini tidak lagi dipandang sebelah mata. Mereka kini mampu menunjukkan prestasinya dalam skala global, terutama memimpin perusahaan raksasa dunia. Berdasarkan Fortune 500, saat ini ada 33 perempuan yang mengendalikan perkembangan dan kemajuan perusahaan. Jumlah ini rekor baru dalam sejarah Fortune 500.
Jangan lagi meremehkan sepak terjang perempuan di dunia bisnis. Betapa tidak, saat ini banyak perusahaan raksasa dunia, termasuk yang tertera dalam Fortune 500, ternyata dikendalikan kaum hawa. Jumlahnya dari tahun ke tahun semakin banyak. Mereka juga menentukan kebijakan strategis perusahaan seperti ekspansi dan akuisisi hingga perubahan arah bisnis.
“Kita melihat perempuan dan kaum minoritas di dewan direksi berbagai perusahaan besar menguat. Dewan direksi juga memiliki kesempatan untuk menentukan siapa yang menjadi CEO,” kata Lorraine Hariton, CEO Catalyst, firma konsultan dan penelitian nirlaba.
Pakar ketidaksetaraan gender Universitas Negeri Utah Christy Glass mengungkapkan lewat penelitiannya bersama Alison Cook bahwa ketika dewan direksi mampu berintegrasi dengan perempuan, kemungkinan akan semakin besar peluang perempuan ditunjuk sebagai CEO.
“Perlu penekanan terhadap dewan direksi perusahaan yang beragam. Itu akan memberikan kesempatan bagi banyak perempuan untuk dipilih sebagai CEO,” ungkapnya seperti dilansir Fortune. Penelitian yang dilaksanakan Glass juga menunjukkan keberagaman dewan direksi dengan hadirnya perempuan sebenarnya bisa mendorong agar masa kerja jabatan CEO perempuan juga cukup panjang.
Saat ini masa kerja CEO perempuan di Fortune 500 lebih pendek daripada CEO laki-laki dengan perbandingan 42 bulan melawan 60 bulan. Tren menarik lainnya, banyak CEO perempuan adalah perempuan non-kulit putih.
Misalnya CEO PensiCo Indra Nooyi merupakan warga AS keturunan India dan CEO PG&E Geisha Williams merupakan keturunan Amerika Latin. Tapi Nooyi telah pensiun dan Williams telah hengkang karena krisis.
CEO Bed Bath & Beyond Mary Winston merupakan eksekutif perempuan kulit hitam pertama yang masuk Fortune 500 sejak CEO Xerox Ursula Burns mengundurkan diri dua setengah tahun lalu. “Perempuan yang bekerja di posisi direksi dan CEO akan memberikan perhatian pada kebijakan kesetaraan gender dan mempraktikkan di perusahaan,” ujar Glass.
Salah satu bonus pertumbuhan direksi dan CEO perempuan, menurut dia, adalah penekanan terhadap perekrutan karyawan dan pegawai dari berbagai latar belakang. Sementara itu dalam pandangan Amarendra Bhushan Dhiraj dari media CEO World, peningkatan jumlah CEO di Fortune 500 adalah kabar baik.
Namun representasi perempuan dalam kepemimpinan yang masuk di Fortune 500 memang sangat jauh dan perlu waktu yang panjang untuk bisa setara. Pandangan lebih progresif justru diungkapkan Lisa Mann, CEO dan pendiri Think Marketing.
“Perusahaan seharusnya menunjuk perempuan untuk posisi wakil presiden dan eksekutif senior,” dia memberi saran. Bagaimana jika perempuan tidak dilibatkan dalam dewan direksi sebuah perusahaan?
Mann dan kontributor CNBC Suzy Welch mengungkapkan banyak perempuan memilih meninggalkan perusahaan dan mendirikan bisnis sendiri. “Jika kamu mengalami banyak penderitaan dan memiliki keahlian lebih, kamu bisa menjadi seorang entrepreneur,” ujar Welch.
Sementara itu salah satu CEO yang menduduki perusahaan Fortune 500 adalah Marry Barra sebagai c hairman dan CEO General Motors (GM). Alumni Universitas Kettering dan Universitas Stanford ini mendapatkan gaji USD21,87 juta. Bara mulai bekerja di General Motors sejak usia 18 tahun.
Pada 1980 gajinya digunakan untuk membiayai kuliah. Bara menjabat sebagai CEO General Motors pada Januari 2014 dan menjadi perempuan pertama yang menjadi pemimpin di industri automotif.
November 2018 lalu dia mengumumkan penutupan lima pabrik perakitan dan merumahkan 14.000 karyawannya. Keputusannya ditentang Presiden Donald Trump yang mengancam akan mencabut subsidi pemerintah terhadap GM. Menghadapi perkembangan zaman, Marry Barra mengungkapkan GM selalu bergerak cepat untuk mengikuti perkembangan zaman. Itu jawaban saat dia ditanya jurnal bagaimana GM menyiapkan armada kendaraan otonom pada akhir tahun ini.
Selanjutnya sosok perempuan menarik lainnya adalah Marillyn Hewson. Dia menduduki posisi sebagai chairwoman, president and chief executive officer Lockheed Martin dengan gaji USD21,5 juta.
Alumni Universitas Alabama itu bergabung dengan Lockheed Corporation sejak 1983. Sebelumnya dia pernah memegang berbagai posisi eksekutif di perusahaan tersebut dan sudah menjabat sebagai CEO sejak Januari 2013. Juli 2015 lalu dia mengumumkan akuisisi Sikorsky Aircraft yang memproduksi helikopter Sikorsky UH-60 Black Hawk untuk memberikan kesempatan Lockheed mengembangkan bisnis helikopter.
Hewson, 63, membuktikan dirinya mampu menjadi pemimpin yang mengantarkan Lockheed Martin untuk terus berekspansi dan mengembangkan sektor industri lain seperti antariksa, kecerdasan buatan, peranti lunak, dan bukan hanya bergantung pada bisnis pertahanan. Dia membawa visi baru ke dalam Lockheed Martin dan membuat sejumlah langkah tegas. Sejak Hewson menjadi CEO pada 2013, kapitalisasi pasar Lockheed Martin meningkat dua kali lipat.
“Saya memiliki pengalaman berada di 20 posisi kepemimpinan Lockheed Martin. Saya memiliki pengalaman yang luas sehingga saya bisa mengembangkan diri. Saya berpikir bahwa saya sudah disiapkan menjadi CEO,” ujar istri James Hewson itu kepada CNN.
Kesuksesan dalam berkarier di Lockeed Martin tidak lepas karena dia tak pernah mengabaikan promosi dan jabatan yang diamanahkan kepadanya. Dia menganggap semua posisi baru yang pernah dijalaninya sebagai pengalaman yang akan berharga di kemudian hari.
Meskipun mengaku tetap memiliki keraguan di awal kariernya, dia selalu ingin keluar dari “zona nyaman” sehingga itu bisa memupuk kepercayaan diri.
CEO Perempuan Indonesia
Ira Puspadewi adalah salah satu contoh sukses CEO di Tanah Air. Perempuan kelahiran Malang, 12 Desember 1967 ini menjadi orang nomor satu di PT ASDP Indonesia Ferry (Persero). Dalam sebuah kesempatan wawancara dengan KORAN SINDO beberapa waktu lalu, Ira mengaku di dunia bisnis, terutama yang berhubungan dengan konsumen langsung, kunci utama yang harus diterapkan adalah fokus pada pelanggan.
Untuk itu pada kiprahnya di ASPD Indonesia Ferry dia bertekad memberikan pelayanan terbaik kepada para pengguna jasa penyeberangan dengan pengalaman yang menyenangkan.
CEO perempuan lainnya, Nicke Widyawati, juga dinilai berprestasi karena berhasil membawa Pertamina menjadi salah satu perusahaan yang masuk dalam daftar Fortune Global 500yang diumumkan belum lama ini. (Andika Hendra)
Jangan lagi meremehkan sepak terjang perempuan di dunia bisnis. Betapa tidak, saat ini banyak perusahaan raksasa dunia, termasuk yang tertera dalam Fortune 500, ternyata dikendalikan kaum hawa. Jumlahnya dari tahun ke tahun semakin banyak. Mereka juga menentukan kebijakan strategis perusahaan seperti ekspansi dan akuisisi hingga perubahan arah bisnis.
“Kita melihat perempuan dan kaum minoritas di dewan direksi berbagai perusahaan besar menguat. Dewan direksi juga memiliki kesempatan untuk menentukan siapa yang menjadi CEO,” kata Lorraine Hariton, CEO Catalyst, firma konsultan dan penelitian nirlaba.
Pakar ketidaksetaraan gender Universitas Negeri Utah Christy Glass mengungkapkan lewat penelitiannya bersama Alison Cook bahwa ketika dewan direksi mampu berintegrasi dengan perempuan, kemungkinan akan semakin besar peluang perempuan ditunjuk sebagai CEO.
“Perlu penekanan terhadap dewan direksi perusahaan yang beragam. Itu akan memberikan kesempatan bagi banyak perempuan untuk dipilih sebagai CEO,” ungkapnya seperti dilansir Fortune. Penelitian yang dilaksanakan Glass juga menunjukkan keberagaman dewan direksi dengan hadirnya perempuan sebenarnya bisa mendorong agar masa kerja jabatan CEO perempuan juga cukup panjang.
Saat ini masa kerja CEO perempuan di Fortune 500 lebih pendek daripada CEO laki-laki dengan perbandingan 42 bulan melawan 60 bulan. Tren menarik lainnya, banyak CEO perempuan adalah perempuan non-kulit putih.
Misalnya CEO PensiCo Indra Nooyi merupakan warga AS keturunan India dan CEO PG&E Geisha Williams merupakan keturunan Amerika Latin. Tapi Nooyi telah pensiun dan Williams telah hengkang karena krisis.
CEO Bed Bath & Beyond Mary Winston merupakan eksekutif perempuan kulit hitam pertama yang masuk Fortune 500 sejak CEO Xerox Ursula Burns mengundurkan diri dua setengah tahun lalu. “Perempuan yang bekerja di posisi direksi dan CEO akan memberikan perhatian pada kebijakan kesetaraan gender dan mempraktikkan di perusahaan,” ujar Glass.
Salah satu bonus pertumbuhan direksi dan CEO perempuan, menurut dia, adalah penekanan terhadap perekrutan karyawan dan pegawai dari berbagai latar belakang. Sementara itu dalam pandangan Amarendra Bhushan Dhiraj dari media CEO World, peningkatan jumlah CEO di Fortune 500 adalah kabar baik.
Namun representasi perempuan dalam kepemimpinan yang masuk di Fortune 500 memang sangat jauh dan perlu waktu yang panjang untuk bisa setara. Pandangan lebih progresif justru diungkapkan Lisa Mann, CEO dan pendiri Think Marketing.
“Perusahaan seharusnya menunjuk perempuan untuk posisi wakil presiden dan eksekutif senior,” dia memberi saran. Bagaimana jika perempuan tidak dilibatkan dalam dewan direksi sebuah perusahaan?
Mann dan kontributor CNBC Suzy Welch mengungkapkan banyak perempuan memilih meninggalkan perusahaan dan mendirikan bisnis sendiri. “Jika kamu mengalami banyak penderitaan dan memiliki keahlian lebih, kamu bisa menjadi seorang entrepreneur,” ujar Welch.
Sementara itu salah satu CEO yang menduduki perusahaan Fortune 500 adalah Marry Barra sebagai c hairman dan CEO General Motors (GM). Alumni Universitas Kettering dan Universitas Stanford ini mendapatkan gaji USD21,87 juta. Bara mulai bekerja di General Motors sejak usia 18 tahun.
Pada 1980 gajinya digunakan untuk membiayai kuliah. Bara menjabat sebagai CEO General Motors pada Januari 2014 dan menjadi perempuan pertama yang menjadi pemimpin di industri automotif.
November 2018 lalu dia mengumumkan penutupan lima pabrik perakitan dan merumahkan 14.000 karyawannya. Keputusannya ditentang Presiden Donald Trump yang mengancam akan mencabut subsidi pemerintah terhadap GM. Menghadapi perkembangan zaman, Marry Barra mengungkapkan GM selalu bergerak cepat untuk mengikuti perkembangan zaman. Itu jawaban saat dia ditanya jurnal bagaimana GM menyiapkan armada kendaraan otonom pada akhir tahun ini.
Selanjutnya sosok perempuan menarik lainnya adalah Marillyn Hewson. Dia menduduki posisi sebagai chairwoman, president and chief executive officer Lockheed Martin dengan gaji USD21,5 juta.
Alumni Universitas Alabama itu bergabung dengan Lockheed Corporation sejak 1983. Sebelumnya dia pernah memegang berbagai posisi eksekutif di perusahaan tersebut dan sudah menjabat sebagai CEO sejak Januari 2013. Juli 2015 lalu dia mengumumkan akuisisi Sikorsky Aircraft yang memproduksi helikopter Sikorsky UH-60 Black Hawk untuk memberikan kesempatan Lockheed mengembangkan bisnis helikopter.
Hewson, 63, membuktikan dirinya mampu menjadi pemimpin yang mengantarkan Lockheed Martin untuk terus berekspansi dan mengembangkan sektor industri lain seperti antariksa, kecerdasan buatan, peranti lunak, dan bukan hanya bergantung pada bisnis pertahanan. Dia membawa visi baru ke dalam Lockheed Martin dan membuat sejumlah langkah tegas. Sejak Hewson menjadi CEO pada 2013, kapitalisasi pasar Lockheed Martin meningkat dua kali lipat.
“Saya memiliki pengalaman berada di 20 posisi kepemimpinan Lockheed Martin. Saya memiliki pengalaman yang luas sehingga saya bisa mengembangkan diri. Saya berpikir bahwa saya sudah disiapkan menjadi CEO,” ujar istri James Hewson itu kepada CNN.
Kesuksesan dalam berkarier di Lockeed Martin tidak lepas karena dia tak pernah mengabaikan promosi dan jabatan yang diamanahkan kepadanya. Dia menganggap semua posisi baru yang pernah dijalaninya sebagai pengalaman yang akan berharga di kemudian hari.
Meskipun mengaku tetap memiliki keraguan di awal kariernya, dia selalu ingin keluar dari “zona nyaman” sehingga itu bisa memupuk kepercayaan diri.
CEO Perempuan Indonesia
Ira Puspadewi adalah salah satu contoh sukses CEO di Tanah Air. Perempuan kelahiran Malang, 12 Desember 1967 ini menjadi orang nomor satu di PT ASDP Indonesia Ferry (Persero). Dalam sebuah kesempatan wawancara dengan KORAN SINDO beberapa waktu lalu, Ira mengaku di dunia bisnis, terutama yang berhubungan dengan konsumen langsung, kunci utama yang harus diterapkan adalah fokus pada pelanggan.
Untuk itu pada kiprahnya di ASPD Indonesia Ferry dia bertekad memberikan pelayanan terbaik kepada para pengguna jasa penyeberangan dengan pengalaman yang menyenangkan.
CEO perempuan lainnya, Nicke Widyawati, juga dinilai berprestasi karena berhasil membawa Pertamina menjadi salah satu perusahaan yang masuk dalam daftar Fortune Global 500yang diumumkan belum lama ini. (Andika Hendra)
(nfl)