Teknologi Terbarukan Tekan Anggaran Listrik

Minggu, 28 Juli 2019 - 12:10 WIB
Teknologi Terbarukan...
Teknologi Terbarukan Tekan Anggaran Listrik
A A A
JAKARTA - Sumber daya listrik memang sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Hampir setengah dari kebutuhan kita tergantung pada sumber daya yang satu ini. Namun bagaimana bila hal tersebut di gan tikan dengan energi baru terbarukan (EBT)?

Salah satu tantangan terbesar di era saat ini adalah bagaimana menggantikan energi fosil ke pengembangan EBT yang bisa menekan angka penggunaan tarif listrik agar lebih hemat.

Menurut pengamat energi Febby Tumiwa, adanya EBT adalah sebuah tantangan dan juga motivasi untuk bisa memperbaiki penyediaan energi listrik. Namun dalam hal penyediaannya diperlukan usaha yang kuat dalam hal penyediaan kapasitas. Karena hal itu agar bisa dipakai pada semua kebutuhan.

“Hadirnya teknologi EBT juga harus mendapatkan dukungan dari pemerintah dan masyarakat serta para pelaku usaha untuk menggunakannya. Hal yang perlu ditingkatkan hanya rasa optimistis mengingat masih banyak keterbatasan,” ungkap Febby.

Salah satu energi terbarukan yang telah dikembangkan oleh anak negeri adalah energy storage system berupa baterai penyimpanan energi dengan skala besar. Adanya teknologi ini diharapkan dapat membantu program pemerintah demi mendorong pemanfaatan energi yang berasal dari sumber energi terbarukan hingga 23% pada 2025 nanti.

Positifnya, perangkat energi ini dapat menampung beberapa sumber alam alami seperti angin, matahari, dan air yang nantinya bisa disalurkan untuk menggerakkan energi terbarukan dengan biaya yang lebih hemat. PT PLN (Persero) terus mengejar target bauran energi nasional 23% pada 2025.

Hal ini dibuktikan dengan progres bauran energi nasional yang saat ini telah mencapai 11,68% dengan sebanyak 6.516,3 MW pembangkit energi baru dan terbarukan (EBT) telah beroperasi memasok listrik untuk masyarakat Indonesia. Era EBT juga disikapi serius oleh PT PLN (Persero) tak hanya dalam hal penyediaan sumber energinya, tetapi juga dalam hal pelayanannya.

Dalam sebuah perusahaan, pengelolaan aspek health, safety, security, environment (HSSE) atau kesehatan, keselamatan, keamanan, dan lindung lingkungan (K3) tidak boleh dipandang sebelah mata. Sebab mismanajemen dalam elemen K3 dapat berdampak pada terganggunya operasional dan bahkan lebih serius lagi ditutupnya sebuah perusahaan jika dampak yang timbul sangat masif.

“PLN sebagai salah satu tulang punggung energi nege ri ini terus melakukan upaya peningkatan mutu penge lolaan K3,” kata EVP Keselamatan, Kesehatan Kerja, Keamanan dan Lingkungan PLN Antonius RT Artono. (Aprilia S Andyna/Anton)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4754 seconds (0.1#10.140)