Penggunaan Uang Elektronik Kian Masif, Uang Beredar Tumbuh Melambat

Rabu, 31 Juli 2019 - 18:41 WIB
Penggunaan Uang Elektronik...
Penggunaan Uang Elektronik Kian Masif, Uang Beredar Tumbuh Melambat
A A A
JAKARTA - Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS) Halim Alamsyah mengungkapkan, pertumbuhan uang beredar sudah mengalami perlambatan sejak tiga atau empat tahun terakhir. Penyebab utamanya adalah pertumbuhan ekonomi yang cenderung melambat.

Bank Indonesia (BI) mencatat likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) tumbuh melambat pada Juni 2019. Posisi M2 pada Juni 2019 tercatat Rp 5.911,2 triliun atau tumbuh 6,8 secara year or year (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya sebesar 7,8% (yoy).

“Secara relatif pertumbuhan ekonomi kita yang tetap sekitar 5%, karena pertumbuhan ekonomi peran besarnya adalah sektor konsumsi sekitar 60%-70%,” ujar Halim di Jakarta, Rabu (31/7/2019).

Halim menjelaskan, ekonomi Indonesia yang hanya tumbuh 5% menyebabkan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) tidak bisa meningkat secara cepat. Alhasil, uang beredar juga tidak mampu tumbuh secara signifikan.

“Kalau sekarang 5% maka konsumsi ini lama-lama akan memakan tabungan, sehingga menyebabkan DPK yang merupakan tabungan di masyarakat kita tidak cukup tumbuh dengan cepat,” jelasnya.

Faktor lain, lanjut Halim, masifnya penggunaan uang elektronik yang membuat perlambatan uang beredar seperti uang elektronik dengan memakai sistem QR Code.

“Uang kertas sebetulnya tidak banyak berubah, relatif stabil dan jarang ada penurunan karena orang tidak banyak menggunakan transaksi. Uang elektronik menurunkan uang kertas dan juga akan menurunkan uang beredar,” ucapnya.

Namun, kata Halim, penurunan suku bunga penjaminan tidak memiliki dampak langsung terhadap pertumbuhan uang beredar. Hanya saja, penurunan ini akan memudahkan alokasi pinjaman masyarakat seperti surat berharga obligasi dan reksadana.

“Ini yang akan dilihat. Kalau masyarakat dengan adanya penurunan suku bunga simpanan beralih ke pasar modal, artinya bagus. Itu akan menyebabkan dana pasar modal akan lebih bagus ketimbang dana di perbankan, maka bank juga lebih produktif,” tandasnya.
(ind)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1198 seconds (0.1#10.140)