Anak Orang Kaya Singapura Pilih Tinggal di Penthouse
A
A
A
SINGAPURA - Banyak orang tua kaya raya di Singapura membeli penthouse bagi anak mereka yang sedang kuliah. Tren pembelian apartemen mewah bagi anak-anak sedang meroket di Negeri Singa tersebut di tengah kesenjangan antara orang kaya dan miskin yang semakin lebar.
Seperti dialami oleh Shawn, seorang mahasiswa berusia 24 tahun, yang tinggal di sebuah penthouse senilai USD875.000 (Rp12,35 miliar). Tempat mewah itu dilengkapi kursi kerja Herman Miller Aeron dan mesin espresson Lelit. Apartemen itu dibeli oleh ibunya Shawn.
Apa yang dialami Shawn memang suatu keberuntungan ketika banyak orang kaya Singapura membeli kedua kedua atau ketiga serta membeli properti untuk anak-anak mereka. Data juga menunjukkan bahwa banyak apartemen di beli keluarga kaya untuk anak-anak mereka.
Padahal, warga Singapura yang akan membeli properti kedua akan dikenai pajak tambahan atau dikenal dengan ABSD senilai 12%, dan 15% untuk rumah ketiga. Namun, pajak tersebut tidak menjadi masalah bagi orang kaya.
“Kita mengamati banyak pembeli rumah dari kalangan anak muda,” kata Christine Sun, kepala riset dan konsultan di OrangeTee & Tie Pte, dilansir Bloomberg. Dia mengungkapkan, pembeli rumah untuk pertama kalinya tidak akan terkenal pajak ABSD. “Namun, kebanyakan warga Sinagpura melihat akumulai properti sebagai simpanan kekayaan,” ujarnya.
Padahal, harga penthouse juga selalu merangkak naik. Data menunjukkan pekan lalu dari Urban Redevelopment Authority bahwa harga perumahan meningkat untuk pertama kalinya sejak pembatasan pembelian rumah diberlakukan. Nilai properti di Singapura naik 1,5% dalam tiga bulan. Itu juga menyebabkan banyak orang tua kaya juga turut untuk memburu rumah.
“Tingginya tingkat pajak tambahan ABSD menyebabkan banyak orang bertindak licik. Mereka menggunakan nama anaknya untuk membeli properti,” kata Alan Cheong, Direktur Eksekutif Penelitian dan Konsultan Savills. Namun, tentunya usia anak tersebut memang sudah bisa dan layak untuk memiliki properti.
Jika di bawah usia dewasa atau 21 tahun, Cheong mengungkapkan, salah satu cara menghindari ABSD adalah dengan membuat akun kepercayaan atas nama anak di mana orang tua bisa memegang kendali properti itu untuk mereka. “Akun kepercayaan itu bisa diwujudkan ketika properti untuk anak-anak yang masih kecil,” ujar Edmud Leow dari Dentons Rodyk & Davidson LLP. Namun demikian, properti tersebut menjadi miliki anak-anak tersebut, bukan lagi milik orang tuanya.
Dalam pandangan Nicholas Mak, kepala kajian APAC Realty Ltd, akun kepercayaan bukan hal yang murah untuk dibuat. “Biaya untuk membuatnya juga cukup mahal dan itu tetap menjadi opsi bagi keluarga kaya di Singapura,” katanya.
Kemudian, bagi orang seperti Shawn yang menolak untuk memberikan nama keluarganya, apartemen mewah bisa menjadi tambahan penghasilan di masa depan. Dia bisa menjual penthouse itu untuk dijadikan modal investasi atau bisnis. Dia juga bisa memanfaatkannya sebagai rumah kedua.
“Memang bukan hal yang umum memiliki properti sendiri di Singapura pada usia seperti saya,” kata Shawan. “Saya sendiri mengapresiasi fakta bahwa memiliki rumah sendiri dengan berbagai barang antik asal Swedia, Jepang dan Thailand,” katanya.
Sementara itu, sebuah mansion mewah Singapura dijual seharga USD167 juta (Rp2,3 triliun) dan memecahkan rekor. Rumah itu dijual oleh Winright Investment yang sahamnya dimiliki oleh Cheng Wai Keung, pengembang Wing Thai Holdings. Rumah mewah seluas 7.900 meter persegi di dekat pusat perbelanjaan Orchard Road itu menjadi properti yang langka.
Cheng sendiri menolak berkomentar. Data menunjukkan properti di Jalan Nassim itu dialihkan ke SG Casa, sebuah firma pelayanan keuangan pada 4 Juli lalu. (Andika Hendra M)
Seperti dialami oleh Shawn, seorang mahasiswa berusia 24 tahun, yang tinggal di sebuah penthouse senilai USD875.000 (Rp12,35 miliar). Tempat mewah itu dilengkapi kursi kerja Herman Miller Aeron dan mesin espresson Lelit. Apartemen itu dibeli oleh ibunya Shawn.
Apa yang dialami Shawn memang suatu keberuntungan ketika banyak orang kaya Singapura membeli kedua kedua atau ketiga serta membeli properti untuk anak-anak mereka. Data juga menunjukkan bahwa banyak apartemen di beli keluarga kaya untuk anak-anak mereka.
Padahal, warga Singapura yang akan membeli properti kedua akan dikenai pajak tambahan atau dikenal dengan ABSD senilai 12%, dan 15% untuk rumah ketiga. Namun, pajak tersebut tidak menjadi masalah bagi orang kaya.
“Kita mengamati banyak pembeli rumah dari kalangan anak muda,” kata Christine Sun, kepala riset dan konsultan di OrangeTee & Tie Pte, dilansir Bloomberg. Dia mengungkapkan, pembeli rumah untuk pertama kalinya tidak akan terkenal pajak ABSD. “Namun, kebanyakan warga Sinagpura melihat akumulai properti sebagai simpanan kekayaan,” ujarnya.
Padahal, harga penthouse juga selalu merangkak naik. Data menunjukkan pekan lalu dari Urban Redevelopment Authority bahwa harga perumahan meningkat untuk pertama kalinya sejak pembatasan pembelian rumah diberlakukan. Nilai properti di Singapura naik 1,5% dalam tiga bulan. Itu juga menyebabkan banyak orang tua kaya juga turut untuk memburu rumah.
“Tingginya tingkat pajak tambahan ABSD menyebabkan banyak orang bertindak licik. Mereka menggunakan nama anaknya untuk membeli properti,” kata Alan Cheong, Direktur Eksekutif Penelitian dan Konsultan Savills. Namun, tentunya usia anak tersebut memang sudah bisa dan layak untuk memiliki properti.
Jika di bawah usia dewasa atau 21 tahun, Cheong mengungkapkan, salah satu cara menghindari ABSD adalah dengan membuat akun kepercayaan atas nama anak di mana orang tua bisa memegang kendali properti itu untuk mereka. “Akun kepercayaan itu bisa diwujudkan ketika properti untuk anak-anak yang masih kecil,” ujar Edmud Leow dari Dentons Rodyk & Davidson LLP. Namun demikian, properti tersebut menjadi miliki anak-anak tersebut, bukan lagi milik orang tuanya.
Dalam pandangan Nicholas Mak, kepala kajian APAC Realty Ltd, akun kepercayaan bukan hal yang murah untuk dibuat. “Biaya untuk membuatnya juga cukup mahal dan itu tetap menjadi opsi bagi keluarga kaya di Singapura,” katanya.
Kemudian, bagi orang seperti Shawn yang menolak untuk memberikan nama keluarganya, apartemen mewah bisa menjadi tambahan penghasilan di masa depan. Dia bisa menjual penthouse itu untuk dijadikan modal investasi atau bisnis. Dia juga bisa memanfaatkannya sebagai rumah kedua.
“Memang bukan hal yang umum memiliki properti sendiri di Singapura pada usia seperti saya,” kata Shawan. “Saya sendiri mengapresiasi fakta bahwa memiliki rumah sendiri dengan berbagai barang antik asal Swedia, Jepang dan Thailand,” katanya.
Sementara itu, sebuah mansion mewah Singapura dijual seharga USD167 juta (Rp2,3 triliun) dan memecahkan rekor. Rumah itu dijual oleh Winright Investment yang sahamnya dimiliki oleh Cheng Wai Keung, pengembang Wing Thai Holdings. Rumah mewah seluas 7.900 meter persegi di dekat pusat perbelanjaan Orchard Road itu menjadi properti yang langka.
Cheng sendiri menolak berkomentar. Data menunjukkan properti di Jalan Nassim itu dialihkan ke SG Casa, sebuah firma pelayanan keuangan pada 4 Juli lalu. (Andika Hendra M)
(nfl)