Menperin: Investasi di Industri Petrokimia Bakal Mengucur Deras

Jum'at, 02 Agustus 2019 - 15:30 WIB
Menperin: Investasi di Industri Petrokimia Bakal Mengucur Deras
Menperin: Investasi di Industri Petrokimia Bakal Mengucur Deras
A A A
JAKARTA - Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto mengatakan, sejumlah investor telah menyatakan ketertarikannya untuk berinvestasi di industri petrokimia dalam negeri. Seiring masuknya investasi tersebut, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) pun akan mendorong struktur industri kimia agar semakin dalam dan berdaya saing.

"Selama dua pekan terakhir ini, kami aktif berdiskusi dengan para investor asing yang berminat untuk mengembangkan industri petrokimia di dalam negeri," ungkap Airlangga di Jakarta, Jumat (2/8/2019).

Airlangga menyebutkan, pihaknya telah melakukan pertemuan dengan Menteri Energi dan Industri Uni Emirat Arab (UEA) Suhail Mohamed Faraj Al Mazrouei. Pada kesempatan itu dibahas rencana investasi perusahaan asal UEA, Mubadala. "Mereka mau bergabung dalam pengembangan industri petrokimia bersama PT Chandra Asri Petrochemical dalam Proyek CAP 2," ujarnya.

Mubadala berkomitmen melakukan investasi sebesar USD2,5 miliar (sekitar Rp35 triliun). Nilai investasi ini merupakan setengah dari total nilai investasi yang diperlukan untuk mengembangkan fasilitas baru yang akan memproduksi olefin dan polyolefin, yang diharapkan dapat mengurangi ketergantungan terhadap impor bahan baku.

Kemudian, lanjut Airlangga, China Petroleum Corporation (CPC) Taiwan juga berencana menggelontorkan dananya di Indonesia melalui kerja sama dengan PT Pertamina (Persero). Saat ini, pemerintah menunggu tindak lanjut negosiasi kedua perusahaan tersebut untuk pengembangan komplek industri petrokimia terpadu di Balongan, Indramayu, Jawa Barat.

"Kami masih menunggu pembicaraan business to business antara Pertamina dan CPC. Investasi mereka sekitar USD8,62 miliar," tuturnya.

Menperin optimistis, dengan beroperasinya sejumlah pabrik petrokimia berskala raksasa di Tanah Air, kebutuhan pasar domestik akan produk-produk petrokimia yang selama ini diperoleh melalui impor akan dapat terpenuhi. Produk yang dihasilkan oleh industri petrokimia antara lain digunakan sebagai bahan baku di industri plastik, tekstil, cat, kosmetik dan farmasi.

"Saat ini, industri di Indonesia menyerap produk petrokimia dan turunannya sebanyak 5 juta ton per tahun. Jumlah ini terus tumbuh. Pabrik-pabrik itu akan beroperasi secara bertahap. Mereka baru selesai sekitar tahun 2023-2025. Dengan demikian, industri petrokimia kita bisa tumbuh lebih baik lagi," ujarnya.

Terpisah, Direktur Jenderal Ketahanan, Perwilayahan, dan Akses Industri Internasional (KPAII) Kemenperin Doddy Rahadi telah melakukan pertemuan dengan Bupati Indramayu H Supendi untuk membahas pengembangan Kawasan Peruntukan Industri (KPI) Indramayu.

Investasi yang akan masuk ke Kabupaten Indramayu merupakan kerja sama antara Pertamina dan CPC Taiwan dalam bentuk pembangunan pabrik naphtha cracker dan unit pengembangan sektor hilir petrokimia berskala global.

"Dengan terbangunnya pabrik naphtha crackers, Indonesia nantinya dapat mensubstitusi bahan baku impor," ujarnya. Doddy menambahkan, investasi tersebut ditargetkan dapat membuka lapangan kerja bagi ribuan orang.
(fjo)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5650 seconds (0.1#10.140)