Upaya Antisipasi Kerugian Tanaman Padi Saat Kemarau Harus Didukung Semua Pihak
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) terus berusaha mencegah terjadinya puso pada padi akibat musim kering (kemarau) yang melanda areal persawahan.
Pengamat pertanian dari Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin, Luthfi Fatah, berharap program yang dilakukan Kementan ini mendapat dukungan berbagai pihak sehingga memperoleh hasil maksimal.
"Terutama pemanfaatan air. Selama ini ketersediaan air sudah ada dari Kementan. Tinggal dorongannya dari semua agar itu dimanfaatkan dengan baik," ujar Luthfi, Selasa (6/8/2019).
Selain itu, ucap Luthfi, lintas lembaga di pemerintahan juga harus siap bersinergi dengan Kementan guna mencegah terjadinya puso pada areal padi di persawahan.
Luthfi menjelaskan, sarana infrastruktur pertanian yang dikembangkan Kementan sejauh ini telah cukup baik. Selanjutnya bagaimana ada sarana lain dari luar Kementan yang diarahkan guna kepentingan pertanian.
Luthfi juga mengapresiasi imbauan Kementan mengenai mengganti pola bercocok tanam selain padi saat musim kering kini.
"Begitu pula soal ajakan kepada petani agar memanfaatkan asuransi pertanian sebab akan mengantisipasi kerugian yang besar akibat gagal panen," ucap Luthfi.
Mengantisipasi musim kering tahun ini, Kementan telah menggandeng Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat untuk mengoptimalkan sarana dan prasarana sumber air.
Sebanyak 67.037 hektar jaringan irigasi tersier telah direhabilitasi tahun 2019. Untuk irigasi pompa sebanyak 467 unit dan perpipaan 138 unit.
Sementara lainnya adalah pembangunan embung atau dam parit sebanyak 400 unit dan cetak sawah seluas 6.000 hektar.
Kementan juga berjanji terus menyampaikan informasi iklim musim kemarau tahun 2019, dan deteksi kewaspadaan terhadap kekeringan ke seluruh Gubernur dan dinas pertanian di daerah.
Pengamat pertanian dari Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin, Luthfi Fatah, berharap program yang dilakukan Kementan ini mendapat dukungan berbagai pihak sehingga memperoleh hasil maksimal.
"Terutama pemanfaatan air. Selama ini ketersediaan air sudah ada dari Kementan. Tinggal dorongannya dari semua agar itu dimanfaatkan dengan baik," ujar Luthfi, Selasa (6/8/2019).
Selain itu, ucap Luthfi, lintas lembaga di pemerintahan juga harus siap bersinergi dengan Kementan guna mencegah terjadinya puso pada areal padi di persawahan.
Luthfi menjelaskan, sarana infrastruktur pertanian yang dikembangkan Kementan sejauh ini telah cukup baik. Selanjutnya bagaimana ada sarana lain dari luar Kementan yang diarahkan guna kepentingan pertanian.
Luthfi juga mengapresiasi imbauan Kementan mengenai mengganti pola bercocok tanam selain padi saat musim kering kini.
"Begitu pula soal ajakan kepada petani agar memanfaatkan asuransi pertanian sebab akan mengantisipasi kerugian yang besar akibat gagal panen," ucap Luthfi.
Mengantisipasi musim kering tahun ini, Kementan telah menggandeng Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat untuk mengoptimalkan sarana dan prasarana sumber air.
Sebanyak 67.037 hektar jaringan irigasi tersier telah direhabilitasi tahun 2019. Untuk irigasi pompa sebanyak 467 unit dan perpipaan 138 unit.
Sementara lainnya adalah pembangunan embung atau dam parit sebanyak 400 unit dan cetak sawah seluas 6.000 hektar.
Kementan juga berjanji terus menyampaikan informasi iklim musim kemarau tahun 2019, dan deteksi kewaspadaan terhadap kekeringan ke seluruh Gubernur dan dinas pertanian di daerah.
(ven)