Laba Bersih Standard Chartered Bank Indonesia Capai Rp459 Miliar
A
A
A
JAKARTA - Standard Chartered Bank Indonesia mencatat laba bersih sebesar Rp459 miliar untuk periode semester I 2019, atau meningkat dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp252 miliar. Kenaikan laba didukung oleh pertumbuhan bisnis di berbagai lini usaha dan efisiensi biaya.
Chief Executive Officer Standard Chartered Bank Indonesia, Rino Donosepoetro, mengatakan pertumbuhan kredit dan dana pihak ketiga juga masing-masing naik sebesar 6% year on year. Pertumbuhan kredit terutama dibukukan di sektor manufaktur dan konstruksi yang merupakan industri-industri penting penggerak ekonomi Indonesia.
"Efisiensi biaya ditunjukan dengan membaiknya rasio biaya dari 67,8% di semester I tahun lalu menjadi 54,5% di tahun ini, yang merupakan refleksi dari upaya Bank dalam mengelola pengeluaran dengan lebih optimal," kata Rino di Jakarta, Rabu (7/8/2019).
Perseroan juga dapat mempertahankan margin bunga yang optimal dimana Net Interest Margin (NIM) Bank meningkat dari 4,2% di semester I 2018 menjadi 4,6%pada semester II 2019.
Dia melanjutkan, Standard Chartered Bank juga terus mendorong perdagangan di Indonesia, dengan menyediakan fasilitas perbankan untuk usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dan perusahaan-perusahaan Indonesia berbasis ekspor, sebesar 25% dari portofolio Bank.
Memasuki paruh kedua tahun 2019, perseroan akan terus waspada mengingat adanya ketegangan antara hubungan Amerika Serikat dengan mitra-mitra utamanya, sembari mencermati kebijakan moneter dari bank-bank sentral utama dunia dan fluktuasi harga minyak.
"Sebagai bank internasional yang berkomitmen tinggi terhadap Indonesia, kami akan terus memanfaatkan kemampuan jaringan global kami untuk mendatangkan investasi langsung ke Indonesia, selain juga mendukung perusahaan-perusahaan Indonesia dalam upaya ekspansi ke luar negeri," jelasnya.
Perseroan pun telah mendukung berbagai inisiatif pemerintah, diantaranya parpartisipasi di semua penerbitan obligasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pada 2018, dan terus ambil bagian di semester I 2019.
Lalu penyediaan pembiayaan akuisisi terkait dengan pembangunan infrastruktur BUMN. Selanjutnya, mendukung pemerintah dalam mempromosikan Indonesia sebagai tujuan investasi dengan mendayagunakan jaringan, keahlian dan hubungan perseroan yang kuat dengan para klien. Sehingga menghasilkan komitmen investasi dari luar negeri sebesar Rp71 triliun ke Indonesia dalam rangka pembangunan pabrik manufaktur.
Chief Financial Officer Standard Chartered Bank Indonesia, Anwar Harsono, menuturkan perseroan akan terus menjalankan pengelolaan likuiditas untuk memastikan likuiditas optimal tersedia. Bank juga akan terus berinovasi untuk menghadirkan terobosan baru bagi konsumen Indonesia.
Sejalan dengan strategi Bank untuk fokus pada inovasi digital, Standard Chartered telah meluncurkan dua solusi baru yaitu SmartGoals dan Online Mutual Funds (OMF) untuk menyediakan layanan rekomendasi investasi dan juga sebagai platform transaksi reksa dana secara online yang dapat diakses melalui aplikasi mobile Bank, "SCMobile".
Chief Executive Officer Standard Chartered Bank Indonesia, Rino Donosepoetro, mengatakan pertumbuhan kredit dan dana pihak ketiga juga masing-masing naik sebesar 6% year on year. Pertumbuhan kredit terutama dibukukan di sektor manufaktur dan konstruksi yang merupakan industri-industri penting penggerak ekonomi Indonesia.
"Efisiensi biaya ditunjukan dengan membaiknya rasio biaya dari 67,8% di semester I tahun lalu menjadi 54,5% di tahun ini, yang merupakan refleksi dari upaya Bank dalam mengelola pengeluaran dengan lebih optimal," kata Rino di Jakarta, Rabu (7/8/2019).
Perseroan juga dapat mempertahankan margin bunga yang optimal dimana Net Interest Margin (NIM) Bank meningkat dari 4,2% di semester I 2018 menjadi 4,6%pada semester II 2019.
Dia melanjutkan, Standard Chartered Bank juga terus mendorong perdagangan di Indonesia, dengan menyediakan fasilitas perbankan untuk usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dan perusahaan-perusahaan Indonesia berbasis ekspor, sebesar 25% dari portofolio Bank.
Memasuki paruh kedua tahun 2019, perseroan akan terus waspada mengingat adanya ketegangan antara hubungan Amerika Serikat dengan mitra-mitra utamanya, sembari mencermati kebijakan moneter dari bank-bank sentral utama dunia dan fluktuasi harga minyak.
"Sebagai bank internasional yang berkomitmen tinggi terhadap Indonesia, kami akan terus memanfaatkan kemampuan jaringan global kami untuk mendatangkan investasi langsung ke Indonesia, selain juga mendukung perusahaan-perusahaan Indonesia dalam upaya ekspansi ke luar negeri," jelasnya.
Perseroan pun telah mendukung berbagai inisiatif pemerintah, diantaranya parpartisipasi di semua penerbitan obligasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pada 2018, dan terus ambil bagian di semester I 2019.
Lalu penyediaan pembiayaan akuisisi terkait dengan pembangunan infrastruktur BUMN. Selanjutnya, mendukung pemerintah dalam mempromosikan Indonesia sebagai tujuan investasi dengan mendayagunakan jaringan, keahlian dan hubungan perseroan yang kuat dengan para klien. Sehingga menghasilkan komitmen investasi dari luar negeri sebesar Rp71 triliun ke Indonesia dalam rangka pembangunan pabrik manufaktur.
Chief Financial Officer Standard Chartered Bank Indonesia, Anwar Harsono, menuturkan perseroan akan terus menjalankan pengelolaan likuiditas untuk memastikan likuiditas optimal tersedia. Bank juga akan terus berinovasi untuk menghadirkan terobosan baru bagi konsumen Indonesia.
Sejalan dengan strategi Bank untuk fokus pada inovasi digital, Standard Chartered telah meluncurkan dua solusi baru yaitu SmartGoals dan Online Mutual Funds (OMF) untuk menyediakan layanan rekomendasi investasi dan juga sebagai platform transaksi reksa dana secara online yang dapat diakses melalui aplikasi mobile Bank, "SCMobile".
(ven)