Tambah Likuiditas, BI Terus Kembangkan Instrumen Keuangan
A
A
A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) menyatakan akan terus mengembangkan instrumen keuangan, termasuk yang sifatnya hedging instrumen seperti Domestic Non Delivery Forward (DNDF). Hal tersebut bertujuan untuk menambah likuditas baik di pasar valuta asing (Valas) maupun rupiah.
Instrumen transaksi DNDF ini memberikan alternatif lindung nilai bagi pelaku pasar, sehingga mengurangi demand di pasar spot. Para pelaku pasar dapat melakukan hedging atas kebutuhan pembelian valas melalui transaksi DNDF dan melakukan pembelian valas melalui transaksi spot di kemudian hari.
"Jadi kami lihat sekarang sudah banyak pelaku pasar masuk ke DNDF Indonesia dibanding DNDF yang berada di luar atau Singapura. Dan selama ini responnya cukup positif," ujar Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti di Jakarta, Selasa (13/8/2019).
Dengan demikian, secara bertahap BI akan terus mengembangkan instrumen-instrumen keuangan. Adapun terkait perang dagang, menurut dia dampaknya sudah terlihat di sektor riil. Ekspor juga mulai melambat ke negara China dan AS. "Nah dua hal ini yang jadi tantangan kita. Karena kan keduanya partner dagang utama buat Indonesia," ungkap Destry.
Jadi ke depan, Indonesia diharapkan bisa lebih mendeteksi produk-produknya seperti dari komuniti base masuk ke manufaktur namun bahan baku bisa di produksi dalam negeri sendiri. Maka dari itu, Indonesia perlu perluas pasar ekspor dari konvensional menjadi non konvensional serta merambah ke negara-negara yang di luar negara partner dagang utama. "Contohnya kita bisa buka di middle east ataupun kawasan Afrika," tukas Destry.
Dia juga berharap, pemerintah bersama BI bisa lebih meningkatkan diversifikasi ekspor. Ekonomi domestik juga masih berpotensi menguat terlihat dari konsumsi masyarakat yang menyumbang cukup signifikan dalam perekonomian Indonesia."Artinya dari BI kita akan terus mempertahankan kebijakan moneter dan makroprudensial yang akomodatif. Sebab dengan adanya goncangan di global pasti akan mempengaruhi stabilitas sistem keuangan," ungkapnya.
Instrumen transaksi DNDF ini memberikan alternatif lindung nilai bagi pelaku pasar, sehingga mengurangi demand di pasar spot. Para pelaku pasar dapat melakukan hedging atas kebutuhan pembelian valas melalui transaksi DNDF dan melakukan pembelian valas melalui transaksi spot di kemudian hari.
"Jadi kami lihat sekarang sudah banyak pelaku pasar masuk ke DNDF Indonesia dibanding DNDF yang berada di luar atau Singapura. Dan selama ini responnya cukup positif," ujar Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti di Jakarta, Selasa (13/8/2019).
Dengan demikian, secara bertahap BI akan terus mengembangkan instrumen-instrumen keuangan. Adapun terkait perang dagang, menurut dia dampaknya sudah terlihat di sektor riil. Ekspor juga mulai melambat ke negara China dan AS. "Nah dua hal ini yang jadi tantangan kita. Karena kan keduanya partner dagang utama buat Indonesia," ungkap Destry.
Jadi ke depan, Indonesia diharapkan bisa lebih mendeteksi produk-produknya seperti dari komuniti base masuk ke manufaktur namun bahan baku bisa di produksi dalam negeri sendiri. Maka dari itu, Indonesia perlu perluas pasar ekspor dari konvensional menjadi non konvensional serta merambah ke negara-negara yang di luar negara partner dagang utama. "Contohnya kita bisa buka di middle east ataupun kawasan Afrika," tukas Destry.
Dia juga berharap, pemerintah bersama BI bisa lebih meningkatkan diversifikasi ekspor. Ekonomi domestik juga masih berpotensi menguat terlihat dari konsumsi masyarakat yang menyumbang cukup signifikan dalam perekonomian Indonesia."Artinya dari BI kita akan terus mempertahankan kebijakan moneter dan makroprudensial yang akomodatif. Sebab dengan adanya goncangan di global pasti akan mempengaruhi stabilitas sistem keuangan," ungkapnya.
(akr)