Program Sejuta Rumah Bikin Indonesia Makin Unggul
A
A
A
Program Sejuta Rumah Bikin Indonesia Makin Unggul Masifnya pembangunan infrastruktur yang dilakukan pemerintah di berbagai daerah telah membuat Indonesia termasuk salah satu negara yang unggul.
Namun dari berbagai pembangunan infrastruktur tersebut, Program Sejuta Rumah merupakan program yang paling diminati rakyat. Dalam masa lima tahun pemerintahan Jokowi- Jusuf Kalla, Program Sejuta Rumah bisa dibilang program paling sukses yang dicanangkan pemerintah.
Selain mempermudah rakyat Indonesia, khususnya kalangan masyarakat ber penghasilan rendah (MBR), memiliki rumah, Program Sejuta Rumah juga memberikan dampak berganda bagi industri turunan yang terkait dengan sektor perumahan. Jadi hal yang wajar jika ada yang bilang, Program Sejuta Rumah telah membuat Indonesia lebih unggul.
Bahkan menurut Direktur Jenderal Penyediaan Perumahan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Khalawi Abdul Hamid, Program Se juta Rumah telah mendapat pengakuan internasional.
Hal ini dibuktikan setiap perhelatan Federasi Real Estat Dunia (The International Real Estate Federation/FIABCI), Indonesia selalu dipuji atas kesuksesan Program Sejuta Rumah. Tidak hanya itu, sejumlah negara juga tertarik untuk belajar kepada Indonesia, bagaimana caranya dapat memenuhi target pembangunan rumah ter sebut.
Pasalnya pelaksanaan program ini berbarengan dengan kondisi gejolak perekonomian global yang tengah terjadi. “Mereka penasaran. Teman-teman dari Korea juga penasaran, Aljazair mereka juga sangat ingin tahu. Mereka punya program 200.000 per tahun saja tidak tercapai dan itu uangnya ada, tinggal bangun saja,” papar Khalawi di Jakarta baru-baru ini.
Hingga Agustus 2019, Kementerian PUPR mencatat realisasi Program Sejuta Rumah telah mencapai 735.547 unit. Dengan capaian tersebut Kementerian PUPR memprediksi Program Sejuta Rumah akan tembus 4,8 juta selama lima tahun.
Jika melihat capaian setiap tahunnya, sejak Program Sejuta Rumah dicanangkan pada 2015, realisasinya sudah naik lebih dari tiga kali lipat jika dibandingkan dengan sebelum adanya program tersebut. Adapun perincian pencapai annya, pada 2015 sebanyak 904.758 unit, 2016 sebanyak 699.770 unit, 2017 sebanyak 805.169 unit, dan 2018 sebanyak 1.132.621 unit.
Kesuksesan Program Sejuta Rumah tidak terlepas dari peran utama PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) sebagai bank yang fokus pada perumahan. Jika dalam kurun waktu lebih dari empat tahun Kementerian PUPR mencatat realisasi Program Sejuta Rumah telah mencapai 4,5 juta unit, bisa dipastikan mayoritasnya berasal dari pembia yaan Bank BTN.
Sejak dicanangkan pada April 2015 hingga akhir Juni 2019, Bank BTN telah menyalurkan pembiayaan perumahan mencapai 2.918.973 unit. Adapun perinciannya tahun 2015 mencapai 474.099 unit dari target 431.000 unit, tahun 2016 mencapai 595.540 unit dari target 570.000 unit, kemudian pada 2017 realisasinya sebesar 667.321 unit dari target 666.000 unit.
Selanjutnya pada 2018 mencapai 757.159 unit dari target 750.000 unit dan pada tahun 2019 hingga akhir Juni telah mencapai 424.863 unit dari target 800.000 unit. Direktur Utama Bank BTN Maryono mengungkapkan, perseroan terus merealisasikan penyaluran kredit perumahan sebagai wujud komitmen perseroan mendukung Program Sejuta Rumah.
Untuk mendukung kesuksesan program yang sesuai dengan Nawacita kelima tersebut, Bank BTN telah menggelar berbagai inovasi, termasuk menggelar transformasi digital.
Dukungan yang diberikan tidak hanya berupa penyaluran KPR, tetapi juga memperkuat sumber pembiayaan, mendorong keterjangkauan, mendorong sisi ketersediaan rumah, serta bersinergi dengan stakeholder perumahan, bermitra dengan berbagai pihak hingga menggelar sekolah khusus bagi para pengembang.
“Kami akan terus mendukung kesuksesan Program Sejuta Rumah tidak hanya melalui penyaluran krdit perumahan, tetapi juga membangun ekosistem pembiayaan perumahan yang berkelanjutan,” papar Maryono. Kesungguhan Bank BTN ini tidak hanya slogan saja.
Sejak beberapa tahun lalu berbagai inovasi dilakukan perseroan untuk membangun ekosistem pembiayaan perumahan. Mereka memulai dari menciptakan suplai dan demand sebagai fokus Bank BTN untuk men jalankan amanah Program Sejuta Rumah.
Inovasi produk-produk kredit pemilikan rumah (KPR) pun diciptakan Bank BTN seperti KPR Mikro, KPR Atlet, KPR Gaeesss, dan KPR berbasis komunitas dengan konsep ABCG. Konsep ini dilakukan dengan mengolabora sikan akademisi, bisnis (pengembang dan lembaga pembiayaan), community, dan government (ABCG).
Direktur Bank BTN Mahelan Prabantarikso mengatakan, peran Bank BTN dalam Program Sejuta Rumah adalah sebagai integrator antara suplai dan demand. Berdasarkan data demand, terdapat 90% rumah tangga yang membutuhkan rumah dengan penghasilan kurang dari Rp7 juta.
Bahkan komposisinya 60% memiliki penghasilan kurang dari Rp5 juta. “Didasarkan pada data yang kami miliki, terdapat 3 juta yang masuk golongan feasible not bankable. Mereka adalah masyarakat yang memiliki komunitas,” katanya.
Menurut Mahelan, konsep yang diusung BTN adalah melakukan kolaborasi dengan para stakeholders. Sebagaimana diketahui, masalah suplai adalah terbatasnya lahan, keterbatasan penghasilan, perizinan, dan kurangnya pengembang.
“Guna mengatasi dua hal di atas, BTN mengusung konsep ABCG. Hasilnya antara lain saat akad kredit di Garut dilakukan dengan komunitas Asosiasi Tukang Cukur,” paparnya.
Selain itu, lanjut dia, BTN juga telah merealisasi konsep yang sama di Kabupaten Kendal dengan Komunitas Buruh dan Guru tidak tetap. “Target akhir tahun 2019 akan dilakukan di beberapa kabupaten di Indonesia sebanyak kurang lebih 3.000 pembangunan unit rumah,” sebutnya. (Rakhmat Baihaqi)
Namun dari berbagai pembangunan infrastruktur tersebut, Program Sejuta Rumah merupakan program yang paling diminati rakyat. Dalam masa lima tahun pemerintahan Jokowi- Jusuf Kalla, Program Sejuta Rumah bisa dibilang program paling sukses yang dicanangkan pemerintah.
Selain mempermudah rakyat Indonesia, khususnya kalangan masyarakat ber penghasilan rendah (MBR), memiliki rumah, Program Sejuta Rumah juga memberikan dampak berganda bagi industri turunan yang terkait dengan sektor perumahan. Jadi hal yang wajar jika ada yang bilang, Program Sejuta Rumah telah membuat Indonesia lebih unggul.
Bahkan menurut Direktur Jenderal Penyediaan Perumahan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Khalawi Abdul Hamid, Program Se juta Rumah telah mendapat pengakuan internasional.
Hal ini dibuktikan setiap perhelatan Federasi Real Estat Dunia (The International Real Estate Federation/FIABCI), Indonesia selalu dipuji atas kesuksesan Program Sejuta Rumah. Tidak hanya itu, sejumlah negara juga tertarik untuk belajar kepada Indonesia, bagaimana caranya dapat memenuhi target pembangunan rumah ter sebut.
Pasalnya pelaksanaan program ini berbarengan dengan kondisi gejolak perekonomian global yang tengah terjadi. “Mereka penasaran. Teman-teman dari Korea juga penasaran, Aljazair mereka juga sangat ingin tahu. Mereka punya program 200.000 per tahun saja tidak tercapai dan itu uangnya ada, tinggal bangun saja,” papar Khalawi di Jakarta baru-baru ini.
Hingga Agustus 2019, Kementerian PUPR mencatat realisasi Program Sejuta Rumah telah mencapai 735.547 unit. Dengan capaian tersebut Kementerian PUPR memprediksi Program Sejuta Rumah akan tembus 4,8 juta selama lima tahun.
Jika melihat capaian setiap tahunnya, sejak Program Sejuta Rumah dicanangkan pada 2015, realisasinya sudah naik lebih dari tiga kali lipat jika dibandingkan dengan sebelum adanya program tersebut. Adapun perincian pencapai annya, pada 2015 sebanyak 904.758 unit, 2016 sebanyak 699.770 unit, 2017 sebanyak 805.169 unit, dan 2018 sebanyak 1.132.621 unit.
Kesuksesan Program Sejuta Rumah tidak terlepas dari peran utama PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) sebagai bank yang fokus pada perumahan. Jika dalam kurun waktu lebih dari empat tahun Kementerian PUPR mencatat realisasi Program Sejuta Rumah telah mencapai 4,5 juta unit, bisa dipastikan mayoritasnya berasal dari pembia yaan Bank BTN.
Sejak dicanangkan pada April 2015 hingga akhir Juni 2019, Bank BTN telah menyalurkan pembiayaan perumahan mencapai 2.918.973 unit. Adapun perinciannya tahun 2015 mencapai 474.099 unit dari target 431.000 unit, tahun 2016 mencapai 595.540 unit dari target 570.000 unit, kemudian pada 2017 realisasinya sebesar 667.321 unit dari target 666.000 unit.
Selanjutnya pada 2018 mencapai 757.159 unit dari target 750.000 unit dan pada tahun 2019 hingga akhir Juni telah mencapai 424.863 unit dari target 800.000 unit. Direktur Utama Bank BTN Maryono mengungkapkan, perseroan terus merealisasikan penyaluran kredit perumahan sebagai wujud komitmen perseroan mendukung Program Sejuta Rumah.
Untuk mendukung kesuksesan program yang sesuai dengan Nawacita kelima tersebut, Bank BTN telah menggelar berbagai inovasi, termasuk menggelar transformasi digital.
Dukungan yang diberikan tidak hanya berupa penyaluran KPR, tetapi juga memperkuat sumber pembiayaan, mendorong keterjangkauan, mendorong sisi ketersediaan rumah, serta bersinergi dengan stakeholder perumahan, bermitra dengan berbagai pihak hingga menggelar sekolah khusus bagi para pengembang.
“Kami akan terus mendukung kesuksesan Program Sejuta Rumah tidak hanya melalui penyaluran krdit perumahan, tetapi juga membangun ekosistem pembiayaan perumahan yang berkelanjutan,” papar Maryono. Kesungguhan Bank BTN ini tidak hanya slogan saja.
Sejak beberapa tahun lalu berbagai inovasi dilakukan perseroan untuk membangun ekosistem pembiayaan perumahan. Mereka memulai dari menciptakan suplai dan demand sebagai fokus Bank BTN untuk men jalankan amanah Program Sejuta Rumah.
Inovasi produk-produk kredit pemilikan rumah (KPR) pun diciptakan Bank BTN seperti KPR Mikro, KPR Atlet, KPR Gaeesss, dan KPR berbasis komunitas dengan konsep ABCG. Konsep ini dilakukan dengan mengolabora sikan akademisi, bisnis (pengembang dan lembaga pembiayaan), community, dan government (ABCG).
Direktur Bank BTN Mahelan Prabantarikso mengatakan, peran Bank BTN dalam Program Sejuta Rumah adalah sebagai integrator antara suplai dan demand. Berdasarkan data demand, terdapat 90% rumah tangga yang membutuhkan rumah dengan penghasilan kurang dari Rp7 juta.
Bahkan komposisinya 60% memiliki penghasilan kurang dari Rp5 juta. “Didasarkan pada data yang kami miliki, terdapat 3 juta yang masuk golongan feasible not bankable. Mereka adalah masyarakat yang memiliki komunitas,” katanya.
Menurut Mahelan, konsep yang diusung BTN adalah melakukan kolaborasi dengan para stakeholders. Sebagaimana diketahui, masalah suplai adalah terbatasnya lahan, keterbatasan penghasilan, perizinan, dan kurangnya pengembang.
“Guna mengatasi dua hal di atas, BTN mengusung konsep ABCG. Hasilnya antara lain saat akad kredit di Garut dilakukan dengan komunitas Asosiasi Tukang Cukur,” paparnya.
Selain itu, lanjut dia, BTN juga telah merealisasi konsep yang sama di Kabupaten Kendal dengan Komunitas Buruh dan Guru tidak tetap. “Target akhir tahun 2019 akan dilakukan di beberapa kabupaten di Indonesia sebanyak kurang lebih 3.000 pembangunan unit rumah,” sebutnya. (Rakhmat Baihaqi)
(nfl)