Investasi Asing Dibuka ke Sektor Pendidikan Bakal Perluas Kesenjangan Sosial
A
A
A
JAKARTA - Rencana pemerintah yang bakal membuka investor asing ke sektor pendidikan, menurut Ekonom Indef Didin Damanhuri akan menjadi masalah bagi Indonesia. Hal ini ketika pemerintah tengah merampungkan revisi Daftar Negatif Investasi (DNI) untuk sektor investor asing di bidang pendidikan
Menurutnya jika pemerintah tetap merampungkan DNI ini, maka akan mengambil langkah kebijakan financial driven yang mana masuk dalam kerngka Growth Oriented. Kerangka ini memang selama ini makin kuat dalam pembangunan ekonomi di negeri. Namun, dalam kerangka ini bakal mendapatkan masalah untuk ekonomi Indonesia, sebab akan membuat kesenjangan sosial makin melebar.
"Menurut saya ada dua falacy (kesalahan) di sini akan makin menjauhkan terhadap tujuan nasional, yakni mencerdaskan khidupan bangsa dan mensejahterkan rakyat sebesar-besarnya. Hal ini karena justru dengan financial driven tersebutlah telah menciuptakan kesenjangan sosial yang besar baik antar golongan pendapatan (kaya - miskin) maupun antara wilayah (Jawa - Luar Jawa)," ujar Didin di Jakarta.
Selain itu, lanjutnya kesalahan yang bakal merugikan Indonesia adalah tenaga kerja pendidik di Indonesia akan banyak tidak diperlukan dan tidak berkembang. Pasalnya, Indonesia akan banyak mengimpor tenaga pendidikan asing.
"Tapi lebih kepada bagaimana memobilisasi kapasitas modal manusia lokal secara otentik (inner driven) secara terus menerus dan sistematis. Misalnya soal spiritualitas dan religiusitas, justru sangatlah besar menjadi potensi lokal yang bisa mendorong keunggulan sains (local genius) seperti pernah terjadi di masa lalu, tinggal bagaimana merevitalisasinya," jelasnya.
Dia menambahkan, dengan Invasi Asing ini malahan akan mengantikannya dengan nilai-nilai Sekularistik. "Rektor Asing lebih menimbulkan kontroversi daripada solusi terkait peningkatan Kualitas PT (Perguruan Tinggi) di Indonesia," terang dia.
Menurutnya jika pemerintah tetap merampungkan DNI ini, maka akan mengambil langkah kebijakan financial driven yang mana masuk dalam kerngka Growth Oriented. Kerangka ini memang selama ini makin kuat dalam pembangunan ekonomi di negeri. Namun, dalam kerangka ini bakal mendapatkan masalah untuk ekonomi Indonesia, sebab akan membuat kesenjangan sosial makin melebar.
"Menurut saya ada dua falacy (kesalahan) di sini akan makin menjauhkan terhadap tujuan nasional, yakni mencerdaskan khidupan bangsa dan mensejahterkan rakyat sebesar-besarnya. Hal ini karena justru dengan financial driven tersebutlah telah menciuptakan kesenjangan sosial yang besar baik antar golongan pendapatan (kaya - miskin) maupun antara wilayah (Jawa - Luar Jawa)," ujar Didin di Jakarta.
Selain itu, lanjutnya kesalahan yang bakal merugikan Indonesia adalah tenaga kerja pendidik di Indonesia akan banyak tidak diperlukan dan tidak berkembang. Pasalnya, Indonesia akan banyak mengimpor tenaga pendidikan asing.
"Tapi lebih kepada bagaimana memobilisasi kapasitas modal manusia lokal secara otentik (inner driven) secara terus menerus dan sistematis. Misalnya soal spiritualitas dan religiusitas, justru sangatlah besar menjadi potensi lokal yang bisa mendorong keunggulan sains (local genius) seperti pernah terjadi di masa lalu, tinggal bagaimana merevitalisasinya," jelasnya.
Dia menambahkan, dengan Invasi Asing ini malahan akan mengantikannya dengan nilai-nilai Sekularistik. "Rektor Asing lebih menimbulkan kontroversi daripada solusi terkait peningkatan Kualitas PT (Perguruan Tinggi) di Indonesia," terang dia.
(akr)