Ditekan Barat, Investasi Asing yang Masuk ke China Menciut
loading...
A
A
A
JAKARTA - Data neraca pembayaran China mencatat defisit triwulanan pertama dalam investasi asing langsung (FDI). Catatan itu menjadi tantangan bagi Beijing dalam merayu perusahaan-perusahaan luar negeri setelah kebijakan “pengurangan risiko” yang digencarkan oleh negara-negara Barat.
Kewajiban investasi langsung mengalami defisit sebesar USD11,8 miliar selama periode Juli-September, menurut data awal neraca pembayaran China yang dirilis pada Jumat malam.
Capaian itu merupakan kekurangan triwulanan pertama sejak regulator valuta asing China mulai mengumpulkan data pada tahun 1998, yang dapat dikaitkan dengan dampak “pengurangan risiko” oleh negara-negara Barat terhadap China di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik.
“Beberapa kelemahan dalam FDI China mungkin disebabkan oleh perusahaan multinasional yang melakukan repatriasi pendapatannya,” tulis Goldman Sachs, dikutip dari Reuters, Senin (6/11/2023). Lembaga itu juga menambahkan bahwa perbedaan suku bunga China dengan negara-negara maju iktu berperan.
“Dengan suku bunga di China yang lebih rendah untuk jangka waktu yang lebih lama sementara suku bunga di luar lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama, tekanan arus keluar modal kemungkinan akan terus berlanjut.”
Akibatnya, neraca dasar China--yang mencakup neraca transaksi berjalan dan investasi langsung serta lebih stabil dibandingkan investasi portofolio yang fluktuatif--mencatat defisit sebesar USD3,2 miliar, yang merupakan rekor defisit kuartalan kedua.
“Mengingat dinamika yang terjadi ini, yang siap memberikan tekanan pada yuan, kami mengantisipasi respons strategis berkelanjutan dari otoritas China,” tulis Tommy Xie, Kepala Riset China Raya di OCBC.
Perdagangan yuan dalam negeri terhadap dolar juga mencapai rekor volume terendah pada bulan Oktober, menyoroti upaya pemerintah untuk mengekang penjualan yuan.
Xie memperkirakan bank sentral China akan melanjutkan intervensi kontra-siklus – termasuk bias yang kuat dalam penetapan yuan harian dan mengelola likuiditas yuan di pasar luar negeri--untuk mendukung mata uang dalam menghadapi tantangan ini.
Kewajiban investasi langsung mengalami defisit sebesar USD11,8 miliar selama periode Juli-September, menurut data awal neraca pembayaran China yang dirilis pada Jumat malam.
Capaian itu merupakan kekurangan triwulanan pertama sejak regulator valuta asing China mulai mengumpulkan data pada tahun 1998, yang dapat dikaitkan dengan dampak “pengurangan risiko” oleh negara-negara Barat terhadap China di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik.
“Beberapa kelemahan dalam FDI China mungkin disebabkan oleh perusahaan multinasional yang melakukan repatriasi pendapatannya,” tulis Goldman Sachs, dikutip dari Reuters, Senin (6/11/2023). Lembaga itu juga menambahkan bahwa perbedaan suku bunga China dengan negara-negara maju iktu berperan.
“Dengan suku bunga di China yang lebih rendah untuk jangka waktu yang lebih lama sementara suku bunga di luar lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama, tekanan arus keluar modal kemungkinan akan terus berlanjut.”
Akibatnya, neraca dasar China--yang mencakup neraca transaksi berjalan dan investasi langsung serta lebih stabil dibandingkan investasi portofolio yang fluktuatif--mencatat defisit sebesar USD3,2 miliar, yang merupakan rekor defisit kuartalan kedua.
“Mengingat dinamika yang terjadi ini, yang siap memberikan tekanan pada yuan, kami mengantisipasi respons strategis berkelanjutan dari otoritas China,” tulis Tommy Xie, Kepala Riset China Raya di OCBC.
Perdagangan yuan dalam negeri terhadap dolar juga mencapai rekor volume terendah pada bulan Oktober, menyoroti upaya pemerintah untuk mengekang penjualan yuan.
Xie memperkirakan bank sentral China akan melanjutkan intervensi kontra-siklus – termasuk bias yang kuat dalam penetapan yuan harian dan mengelola likuiditas yuan di pasar luar negeri--untuk mendukung mata uang dalam menghadapi tantangan ini.