Suku Bunga Turun, Ekonom: BI Yakini The Fed Akan Turunkan Juga
A
A
A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga acuan alias BI 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 5,50%.
Direktur Riset CORE Indonesia Piter Abdullah berpendapat, penurunan suku bunga ini memang dibutuhkan dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi di tengah kondisi eksternal yang sudah melambat.
Menurutnya, BI mencoba untuk bergerak mendahului pasar (mendahului kurva) dengan pertimbangan memang arah pasar adalah suku bunga turun.
"Di global beberapa bank sentral sudah menurunkan suku bunga. Saya perkirakan BI juga meyakini bahwa The Fed (bank sentra AS) juga akan menurunkan suku bunga," kata Piter saat dihubungi, Kamis (22/8/2019).
Ke depan, diperkirakan BI masih akan terus menurunkan suku bunga untuk memacu investasi guna mendorong pertumbuhan ekonomi.
Ekonom Indef Bhima Yudhistira menambahkan, penurunan bunga acuan BI sudah tepat momentumnya seiring upaya BI untuk dorong pertumbuhan kredit dan sektor riil.
"Jadi bukan terlalu cepat," tukasnya.
Ruang penurunan suku bunga acuan 25 bps masih terbuka hingga akhir tahun menjadi 5,25%. Faktor pendorongnya proyeksi inflasi tahun ini yang diperkirakan rendah (di bawah 3,5%). Apalagi, pada 2020 inflasi diasumsikan hanya 3,1%.
Periode inflasi yang rendah biasanya disertai dengan bunga acuan yang rendah. Selain itu, stabilitas nilai tukar rupiah masih terjaga di bawah asumsi 15.000 per dolar AS dalam APBN 2019. Suku bunga yang rendah diperlukan untuk menstimulus perekonomian.
"Proyeksi pertumbuhan ekonomi diperkirakan hanya mencapai 5%. Tekanan perang dagang, harga komoditas yang rendah dan konsumsi lambat memerlukan stimulus moneter," tandasnya.
Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) bidang Perhubungan Carmelita Hartoto berharap penurunan bunga yang dilakukan oleh BI, ke depannya akan diikuti oleh penurunan suku bunga kredit di perbankan nasional yang mampu dirasakan manfaatnya oleh semua kalangan usaha.
“Kita sih sangat berharap penurunan bisa lebih besar dan bisa berdampak langsung terhadap pinjaman pengusaha. Sebab, pengusaha tentu sangat berharap suku bunga pinjaman perbankan bisa single digit,” tuturnya.
Direktur Riset CORE Indonesia Piter Abdullah berpendapat, penurunan suku bunga ini memang dibutuhkan dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi di tengah kondisi eksternal yang sudah melambat.
Menurutnya, BI mencoba untuk bergerak mendahului pasar (mendahului kurva) dengan pertimbangan memang arah pasar adalah suku bunga turun.
"Di global beberapa bank sentral sudah menurunkan suku bunga. Saya perkirakan BI juga meyakini bahwa The Fed (bank sentra AS) juga akan menurunkan suku bunga," kata Piter saat dihubungi, Kamis (22/8/2019).
Ke depan, diperkirakan BI masih akan terus menurunkan suku bunga untuk memacu investasi guna mendorong pertumbuhan ekonomi.
Ekonom Indef Bhima Yudhistira menambahkan, penurunan bunga acuan BI sudah tepat momentumnya seiring upaya BI untuk dorong pertumbuhan kredit dan sektor riil.
"Jadi bukan terlalu cepat," tukasnya.
Ruang penurunan suku bunga acuan 25 bps masih terbuka hingga akhir tahun menjadi 5,25%. Faktor pendorongnya proyeksi inflasi tahun ini yang diperkirakan rendah (di bawah 3,5%). Apalagi, pada 2020 inflasi diasumsikan hanya 3,1%.
Periode inflasi yang rendah biasanya disertai dengan bunga acuan yang rendah. Selain itu, stabilitas nilai tukar rupiah masih terjaga di bawah asumsi 15.000 per dolar AS dalam APBN 2019. Suku bunga yang rendah diperlukan untuk menstimulus perekonomian.
"Proyeksi pertumbuhan ekonomi diperkirakan hanya mencapai 5%. Tekanan perang dagang, harga komoditas yang rendah dan konsumsi lambat memerlukan stimulus moneter," tandasnya.
Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) bidang Perhubungan Carmelita Hartoto berharap penurunan bunga yang dilakukan oleh BI, ke depannya akan diikuti oleh penurunan suku bunga kredit di perbankan nasional yang mampu dirasakan manfaatnya oleh semua kalangan usaha.
“Kita sih sangat berharap penurunan bisa lebih besar dan bisa berdampak langsung terhadap pinjaman pengusaha. Sebab, pengusaha tentu sangat berharap suku bunga pinjaman perbankan bisa single digit,” tuturnya.
(ind)