Genjot Produksi Migas, Pertamina Siap Lakukan Akuisisi di Luar Negeri
A
A
A
JAKARTA - PT Pertamina (Persero) akan lebih agresif melakukan akuisisi ladang minyak dan gas bumi (migas) di luar negeri dalam rangka menggenjot produksi nasional. Hal itu juga sebagai respons perseroan dalam mendukung pemerintah mengurangi defisit neraca perdagangan dan menekan impor bahan bakar minyak (BBM).
"Kalau kita hanya fokus di dalam negeri produksi kita tidak bertambah. Untuk itu, kita juga akan fokus ke luar negeri supaya ada tambahan," ujar Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati di sela acara Digital Expo 2019, di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Kamis (29/8/2019).
Berdasarkan buku nota keuangan Rancangan Anggaran Penerimaan Belanja Negara (RAPBN) 2020, pemerintah memberikan penugasan baru kepada Pertamina untuk mengakuisisi perusahaan-perusahaan minyak di luar negeri. Bahkan pemerintah memperbolehkan Pertamina mengakuisisi perusahaan minyak yang secara finansial kurang sehat, namun memiliki cadangan minyak tinggi.
Perusahaan tersebut bisa diakuisisi dengan harga murah dan tidak membebani APBN dan kemudian mampu disehatkan melalui kebijakan korporasi tertentu. Pada prinsipnya, strategi merger dan akuisisi (M&A) dapat dilakukan melalui dua metode. Pertama, dengan mengakuisisi secara mayoritas perusahaan multinasional yang sehat dan kemudian menjadi pemegang saham pengendali pada perusahaan tersebut, sehingga Indonesia mempunyai wakil dalam struktur pengurus dan bisa ikut mengendalikan kebijakan perusahaan.
Kedua, strategi M&A dengan mengakuisisi perusahaan minyak yang secara finansial kurang sehat, namun memiliki cadangan minyak tinggi. Perusahaan tersebut bisa diakuisisi dengan harga murah dan tidak membebani APBN yang kemudian disehatkan melalui kebijakan korporasi tertentu. Terobosan kebijakan tersebut diharapkan dapat mendukung peningkatan produksi migas sekaligus menekan angka impor BBM yang bermuara pada penciptaan surplus transaksi berjalan secara bertahap.
Hal senada juga dikatakan Direktur Hulu Pertamina Dharmawan Samsu. Pertamina, kata dia, akan lebih agresif mengakuisisi wilayah kerja migas di luar negeri. Dalam hal ini, Pertamina akan memprioritaskan akuisisi blok migas eksisting dan sudah berproduksi.
"Kita lebih pada blok yang close to production atau on production supaya kalau eksplorasi kita lebih prefer di dalam. Untuk saat ini kita sudah kembangkan Aljazair dan Malaysia tetapi kita juga cari opportunity di tempat lain termasuk di Afrika," kata dia.
Dia menjelaskan bahwa keuntungan akusisi blok migas di luar negeri salah satunya lebih leluasa melakukan optimalisasi aset. Meski begitu tetap mengacu kalkulasi keekonomian dan dilakukan manajemen risiko untuk menentukan hak partisipasi.
"Itu ada perhitungganya dari tingkat persentase akuisisi. Operator atau non-operator berdasarkan analisa keekonomian dan resiko dari masing-masing project. Dan compliance governance harus ditingkatkan," terangnya.
Menteri BUMN Rini Soemarno juga mendorong Pertamina untuk lebih agresif akuisisi perusahaan migas di luar negeri. Hal itu guna mengurangi defisit neraca perdagangan dan menekan impor BBM.
"Minyak itu sebetulnya punya kita dan kita harapkan kalau kita ambil dari luar itu punya kita. Jangan dicatat sebagai impor tapi benar-benar sebagai milik Pertamina sehingga devisa kita tidak terkena karena memang milik Pertamina," ucap dia.
Sebagai informasi, Pertamina pada dasarnya telah memiliki hak partisipasi di luar negeri. Pertamina telah memiliki aset lapangan migas di luar negeri melalui anak usahanya, yakni Pertamina Internasional EP. Sejumlah aset Pertamina di luar negeri di antaranya di Irak, Aljazair, Malaysia, Kanada, Kolombia, Prancis, Gabon, Myanmar, Namibia dan Tanzania.
"Kalau kita hanya fokus di dalam negeri produksi kita tidak bertambah. Untuk itu, kita juga akan fokus ke luar negeri supaya ada tambahan," ujar Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati di sela acara Digital Expo 2019, di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Kamis (29/8/2019).
Berdasarkan buku nota keuangan Rancangan Anggaran Penerimaan Belanja Negara (RAPBN) 2020, pemerintah memberikan penugasan baru kepada Pertamina untuk mengakuisisi perusahaan-perusahaan minyak di luar negeri. Bahkan pemerintah memperbolehkan Pertamina mengakuisisi perusahaan minyak yang secara finansial kurang sehat, namun memiliki cadangan minyak tinggi.
Perusahaan tersebut bisa diakuisisi dengan harga murah dan tidak membebani APBN dan kemudian mampu disehatkan melalui kebijakan korporasi tertentu. Pada prinsipnya, strategi merger dan akuisisi (M&A) dapat dilakukan melalui dua metode. Pertama, dengan mengakuisisi secara mayoritas perusahaan multinasional yang sehat dan kemudian menjadi pemegang saham pengendali pada perusahaan tersebut, sehingga Indonesia mempunyai wakil dalam struktur pengurus dan bisa ikut mengendalikan kebijakan perusahaan.
Kedua, strategi M&A dengan mengakuisisi perusahaan minyak yang secara finansial kurang sehat, namun memiliki cadangan minyak tinggi. Perusahaan tersebut bisa diakuisisi dengan harga murah dan tidak membebani APBN yang kemudian disehatkan melalui kebijakan korporasi tertentu. Terobosan kebijakan tersebut diharapkan dapat mendukung peningkatan produksi migas sekaligus menekan angka impor BBM yang bermuara pada penciptaan surplus transaksi berjalan secara bertahap.
Hal senada juga dikatakan Direktur Hulu Pertamina Dharmawan Samsu. Pertamina, kata dia, akan lebih agresif mengakuisisi wilayah kerja migas di luar negeri. Dalam hal ini, Pertamina akan memprioritaskan akuisisi blok migas eksisting dan sudah berproduksi.
"Kita lebih pada blok yang close to production atau on production supaya kalau eksplorasi kita lebih prefer di dalam. Untuk saat ini kita sudah kembangkan Aljazair dan Malaysia tetapi kita juga cari opportunity di tempat lain termasuk di Afrika," kata dia.
Dia menjelaskan bahwa keuntungan akusisi blok migas di luar negeri salah satunya lebih leluasa melakukan optimalisasi aset. Meski begitu tetap mengacu kalkulasi keekonomian dan dilakukan manajemen risiko untuk menentukan hak partisipasi.
"Itu ada perhitungganya dari tingkat persentase akuisisi. Operator atau non-operator berdasarkan analisa keekonomian dan resiko dari masing-masing project. Dan compliance governance harus ditingkatkan," terangnya.
Menteri BUMN Rini Soemarno juga mendorong Pertamina untuk lebih agresif akuisisi perusahaan migas di luar negeri. Hal itu guna mengurangi defisit neraca perdagangan dan menekan impor BBM.
"Minyak itu sebetulnya punya kita dan kita harapkan kalau kita ambil dari luar itu punya kita. Jangan dicatat sebagai impor tapi benar-benar sebagai milik Pertamina sehingga devisa kita tidak terkena karena memang milik Pertamina," ucap dia.
Sebagai informasi, Pertamina pada dasarnya telah memiliki hak partisipasi di luar negeri. Pertamina telah memiliki aset lapangan migas di luar negeri melalui anak usahanya, yakni Pertamina Internasional EP. Sejumlah aset Pertamina di luar negeri di antaranya di Irak, Aljazair, Malaysia, Kanada, Kolombia, Prancis, Gabon, Myanmar, Namibia dan Tanzania.
(fjo)