Perang Dagang Makin Dalam, Harga Minyak Merosot
A
A
A
TOKYO - Harga minyak mentah dunia kembali turun akibat kekhawatiran pasar atas perkembangan perang perdagangan AS-China. Di bagian lain, data ekonomi Korea Selatan yang lemah menambah kekhawatiran atas pasar negara berkembang dan peningkatan output OPEC.
Hari ini, minyak mentah AS CLc1 tercatat turun USD26 sen, atau 0,5%, menjadi USD54,84 per barel. Sementara minyak Brent LCOc1 turun USD6 sen menjadi USD58,60 per barel.
Amerika Serikat minggu ini memberlakukan tarif 15% untuk berbagai barang China dan dibalas oleh Negeri Panda itu dengan mengenakan bea baru pada daftar target senilai USD75 miliar. Aksi saling balas itu memperdalam perang dagang yang telah berkecamuk selama lebih dari setahun.
Sementara, ekonomi Korea Selatan berkembang di bawah dari perkiraan selama kuartal kedua karena ekspor direvisi turun akibat sengketa perdagangan AS-China yang berkepanjangan. Di luar itu, Argentina yang memberlakukan kontrol modal juga makin meningkatkan kekhawatiran akan risiko di pasar yang sedang berkembang.
"Minyak akan berjuang untuk membuat kemajuan besar minggu ini tanpa kemajuan dalam pembicaraan perdagangan atau pertemuan, data lunak dari Asia dan kemungkinan retaknya tekad OPEC untuk mengendalikan produksi," kata Jeffrey Halley, analis pasar senior di OANDA seperti dikutip Reuters, Selasa (3/9/2019).
Output dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) tercatat naik pada bulan Agustus lalu karena pasokan yang lebih tinggi dari Irak dan Nigeria yang melebihi pengekangan oleh Arab Saudi.
Padahal, OPEC, Rusia dan non-anggota lainnya, yang dikenal sebagai OPEC +, sepakat pada bulan Desember untuk mengurangi pasokan sebesar 1,2 juta barel per hari dari 1 Januari tahun ini. Bagian OPEC dari pemotongan adalah 800.000 barel per hari, yang akan dikirimkan oleh 11 anggota.
Selain itu, produksi minyak Rusia pada Agustus naik menjadi 11,294 juta barel per hari, melampaui tingkat yang telah dijanjikan Moskow untuk pembatasan produksi.
Meski demikian, Menteri Energi Rusia Alexander Novak menegaskan, Rusia akan sepenuhnya mematuhi perjanjian selama September untuk memotong produksi minyak di antara OPEC dan beberapa produsen non-OPEC.
"Apa yang buruk untuk prospek pertumbuhan global saat ini buruk pula untuk harga minyak dan hanya penarikan besar dalam persediaan yang dapat menunda penyimpangan yang lebih rendah," kata Greg McKenna, ahli strategi di McKenna Macro.
Hari ini, minyak mentah AS CLc1 tercatat turun USD26 sen, atau 0,5%, menjadi USD54,84 per barel. Sementara minyak Brent LCOc1 turun USD6 sen menjadi USD58,60 per barel.
Amerika Serikat minggu ini memberlakukan tarif 15% untuk berbagai barang China dan dibalas oleh Negeri Panda itu dengan mengenakan bea baru pada daftar target senilai USD75 miliar. Aksi saling balas itu memperdalam perang dagang yang telah berkecamuk selama lebih dari setahun.
Sementara, ekonomi Korea Selatan berkembang di bawah dari perkiraan selama kuartal kedua karena ekspor direvisi turun akibat sengketa perdagangan AS-China yang berkepanjangan. Di luar itu, Argentina yang memberlakukan kontrol modal juga makin meningkatkan kekhawatiran akan risiko di pasar yang sedang berkembang.
"Minyak akan berjuang untuk membuat kemajuan besar minggu ini tanpa kemajuan dalam pembicaraan perdagangan atau pertemuan, data lunak dari Asia dan kemungkinan retaknya tekad OPEC untuk mengendalikan produksi," kata Jeffrey Halley, analis pasar senior di OANDA seperti dikutip Reuters, Selasa (3/9/2019).
Output dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) tercatat naik pada bulan Agustus lalu karena pasokan yang lebih tinggi dari Irak dan Nigeria yang melebihi pengekangan oleh Arab Saudi.
Padahal, OPEC, Rusia dan non-anggota lainnya, yang dikenal sebagai OPEC +, sepakat pada bulan Desember untuk mengurangi pasokan sebesar 1,2 juta barel per hari dari 1 Januari tahun ini. Bagian OPEC dari pemotongan adalah 800.000 barel per hari, yang akan dikirimkan oleh 11 anggota.
Selain itu, produksi minyak Rusia pada Agustus naik menjadi 11,294 juta barel per hari, melampaui tingkat yang telah dijanjikan Moskow untuk pembatasan produksi.
Meski demikian, Menteri Energi Rusia Alexander Novak menegaskan, Rusia akan sepenuhnya mematuhi perjanjian selama September untuk memotong produksi minyak di antara OPEC dan beberapa produsen non-OPEC.
"Apa yang buruk untuk prospek pertumbuhan global saat ini buruk pula untuk harga minyak dan hanya penarikan besar dalam persediaan yang dapat menunda penyimpangan yang lebih rendah," kata Greg McKenna, ahli strategi di McKenna Macro.
(fjo)