OPEC Pertimbangkan Perbesar Pangkas Produksi Minyak Mentah
A
A
A
ABU DHABI - Arab Saudi mengatakan, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak Dunia (OPEC) tengah mempertimbangkan untuk memperbesar kebijakan pengurangan produksi minyak mentah. Rencana tersebut diterangkan bakal dibahas pada pertemuan selanjutnya di bulan Desember, dimana Arab Saudi juga menyerukan kepatuhan yang lebih baik
Menteri Energi Arab Saudi yang baru ditunjuk mengutarakan, OPEC dan mitra non-OPEC akan mempertimbangkan pengurangan produksi yang lebih dalam pada pertemuan berikutnya. Pernyataan ini dilontarkan tak lama setelah kesimpulan dari Komite Pengawasan Bersama Menteri (JMMC) di Abu Dhabi, Pangeran Abdulaziz bin Salman mengatakan kelompok yang didominasi Timur Tengah itu memiliki kesiapan untuk lebih responsif.
Komentar tersebut mencuat saat OPEC dan mitra non-OPEC, yang terkadang disebut sebagai OPEC + telah berjuang menopang masa depan minyak mentah tahun ini. Timbul pertanyaan tentang apakah kelompok ini, yang terdiri dari beberapa negara penghasil minyak paling kuat di dunia, benar-benar memiliki pengaruh besar terhadap pasar minyak mentah dunia.
Koalisi penuh selanjutnya dijadwalkan bakal bertemu di Wina, Austria pada awal Desember 2019 untuk memutuskan apakah tindakan lebih lanjut untuk menstabilkan pasar minyak diperlukan untuk tahun 2020.
Realita Baru
Abdulaziz, yang menggantikan Khalid al-Falih sebagai menteri energi Arab Saudi pada hari Minggu, menggambarkan pertemuan JMMC sebagai langkah "produktif," "berbuah" dan "transparan". Duduk di samping rekanan dari Rusia, Abdulaziz mengatakan perundingan telah "membangunkan" Riyadh dan Moskow ke "kenyataan baru".
Dia menjelaskan kedua negara belum cukup inklusif bagi anggota OPEC lainnya dalam pertemuan sebelumnya, ditambah menjanjikan bahwa ini akan berubah dalam beberapa bulan mendatang. "Saya pikir kolega kami menyambut perubahan ini," tambahnya.
Pemimpin defacto OPEC, Arab Saudi, dan anggota non-OPEC Rusia, merupakan anggota OPEC + yang paling berpengaruh. Dominasi mereka yang semakin besar datang dengan kritik pedas di awal tahun, ketika menteri perminyakan Iran memperingatkan masa depan kartel terancam jika Riyadh dan Moskow terus mengesampingkan anggota OPEC tradisional.
Arab Saudi dan Rusia menegaskan kembali komitmen mereka masing-masing pada pengurangan produksi yang dipimpin OPEC. Seperti diketahui OPEC + sepakat untuk mengurangi produksi sebesar 1,2 juta barel per hari pada awal 2019. Kesepakatan itu menggantikan putaran sebelumnya dari pengurangan produksi yang dimulai pada Januari 2017.
Menteri Energi Arab Saudi yang baru ditunjuk mengutarakan, OPEC dan mitra non-OPEC akan mempertimbangkan pengurangan produksi yang lebih dalam pada pertemuan berikutnya. Pernyataan ini dilontarkan tak lama setelah kesimpulan dari Komite Pengawasan Bersama Menteri (JMMC) di Abu Dhabi, Pangeran Abdulaziz bin Salman mengatakan kelompok yang didominasi Timur Tengah itu memiliki kesiapan untuk lebih responsif.
Komentar tersebut mencuat saat OPEC dan mitra non-OPEC, yang terkadang disebut sebagai OPEC + telah berjuang menopang masa depan minyak mentah tahun ini. Timbul pertanyaan tentang apakah kelompok ini, yang terdiri dari beberapa negara penghasil minyak paling kuat di dunia, benar-benar memiliki pengaruh besar terhadap pasar minyak mentah dunia.
Koalisi penuh selanjutnya dijadwalkan bakal bertemu di Wina, Austria pada awal Desember 2019 untuk memutuskan apakah tindakan lebih lanjut untuk menstabilkan pasar minyak diperlukan untuk tahun 2020.
Realita Baru
Abdulaziz, yang menggantikan Khalid al-Falih sebagai menteri energi Arab Saudi pada hari Minggu, menggambarkan pertemuan JMMC sebagai langkah "produktif," "berbuah" dan "transparan". Duduk di samping rekanan dari Rusia, Abdulaziz mengatakan perundingan telah "membangunkan" Riyadh dan Moskow ke "kenyataan baru".
Dia menjelaskan kedua negara belum cukup inklusif bagi anggota OPEC lainnya dalam pertemuan sebelumnya, ditambah menjanjikan bahwa ini akan berubah dalam beberapa bulan mendatang. "Saya pikir kolega kami menyambut perubahan ini," tambahnya.
Pemimpin defacto OPEC, Arab Saudi, dan anggota non-OPEC Rusia, merupakan anggota OPEC + yang paling berpengaruh. Dominasi mereka yang semakin besar datang dengan kritik pedas di awal tahun, ketika menteri perminyakan Iran memperingatkan masa depan kartel terancam jika Riyadh dan Moskow terus mengesampingkan anggota OPEC tradisional.
Arab Saudi dan Rusia menegaskan kembali komitmen mereka masing-masing pada pengurangan produksi yang dipimpin OPEC. Seperti diketahui OPEC + sepakat untuk mengurangi produksi sebesar 1,2 juta barel per hari pada awal 2019. Kesepakatan itu menggantikan putaran sebelumnya dari pengurangan produksi yang dimulai pada Januari 2017.
(akr)