Rupiah Berakhir Tak Berdaya, Mata Uang Eksportir Minyak Perkasa
A
A
A
JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada akhir perdagangan, Senin (16/9/2019) ditutup tak berdaya untuk kembali ke level Rp14.000 per USD setelah sempat menguat. Tren pelemahan kurs rupiah berbanding terbalik dengan mata uang eksportir minyak yang justru tampil perkasa.
Data Yahoo Finance menunjukkan rupiah masih menyusut menjadi Rp14.035/USD pada sesi penutupan atau tidak lebih baik dari sebelumnya Rp13.960/USD. Pergerakan harian rupiah pada perdagangan hari ini berada pada kisaran Rp13.946 sampai dengan Rp14.050/USD.
Posisi rupiah melihat data Bloomberg, pada perdagangan spot exchange juga tergelincir menjadi Rp14.042/USD dibandingkan sesi penutupan akhir pekan kemarin Rp13.966/USD. Rupiah hari ini bergerak di antara Rp13.990-Rp14.054/USD.
Berdasarkan data SINDOnews bersumber dari Limas, rupiah hingga sesi sore tidak terkecuali juga terlihat tertekan untuk berada pada level Rp14.070/USD. Raihan tersebut memburuk dari sebelumnya dan pada sesi awal.
Menurut kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI, rupiah masih tertahan pada zona merah di posisi Rp14.020/USD untuk menjadi sinyal keterpurukan mata uang Garuda. Posisi ini memperlihatkan rupiah lesu usai kemarin Rp13.950/USD.
Di sisi lain seperti dilansir Reuters, mata uang negara eksportir minyak menanjak naik pada perdagangan, Senin setelah setelah serangan drone terhadap fasilitas kilang minyak Arab Saudi. Dimana hal itu mengganggu pasokan minyak global, sementara Yen Jepang dan franc Swiss tampil perkasa karena investor yang gelisah mulai mencari investasi yang aman.
Harga minyak mentah dunia melonjak menyusul serangan terhadap dua kilang Saudi Aramco yang merupakan perusahaan raksasa minyak dunia, hingga yang melumpuhkan lebih dari 5% produksi minyak global. Kelompok Houthi yang sejajar dengan Iran mengklaim bertanggung jawab, tetapi Amerika Serikat menyalahkan Iran.
Crown Norwegia melonjak sebanyak 0,7% lalu menetap di posisi 8,964 terhadap dolar, naik 0,3% pada hari ini. Begitu juga 0,3% lebih tinggi versus euro. Selanjutnya dolar Kanada menguat 0,2% menjadi 1,3259 versus USD. Rubel Rusia juga lebih tinggi.
Sementara kinerja mata uang importir minyak seperti Turki dan India justru buruk. Sedangkan Yen Jepang, yang merupakan pilihan umum bagi investor yang mencari perlindungan dari ketidakpastian pasar, naik 0,2% menjadi 107,85 per dolar. Franc Swiss menguat terhadap euro tetapi hanya naik 0,1% pada level 1,0959.
Hal itu menunjukkan beberapa ketenangan telah kembali ke pasar. Selanjutnya Dolar AS tergelincir 0,1% terhadap enam mata uang utama lainnya. Sedikit berubah ketika versus euro yakni pada posisi 1,1079 per USD.
Data Yahoo Finance menunjukkan rupiah masih menyusut menjadi Rp14.035/USD pada sesi penutupan atau tidak lebih baik dari sebelumnya Rp13.960/USD. Pergerakan harian rupiah pada perdagangan hari ini berada pada kisaran Rp13.946 sampai dengan Rp14.050/USD.
Posisi rupiah melihat data Bloomberg, pada perdagangan spot exchange juga tergelincir menjadi Rp14.042/USD dibandingkan sesi penutupan akhir pekan kemarin Rp13.966/USD. Rupiah hari ini bergerak di antara Rp13.990-Rp14.054/USD.
Berdasarkan data SINDOnews bersumber dari Limas, rupiah hingga sesi sore tidak terkecuali juga terlihat tertekan untuk berada pada level Rp14.070/USD. Raihan tersebut memburuk dari sebelumnya dan pada sesi awal.
Menurut kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI, rupiah masih tertahan pada zona merah di posisi Rp14.020/USD untuk menjadi sinyal keterpurukan mata uang Garuda. Posisi ini memperlihatkan rupiah lesu usai kemarin Rp13.950/USD.
Di sisi lain seperti dilansir Reuters, mata uang negara eksportir minyak menanjak naik pada perdagangan, Senin setelah setelah serangan drone terhadap fasilitas kilang minyak Arab Saudi. Dimana hal itu mengganggu pasokan minyak global, sementara Yen Jepang dan franc Swiss tampil perkasa karena investor yang gelisah mulai mencari investasi yang aman.
Harga minyak mentah dunia melonjak menyusul serangan terhadap dua kilang Saudi Aramco yang merupakan perusahaan raksasa minyak dunia, hingga yang melumpuhkan lebih dari 5% produksi minyak global. Kelompok Houthi yang sejajar dengan Iran mengklaim bertanggung jawab, tetapi Amerika Serikat menyalahkan Iran.
Crown Norwegia melonjak sebanyak 0,7% lalu menetap di posisi 8,964 terhadap dolar, naik 0,3% pada hari ini. Begitu juga 0,3% lebih tinggi versus euro. Selanjutnya dolar Kanada menguat 0,2% menjadi 1,3259 versus USD. Rubel Rusia juga lebih tinggi.
Sementara kinerja mata uang importir minyak seperti Turki dan India justru buruk. Sedangkan Yen Jepang, yang merupakan pilihan umum bagi investor yang mencari perlindungan dari ketidakpastian pasar, naik 0,2% menjadi 107,85 per dolar. Franc Swiss menguat terhadap euro tetapi hanya naik 0,1% pada level 1,0959.
Hal itu menunjukkan beberapa ketenangan telah kembali ke pasar. Selanjutnya Dolar AS tergelincir 0,1% terhadap enam mata uang utama lainnya. Sedikit berubah ketika versus euro yakni pada posisi 1,1079 per USD.
(akr)