Revolusi Konsumen, Daya Saing RI Harus Dipacu Agar Tak Digempur China

Selasa, 17 September 2019 - 06:01 WIB
Revolusi Konsumen, Daya Saing RI Harus Dipacu Agar Tak Digempur China
Revolusi Konsumen, Daya Saing RI Harus Dipacu Agar Tak Digempur China
A A A
JAKARTA - Indonesia tengah mengalami revolusi konsumen yang ditandai dengan melonjaknya jumlah penduduk Indonesia menjadi kelas menengah. Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan, tahun 2020 di Indonesia akan ada 141 juta penduduk yang naik kelas. Potensi ini perlu diantisipasi agar dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kemakmuran masyarakat di dalam negeri.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara menekankan sejumlah tantangan yang harus dihadapi oleh pengusaha muda di Indonesia supaya revolusi konsumen tidak dimanfaatkan oleh pihak luar. Utamanya ialah meningkatkan daya saing dan produktifitas di sektor manufaktur supaya tidak digempur produk-produk dari China.

“Tantangan utama itu bagaimana menghadapi impor China yang cenderung terus meningkat dan mereka mampu memberikan kualitas bagus dengan harga murah. Untuk itu perlu disiapkan bagaimana meningkatkan daya saing dan produktifitas,” kata dia saat dihubungi SINDOnews, di Jakarta, Senin (16/9/2019).

Selain itu, imbuhnya, perlu secara terus menerus meningkatkan inovasi dengan mampu membaca peluang konsumen. Pasalnya di era saat ini perilaku konsumen cenderung berubah lebih banyak senang traveling, nonton bioskop, nonton konser musik dan mendatangi restauran atau cafe. “Kita harus mampu membaca peluang itu. Ini merupakan perubahan pola konsumsi di tengah penurunan ritel,” kata dia.

Meski begitu, pemerintah juga harus mendukung supaya revolusi konsumen tidak dikuasai pihak luar. Selain memberikan insentif pemerintah juga perlu membentengi supaya asing tidak leluasa menguasai pasar di dalam negeri.

“Pemerintah harus memberikan dukungan bagi industri di dalam negeri dengan cara membentengi impor masuk selain memberikan insentif,” tandas dia.

Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet menambahkan, salah satu daya tarik Indonesia untuk investasi asing ialah pasar yang begitu luas dan kelas menengah yang terus tumbuh dilihat dari pendapatan per kapita Indonesia yang meningkat.

Pernyataan Presiden Jokowi terkait revolusi konsumen ialah jangan sampai pasar yang begitu besar ini hanya menguntungkan pihak asing. Investor atau pengusaha domestik juga harus bisa bersaing dengan investor asing.

"Investor domestik perlu didorong untuk melakukan ekspansi bisnis dengan memanfaatkan fasilitas yang sudah disediakan pemerintah seperti insentif pajak, ataupun regulasi kebijakan," ujarnya kepada SINDOnews.

Yusuf mengatakan bahwa investor domestik juga perlu memanfaatkan momentum tren suku bunga acuan yang telah turun sebanyak dua kali. "Dengan turunnya suku bunga acuan suku bunga kredit bisa ikut terkerek turun dan dimanfaatkan oleh investor domestik," imbuhnya.

Meski demikian, Yusuf berpendapat bahwa poin kritik juga perlu disampaikan ke pemerintah terkait revolusi konsumen, karena poin-poin kebijakan yang dikeluarkan pemerintah belum tentu sepenuhnya efektif dalam mendorong ekspansi investor domestik.

"Seperti misalnya insentif pajak yang tidak bisa berdiri sendiri tanpa kebijakan pendukung lain. Hal lain penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) seringkali hanya mengerek sedikit penurunan suku bunga kredit, sehingga ongkos pembiayaan untuk investor domestik untuk melakukan ekspansi usaha relatif masih mahal," tutur Yusuf.

Terpisah, pakar marketing Yuswohady mengatakan bahwa revolusi kelas menengah di Indonesia akan menghasilkan revolusi perilaku konsumen yang akan mengubah secara mendasar rule of the game pemasaran di Indonesia. Perubahan rule of the game itu ujung-ujungnya akan merevolusi strategi yang dijalankan pemasar.

Menurut dia, hukum paling dasar di pemasaran yakni, ketika konsumen berubah, maka strategi harus diubah. Ketika konsumen mengalami revolusi, maka strategi pemasaran pun harus direvolusi.

Rule of the game sudah berubah. Dalam kondisi seperti ini pilihan cuma satu yaitu revolusi strategi pemasaran,” tuturnya.
(ind)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6202 seconds (0.1#10.140)