Ramaikan Persaingan Bisnis Minuman, Caper Diracik dari Bahan Lokal

Senin, 30 September 2019 - 14:48 WIB
Ramaikan Persaingan...
Ramaikan Persaingan Bisnis Minuman, Caper Diracik dari Bahan Lokal
A A A
JAKARTA - Sektor industri makanan dan minuman di Indonesia merupakan salah satu sektor yang memilliki potensi pertumbuhan yang cukup besar. Sementara itu belakangan marak bermunculan outlet minuman segar berbasis teh dan susu plus topping ternyata sangat diminati masyarakat Indonesia.

Meramaikan persaingan bisnis minuman di Tanah Air, salah satunya brand minuman yang sedang viral, ialah Conter Anti Baper atau disingkat "Caper". Outlet minuman "Caper" ini, sedang jadi primadona di kalangan milenial. Setiap harinya, kurang lebih sekitar 100 cup minuman diborong oleh pelanggan.

Saat akhir pekan penjualan bahkan bisa mencapai dua kali lipat, yakni sebanyak 200 cup. Harga minuman di outlet "Caper" berkisar dari Rp8.000 hingga Rp15.000/cup. Kisaran tersebut tentu tergolong murah dan dapat dijangkau banyak kalangan sehingga tak heran bila penjualan produk "Caper" jadi buruan pelanggan, terlebih kalangan pelajar.

Founder "Caper" Stepen Lesmana (33) menceritakan, awal mula membangun bisnis sejak awal 2016. Setelah bosan bekerja sebagai pegawai, Stepen memilih menjadi seorang enterpreuner dengan memulai usahanya dari berjualan minuman di pinggir jalan.
Semenjak itu, Stepen yang kelahiran Jakarta, 26 April 1986 mulai berpikir untuk coba membuat bisnis minuman. Bahasa jaman now, seperti baper (bawa perasaan) dipilih manjadi nama bisnisnya. Maka terciptalah nama "Conter Anti Baper" untuk outletnya.

Pria berdarah campuran Semarang-Jakarta itu terbesit membukan outlet minuman karena bisnis ini sedang viral. Sebagai ciri khas, minuman yang ditawarkan outlet "Caper" diracik dari bahan asli Indonesia.

Bukan tanpa alasan Stepen memilih bahan lokal dalam bisnisnya, lantaran ia menilai produk Indonesia lebih enak dari pada impor. Contohnya saja teh tegal yang disebutnya lebih enak dari teh-teh negara lain. "Makanya di outlet Caper itu aku gak jual thai tea, tapi yang aku jual teh lokal," ungkap pria lulusan Teknik Sipil dari Unuversitas Bina Nusantara (Binus) kepada awak media di Gandaria City, Jakarta Selatan.

Produk unggulan outlet "Caper" adalah minuman rasa coklat. Stepen sendiri memiliki perkebunan coklat di Sulawesi guna memenuhi bahan pokoknya. Coklat tersebut tentu buah asli Indonesia. "Kebun coklatnya itu gak besar. Karena coklatnya kita tanam sendiri, maka kita bisa menjamin kualitasnya," ucap Stepen.

Pengusaha berkacamata ini memang tak main-main soal kualitas. Bahkan untuk menjaga standarisasi rasa dan penyajian, Stepen rutin mendatangi dan mengontrol outlet-outlet "Caper".

Menurut Stepen, bisnisnya ini mungkin hanya menjual minuman dipinggiran. Tapi secara kualitas, produk "Caper" tak kalah dengan minuman yang ada di mall. Ia juga menegaskan, kalau produk unggulan "Caper" jadi minuman coklat terenak dengan harga murah.

Konsistensi menjaga kualitas dan harga jual yang terjangkau berbagai kalangan, membuat usaha Stepen berkembang cukup pesat. Dalam waktu dua tahun lebih, "Caper" telah memiliki sebanyak 20 outlet yang tersebar di berbagai dearah. "Kalau aku pribadi targetnya sebanyak 100 outlet. Kalau sudah 100, aku mau stop. Istirahat dulu sebentar," katanya.

Banyak pihak yang mulai tertarik manjadi mitra "Caper". Stepen sendiri memang membuka peluang kemitraan dengan budget minimal Rp25 juta. Ia juga siap memfasilitasi kebutuhan pihak yang ingin bermitra seperti survei hingga pelatihan.

"Semua itu aku langsung yang turun. Aku yang nanganin. Jadi aku yang training pegawai, sampai survei tempat. Tapi untuk tempat itu hanya saran. Kalau emang yang mau join (mitra) sudah punya tempat, atau ingin ditempat tertentu, ya udah kita buka outlet sesuai keinginan dia," ucapnya.

Pihak yang bermitra juga mendapat kebebasan dalam hal promosi. Terkait menu, Stepen tak mengijinkan untuk membuat menu sesuka hati. Namun Stepen membuka ruang diskusi bila pihak tersebut ingin menambahkan menu yang memang disediakan. "Jadi selain minuman kita ada makanan seperti burger. Kalau mau ditambahkan ke menu bisa. Tapi harus dibicarakan dulu," katanya.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1277 seconds (0.1#10.140)