Deflasi, Ekonom: Indikasi Permintaan Tengah Mengalami Tekanan
A
A
A
JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada bulan September terjadi deflasi sebesar 0,27% dibandingkan bulan Agustus yang mengalami inflasi sebesar 0,12%. Alih-alih positif, ekonom menilai deflasi bulan September mengindikasikan bahwa sisi permintaan tengah mengalami tekanan.
Ekonom Indef Bhima Yudisthira mengatakan, deflasi terjadi karena pedagang tidak berani menaikkan harga barang karena khawatir pembeli berkurang. Hal ini, tegas dia, perlu diwaspadai karena bisa membuat pertumbuhan ekonomi ikut tertekan.
"Perlu diwaspadai jika inflasi rendah bahkan deflasi berlanjut. Konsumsi rumah tangga tahun ini diperkirakan berada di bawah 5%. Pertumbuhan ekonomi akan terdampak dan jauh meleset dari asumsi 5,3%," ujar Bhima saat dihubungi SINDOnews di Jakarta, Selasa (1/10/2019).
Di sisi lain, Bhima mengatakan dorongan inflasi yang perlu dicermati adalah dari kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan tarif listrik. Terlebih saat ini kuota solar bersubsidi pun sudah mulai dibatasi.
"Ini bersumber dari kebijakan pemerintah yang memangkas subsidi dan penyesuaian terhadap harga minyak dunia dan fluktuasi kurs," jelasnya.
Sebagai informasi, dari 82 kota di Indonesia yang dipantau oleh BPS, terdapat 70 kota mengalami deflasi. Sedangkan 12 kota masih mengalami inflasi. Deflasi tertinggi terjadi di Sibolga Sumatera Utara, sebesar 1,94% dan terendah di Surabaya, Jawa Timur, sebesar 0,02%. Sebaliknya, inflasi tertinggi terjadi di Meulaboh, Aceh, sebesar 0,91% dan terendah di Watampone, Sulawesi Selatan, sebesar 0,01%.
Ekonom Indef Bhima Yudisthira mengatakan, deflasi terjadi karena pedagang tidak berani menaikkan harga barang karena khawatir pembeli berkurang. Hal ini, tegas dia, perlu diwaspadai karena bisa membuat pertumbuhan ekonomi ikut tertekan.
"Perlu diwaspadai jika inflasi rendah bahkan deflasi berlanjut. Konsumsi rumah tangga tahun ini diperkirakan berada di bawah 5%. Pertumbuhan ekonomi akan terdampak dan jauh meleset dari asumsi 5,3%," ujar Bhima saat dihubungi SINDOnews di Jakarta, Selasa (1/10/2019).
Di sisi lain, Bhima mengatakan dorongan inflasi yang perlu dicermati adalah dari kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan tarif listrik. Terlebih saat ini kuota solar bersubsidi pun sudah mulai dibatasi.
"Ini bersumber dari kebijakan pemerintah yang memangkas subsidi dan penyesuaian terhadap harga minyak dunia dan fluktuasi kurs," jelasnya.
Sebagai informasi, dari 82 kota di Indonesia yang dipantau oleh BPS, terdapat 70 kota mengalami deflasi. Sedangkan 12 kota masih mengalami inflasi. Deflasi tertinggi terjadi di Sibolga Sumatera Utara, sebesar 1,94% dan terendah di Surabaya, Jawa Timur, sebesar 0,02%. Sebaliknya, inflasi tertinggi terjadi di Meulaboh, Aceh, sebesar 0,91% dan terendah di Watampone, Sulawesi Selatan, sebesar 0,01%.
(fjo)