BNI Catat Pertumbuhan Kredit 14,7% di Kuartal III 2019
A
A
A
JAKARTA - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI berhasil mencatat pertumbuhan kredit sebesar 14,7% pada kuartal III tahun 2019 menjadi senilai Rp558,7 triliun. Ini sekaligus menunjukkan stabilnya percepatan fungsi intermediasi di tengah kondisi perekonomian yang menantang. Direktur Keuangan BNI Ario Bimo mengatakan, penyaluran kredit tersebut didukung oleh pertumbuhan dana pihak ketiga sebesar 5,9%.
Penyaluran kredit yang tetap dijaga ini menunjukkan BNI menjalankan peran dan fungsi utama sebagai bank yang juga menjalankan fungsinya sebagai agent of development, serta sebagai strategi optimalisasi pengelolaan portofolio aset dan liabilitas. "Kinerja ini membuat BNI mampu mencatatkan perbaikan pada net interest income (NII)," ujar Ario dalam jumpa pers di Jakarta.
Sambung dia menjelaskan, pertumbuhan kredit perseroan didorong oleh pembiayaan pada segmen korporasi yang tumbuh 18,1% dari periode yang sama tahun 2018 menjadi Rp291,7 triliun yang terdistribusi ke segmen korporasi swasta sebesar Rp181,1 triliun, atau tumbuh 24,8% dibanding periode sama di 2018.
Lalu untuk penyaluran ke segmen BUMN senilai Rp110,7 triliun, atau mengalami pertumbuhan 8,6% dibandingkan tahun 2018. "Selain segmen Korporasi, segmen Usaha Kecil juga memberikan kontribusi pertumbuhan sebesar 19,2% dibandingkan 2018, menjadi Rp75 triliun," ujarnya.
Kredit pada segmen korporasi terutama disalurkan untuk sektor manufaktur, perdagangan restoran dan hotel, jasa dunia usaha, konstruksi dan kelistrikan. Agar kualitas kredit tersebut tetap terjaga, BNI menerapkan berbagai kebijakan antara lain pemberian kredit kepada high quality corporates, dan pembiayaan kepada corporates cash flow generator.
Hal ini menunjukkan komitmen BNI untuk terus melakukan pembiayaan secara selektif kepada sektor-sektor industri yang memiliki risiko terukur untuk menjaga kualitas aset. "Pertumbuhan kredit di segmen menengah yang dijaga di level moderat sebesar 3,8% dibanding tahun lalu, juga menunjukkan komitmen perbaikan kualitas aset," tambahnya.
Sementara di segmen konsumer, perseroan mencatatkan kredit Payroll masih sebagai kontributor utama pertumbuhan bisnis konsumer, dengan tumbuh 13,1% dibandingkan periode sama tahun lalu atau YoY. Perluasan kredit payroll dilakukan dengan memfokuskan diri pada pemberian kredit pada karyawan institusi pemerintah dan BUMN, dimana hingga September 2019, kredit payroll kepada karyawan BUMN dan pemerintahan memberikan kontribusi sekitar 64,4% dari total kredit payroll.
Selain kredit payroll, BNI juga terus fokus menumbuhkan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) melalui berbagai perbaikan strategi antara lain perbaikan proses kredit mortgage, perubahan kebijakan tenor menjadi lebih panjang bagi nasabah potensial, fokus ekspansi pada nasabah yang belum menggunakan produk KPR BNI, fokus pada nasabah berpendapatan tetap, serta ekspansi target ke generasi milenial. Pada September 2019, BNI mencatatkan pertumbuhan KPR 9,5% secara YoY atau mencapai Rp 43,1 triliun.
Penyaluran Kredit BNI yang solid ditopang oleh pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 5,9% secara YoY, menjadi Rp 581 triliun pada Kuartal III – 2019. BNI juga menjaga rasio dana murah yang ditunjukkan dari komposisi CASA yang mencapai 64,3% dari total DPK, terutama karena pertumbuhan Giro sebesar 13% dan tabungan 7,5% YoY.
Dalam upaya menghimpun dana murah, BNI terus mengembangkan layanan digital banking, meningkatkan sinergi dengan berbagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN), serta mengembangkan layanan bagi lembaga-lembaga pemerintahan.
Keberhasilan dalam upaya menghimpun dana murah juga tercermin dari penambahan jumlah rekening individu menjadi sebanyak 46,5 juta. Selain itu, BNI juga terus meningkatkan jumlah branchless banking dari 111.836 pada akhir tahun 2018 menjadi 130.803 Agen46 pada Kuartal III - 2019. Perluasan Agen46 ini semakin mendekatkan layanan perbankan yang biasa diberikan di outlet BNI, kepada para nasabah, sehingga memberikan kontribusi pendapatan berbasis komisi.
Pendapatan berbasis Fee (fee based income/FBI) ditopang oleh pertumbuhan recurring fee sebesar 17,1% YoY menjadi Rp 7,9 triliun. Kenaikan FBI pada kuartal ketiga 2019 ini didorong oleh kontribusi fee dari segmen business banking, antara lain fee dari trade finance yang tumbuh 9,4% dan fee sindikasi yang tumbuh 81,6%. Adapun, sumber fee dari bisnis konsumer antara lain berasal fee pengelolaan kartu debit yang tumbuh 57,5% dan fee transaksi melalui ATM yang tumbuh 16,5%.
Penyaluran kredit BNI mendukung pertumbuhan Pendapatan Bunga Bersih (NII) menjadi Rp 26,9 triliun pada Kuartal III – 2019. Begitu juga dengan Non Interest Income atau fee based income (FBI), yang pada Kuartal III – 2019 tumbuh sebesar 13% YoY, menjadi Rp 8,1 triliun. "Dengan dukungan pertumbuhan NII dan FBI, kami mampu mencatatkan laba bersih senilai Rp12 triliun atau tumbuh 4,7% dibandingkan periode yang sama tahun 2018," ujarnya.
Dalam kualitas aset rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan atau NPL) tercatat membaik menjadi 1,8% hingga kuartal ketiga 2019 dari periode yang sama pada tahun sebelumnya sebesar 2%. Credit cost juga menunjukkan perbaikan, yaitu turun dari 1,4% pada 2018 menjadi 1,3% pada kuartal ketiga 2019, sementara coverage ratio terus meningkat dari 152% di 2018 menjadi 159% pada kuartal ketiga 2019.
Penyaluran kredit yang tetap dijaga ini menunjukkan BNI menjalankan peran dan fungsi utama sebagai bank yang juga menjalankan fungsinya sebagai agent of development, serta sebagai strategi optimalisasi pengelolaan portofolio aset dan liabilitas. "Kinerja ini membuat BNI mampu mencatatkan perbaikan pada net interest income (NII)," ujar Ario dalam jumpa pers di Jakarta.
Sambung dia menjelaskan, pertumbuhan kredit perseroan didorong oleh pembiayaan pada segmen korporasi yang tumbuh 18,1% dari periode yang sama tahun 2018 menjadi Rp291,7 triliun yang terdistribusi ke segmen korporasi swasta sebesar Rp181,1 triliun, atau tumbuh 24,8% dibanding periode sama di 2018.
Lalu untuk penyaluran ke segmen BUMN senilai Rp110,7 triliun, atau mengalami pertumbuhan 8,6% dibandingkan tahun 2018. "Selain segmen Korporasi, segmen Usaha Kecil juga memberikan kontribusi pertumbuhan sebesar 19,2% dibandingkan 2018, menjadi Rp75 triliun," ujarnya.
Kredit pada segmen korporasi terutama disalurkan untuk sektor manufaktur, perdagangan restoran dan hotel, jasa dunia usaha, konstruksi dan kelistrikan. Agar kualitas kredit tersebut tetap terjaga, BNI menerapkan berbagai kebijakan antara lain pemberian kredit kepada high quality corporates, dan pembiayaan kepada corporates cash flow generator.
Hal ini menunjukkan komitmen BNI untuk terus melakukan pembiayaan secara selektif kepada sektor-sektor industri yang memiliki risiko terukur untuk menjaga kualitas aset. "Pertumbuhan kredit di segmen menengah yang dijaga di level moderat sebesar 3,8% dibanding tahun lalu, juga menunjukkan komitmen perbaikan kualitas aset," tambahnya.
Sementara di segmen konsumer, perseroan mencatatkan kredit Payroll masih sebagai kontributor utama pertumbuhan bisnis konsumer, dengan tumbuh 13,1% dibandingkan periode sama tahun lalu atau YoY. Perluasan kredit payroll dilakukan dengan memfokuskan diri pada pemberian kredit pada karyawan institusi pemerintah dan BUMN, dimana hingga September 2019, kredit payroll kepada karyawan BUMN dan pemerintahan memberikan kontribusi sekitar 64,4% dari total kredit payroll.
Selain kredit payroll, BNI juga terus fokus menumbuhkan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) melalui berbagai perbaikan strategi antara lain perbaikan proses kredit mortgage, perubahan kebijakan tenor menjadi lebih panjang bagi nasabah potensial, fokus ekspansi pada nasabah yang belum menggunakan produk KPR BNI, fokus pada nasabah berpendapatan tetap, serta ekspansi target ke generasi milenial. Pada September 2019, BNI mencatatkan pertumbuhan KPR 9,5% secara YoY atau mencapai Rp 43,1 triliun.
Penyaluran Kredit BNI yang solid ditopang oleh pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 5,9% secara YoY, menjadi Rp 581 triliun pada Kuartal III – 2019. BNI juga menjaga rasio dana murah yang ditunjukkan dari komposisi CASA yang mencapai 64,3% dari total DPK, terutama karena pertumbuhan Giro sebesar 13% dan tabungan 7,5% YoY.
Dalam upaya menghimpun dana murah, BNI terus mengembangkan layanan digital banking, meningkatkan sinergi dengan berbagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN), serta mengembangkan layanan bagi lembaga-lembaga pemerintahan.
Keberhasilan dalam upaya menghimpun dana murah juga tercermin dari penambahan jumlah rekening individu menjadi sebanyak 46,5 juta. Selain itu, BNI juga terus meningkatkan jumlah branchless banking dari 111.836 pada akhir tahun 2018 menjadi 130.803 Agen46 pada Kuartal III - 2019. Perluasan Agen46 ini semakin mendekatkan layanan perbankan yang biasa diberikan di outlet BNI, kepada para nasabah, sehingga memberikan kontribusi pendapatan berbasis komisi.
Pendapatan berbasis Fee (fee based income/FBI) ditopang oleh pertumbuhan recurring fee sebesar 17,1% YoY menjadi Rp 7,9 triliun. Kenaikan FBI pada kuartal ketiga 2019 ini didorong oleh kontribusi fee dari segmen business banking, antara lain fee dari trade finance yang tumbuh 9,4% dan fee sindikasi yang tumbuh 81,6%. Adapun, sumber fee dari bisnis konsumer antara lain berasal fee pengelolaan kartu debit yang tumbuh 57,5% dan fee transaksi melalui ATM yang tumbuh 16,5%.
Penyaluran kredit BNI mendukung pertumbuhan Pendapatan Bunga Bersih (NII) menjadi Rp 26,9 triliun pada Kuartal III – 2019. Begitu juga dengan Non Interest Income atau fee based income (FBI), yang pada Kuartal III – 2019 tumbuh sebesar 13% YoY, menjadi Rp 8,1 triliun. "Dengan dukungan pertumbuhan NII dan FBI, kami mampu mencatatkan laba bersih senilai Rp12 triliun atau tumbuh 4,7% dibandingkan periode yang sama tahun 2018," ujarnya.
Dalam kualitas aset rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan atau NPL) tercatat membaik menjadi 1,8% hingga kuartal ketiga 2019 dari periode yang sama pada tahun sebelumnya sebesar 2%. Credit cost juga menunjukkan perbaikan, yaitu turun dari 1,4% pada 2018 menjadi 1,3% pada kuartal ketiga 2019, sementara coverage ratio terus meningkat dari 152% di 2018 menjadi 159% pada kuartal ketiga 2019.
(akr)