Edhy Prabowo Siap Melanjutkan Program Susi Pudjiastuti
A
A
A
JAKARTA - Menteri Kelautan dan Perikanan 2014-2019, Susi Pudjiastuti, melakukan serah terima jabatan (sertijab) kepada penggantinya, Edhy Prabowo di Gedung Kementerian Kelautan dan Perikanan, Rabu (23/10/2019).
Acara pisah sambut ini dihadiri jajaran KKP dan mantan menteri sebelumnya, seperti Freddy Numberi, Sharif Cicip Sutardjo, dan Fadel Muhammad. Hadir pula ahli Hukum Laut Hasyim Djalal, dan pimpinan Komisi IV DPR periode 2014-2019 Viva Yoga Mauladi dan Michael Wattimena.
Dalam sambutannya, Menteri Kelautan dan Perikanan, Edhy Prabowo, berterima kasih kepada Susi atas apa yang telah dilakukannya selama menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan.
"Bu Susi terima kasih atas dedikasinya. Rumah (KKP) ini adalah rumahnya ibu dan kami akan selalu terbuka menerima ibu," kata Edhy di Jakarta, Rabu (23/10/2019).
Edhy menyebutkan, sepak terjang Susi selama 5 tahun terakhir telah dipantau dan diamati saat dirinya menjabat sebagai Ketua Komisi IV DPR. Ia menemukan banyak terobosan luar biasa meskipun beberapa mungkin masih perlu penyempurnaan.
"Pada akhirnya, semangat yang kita lakukan adalah bagaimana kita bersama-sama terus maju melanjutkan perjuangan membela nelayan kita, membela petambak garam kita, membela petambak udang kita, membela pelaku usaha perikanan kita," tegasnya.
Edhy menyampaikan, tidak banyak perombakan yang akan dilakukan, termasuk dalam perubahan struktur. Namun, ia menyebut akan segera mengisi jabatan-jabatan yang masih kosong agar pekerjaan dapat dilakukan dengan lebih sempurna.
"Setidaknya 6 bulan ini, kita akan kerja dan saya akan langsung lanjutkan apa yang sudah ibu Susi lakukan. Manakala masih ada yang perlu kita sempurnakan, akan kami sempurnakan. Saya melihat teman-teman di Kementerian Kelautan dan Perikanan juga bekerja tidak pernah henti-hentinya untuk membela nelayan kita," tandasnya.
Sementara, Susi Pudjiastuti dalam sambutannya menyatakan berbahagia karena jabatan yang dulu diempunya diteruskan oleh Menteri Edhy yang menurutnya bukanlah orang asing di sektor kelautan dan perikanan. Menurutnya, selama 5 tahun dirinya menjabat, ia dan Edhy sudah sangat sering berinteraksi dalam rapat kerja bersama Komisi IV DPR.
"Saya sangat senang dan kekhawatiran yang ada bahwa nanti perjuangan KKP ini nanti akan hilang tidak ada karena Pak Edhy bukanlah orang lain, bukan orang asing untuk KKP," tuturnya.
"Tidak ada yang lebih menggembirakan kalau kita hand over sesuatu yang kita sayangi kepada orang yang sudah kita ketahui. KKP ini adalah my passion the last five years, cinta saya, hidup saya," lanjut Susi.
Menurut Susi, ia mungkin melakukan banyak perubahan kontroversial selama menjabat 5 tahun terakhir. Ia berpendapat, hal itu dilakukan sebagai bentuk terobosan untuk mengusung sektor kelautan dan perikanan menjadi lebih baik. Terbukti, sejak tahun 2015, neraca perdagangan perikanan Indonesia menjadi nomor satu di Asia Tenggara.
"Kita bangga, satu dari enam tuna di dunia yang ada di meja yang dimakan oleh orang dunia adalah milik Indonesia. Tentu policy-policy yang sudah saya terapkan ini, yang baik terus diteruskan pak Edhy. Nah, yang tidak baik mohon diperbaiki," pesannya.
Selain itu, Susi juga berpesan agar Edhy meneruskan visi misi Presiden untuk menjadikan laut masa depan bangsa dan Indonesia sebagai poros maritim dunia, salah satunya dengan tidak lagi memunggungi laut. Terlebih saat ini, isu kelautan dan perikanan sudah cukup menarik perhatian masyarakat Indonesia termasuk dunia.
Susi menitipkan pelaksanaan Perpres Nomor 44 Tahun 2016 tentang negative list investasi asing di perikanan tangkap sebagai bentuk kedaulatan rakyat atas lautan Indonesia.
"Kedaulatan laut kita hanya untuk bangsa kita karena itu adalah satu-satunya sumber protein, sumber kehidupan yang masih accessible bagi kebanyakan rakyat kita. Kalau tambang dan lain sebagainya itu memerlukan modal besar, tidak semua anak bangsa bisa mengakses. Dan sekarang perikanan sudah terbuka. Siapa saja bisa mancing, bisa nangkap pakai jaring, dan hasilnya ada. Saya ingin bapak pertahankan," paparnya.
Di pilar keberlanjutan, Susi juga berpesan untuk meneruskan laut lestari. Laut lestari yang dimaksud bukan sempit pada arti konservasi, melainkan pengelolaan untuk meningkatkan produktivitas. Ikan yang sudah banyak jumlahnya, besar-besar ukurannya telah membuat nelayan dapat menangkap ikan dengan mudah dengan mengeluarkan ongkos yang jauh lebih murah. Untuk itu perlu dijaga dengan pengaturan alat-alat tangkap yang tidak ramah lingkungan baik cantrang, bom, portas, dan dinamit.
Tak hanya itu, Susi juga menyoroti masalah pemerataan kesejahteraan. Sesuai dengan visi Presiden dengan Kabinet Indonesia Maju yaitu memperbaiki sumber daya manusia, Susi berharap Edhy dapat meneruskan pembangunan institusi pendidikan kelautan dan perikanan.
"Dulu saya mimpi 10 politeknik setahun, tapi yang mampu dikerjakan 7 politeknik 5 tahun. Jadi antara mimpi saya dan realita masih jauh. Saya yakin pak Edhy Prabowo yang tinggi jam terbangnya di DPR, 10 politeknik setahun mestinya bisa," paparnya.
Acara pisah sambut ini dihadiri jajaran KKP dan mantan menteri sebelumnya, seperti Freddy Numberi, Sharif Cicip Sutardjo, dan Fadel Muhammad. Hadir pula ahli Hukum Laut Hasyim Djalal, dan pimpinan Komisi IV DPR periode 2014-2019 Viva Yoga Mauladi dan Michael Wattimena.
Dalam sambutannya, Menteri Kelautan dan Perikanan, Edhy Prabowo, berterima kasih kepada Susi atas apa yang telah dilakukannya selama menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan.
"Bu Susi terima kasih atas dedikasinya. Rumah (KKP) ini adalah rumahnya ibu dan kami akan selalu terbuka menerima ibu," kata Edhy di Jakarta, Rabu (23/10/2019).
Edhy menyebutkan, sepak terjang Susi selama 5 tahun terakhir telah dipantau dan diamati saat dirinya menjabat sebagai Ketua Komisi IV DPR. Ia menemukan banyak terobosan luar biasa meskipun beberapa mungkin masih perlu penyempurnaan.
"Pada akhirnya, semangat yang kita lakukan adalah bagaimana kita bersama-sama terus maju melanjutkan perjuangan membela nelayan kita, membela petambak garam kita, membela petambak udang kita, membela pelaku usaha perikanan kita," tegasnya.
Edhy menyampaikan, tidak banyak perombakan yang akan dilakukan, termasuk dalam perubahan struktur. Namun, ia menyebut akan segera mengisi jabatan-jabatan yang masih kosong agar pekerjaan dapat dilakukan dengan lebih sempurna.
"Setidaknya 6 bulan ini, kita akan kerja dan saya akan langsung lanjutkan apa yang sudah ibu Susi lakukan. Manakala masih ada yang perlu kita sempurnakan, akan kami sempurnakan. Saya melihat teman-teman di Kementerian Kelautan dan Perikanan juga bekerja tidak pernah henti-hentinya untuk membela nelayan kita," tandasnya.
Sementara, Susi Pudjiastuti dalam sambutannya menyatakan berbahagia karena jabatan yang dulu diempunya diteruskan oleh Menteri Edhy yang menurutnya bukanlah orang asing di sektor kelautan dan perikanan. Menurutnya, selama 5 tahun dirinya menjabat, ia dan Edhy sudah sangat sering berinteraksi dalam rapat kerja bersama Komisi IV DPR.
"Saya sangat senang dan kekhawatiran yang ada bahwa nanti perjuangan KKP ini nanti akan hilang tidak ada karena Pak Edhy bukanlah orang lain, bukan orang asing untuk KKP," tuturnya.
"Tidak ada yang lebih menggembirakan kalau kita hand over sesuatu yang kita sayangi kepada orang yang sudah kita ketahui. KKP ini adalah my passion the last five years, cinta saya, hidup saya," lanjut Susi.
Menurut Susi, ia mungkin melakukan banyak perubahan kontroversial selama menjabat 5 tahun terakhir. Ia berpendapat, hal itu dilakukan sebagai bentuk terobosan untuk mengusung sektor kelautan dan perikanan menjadi lebih baik. Terbukti, sejak tahun 2015, neraca perdagangan perikanan Indonesia menjadi nomor satu di Asia Tenggara.
"Kita bangga, satu dari enam tuna di dunia yang ada di meja yang dimakan oleh orang dunia adalah milik Indonesia. Tentu policy-policy yang sudah saya terapkan ini, yang baik terus diteruskan pak Edhy. Nah, yang tidak baik mohon diperbaiki," pesannya.
Selain itu, Susi juga berpesan agar Edhy meneruskan visi misi Presiden untuk menjadikan laut masa depan bangsa dan Indonesia sebagai poros maritim dunia, salah satunya dengan tidak lagi memunggungi laut. Terlebih saat ini, isu kelautan dan perikanan sudah cukup menarik perhatian masyarakat Indonesia termasuk dunia.
Susi menitipkan pelaksanaan Perpres Nomor 44 Tahun 2016 tentang negative list investasi asing di perikanan tangkap sebagai bentuk kedaulatan rakyat atas lautan Indonesia.
"Kedaulatan laut kita hanya untuk bangsa kita karena itu adalah satu-satunya sumber protein, sumber kehidupan yang masih accessible bagi kebanyakan rakyat kita. Kalau tambang dan lain sebagainya itu memerlukan modal besar, tidak semua anak bangsa bisa mengakses. Dan sekarang perikanan sudah terbuka. Siapa saja bisa mancing, bisa nangkap pakai jaring, dan hasilnya ada. Saya ingin bapak pertahankan," paparnya.
Di pilar keberlanjutan, Susi juga berpesan untuk meneruskan laut lestari. Laut lestari yang dimaksud bukan sempit pada arti konservasi, melainkan pengelolaan untuk meningkatkan produktivitas. Ikan yang sudah banyak jumlahnya, besar-besar ukurannya telah membuat nelayan dapat menangkap ikan dengan mudah dengan mengeluarkan ongkos yang jauh lebih murah. Untuk itu perlu dijaga dengan pengaturan alat-alat tangkap yang tidak ramah lingkungan baik cantrang, bom, portas, dan dinamit.
Tak hanya itu, Susi juga menyoroti masalah pemerataan kesejahteraan. Sesuai dengan visi Presiden dengan Kabinet Indonesia Maju yaitu memperbaiki sumber daya manusia, Susi berharap Edhy dapat meneruskan pembangunan institusi pendidikan kelautan dan perikanan.
"Dulu saya mimpi 10 politeknik setahun, tapi yang mampu dikerjakan 7 politeknik 5 tahun. Jadi antara mimpi saya dan realita masih jauh. Saya yakin pak Edhy Prabowo yang tinggi jam terbangnya di DPR, 10 politeknik setahun mestinya bisa," paparnya.
(ven)