Edhy Prabowo Teken MoU Kerja Sama Kelautan dan Perikanan dengan Maroko
A
A
A
JAKARTA - Indonesia dan Maroko menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) Kerja Sama Kelautan dan Perikanan. MoU ditandatangani langsung oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo dan Menteri Luar Negeri, Kerja Sama Afrika, dan Ekspatriat Maroko Nasser Bourita di Gedung Pancasila, Kementerian Luar Negeri, Jakarta.
MoU ini akan mempererat jalinan kerja sama di bidang pelatihan perikanan, penelitian teknis dan ilmiah di bidang perikanan laut, pengolahan dan pemasaran produk perikanan, IUU Fishing, serta memajukan kemitraan sektor swasta kedua negara.
“Maroko merupakan negara yang memiliki track record yang baik dalam sektor perikanan. Dengan disepakatinya MoU ini, diharapkan perdagangan produk perikanan antara Indonesia dan Maroko dapat terus meningkat ke depannya,” pungkas Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo di Jakarta.
Selain itu, Kementerian Kelautan dan Perikanan juga menerima usulan Maroko dalam menjalin kerja sama pengembangan kapasitas (capacity building) dari the Higher Institute for Maritime Studies of Morocco sebagai salah satu tindak lanjut bidang kerja sama MoU yang disepakati.
MoU akan berlaku selama 3 (tiga) tahun mendatang. Pasca penandatanganan MoU, pihak Indonesia dan Maroko secara bersama akan menyusun bentuk-bentuk kegiatan konkret dan rinci dengan rentang waktu 2-3 tahun. Berbagai bentuk kegiatan tersebut akan dimasukan pada plan of actions (rencana aksi) implementasi MoU yang dikoordinasikan dengan para pihak di negara masing-masing.
Maroko yang berada di persimpangan rute perdagangan utama yang menghubungkan Afrika, Amerika Serikat, Eropa dan Timur Tengah merupakan negara pusat ekspor di kawasan Afrika. Sebagai pusat ekspor, Maroko memiliki pelabuhan internasional internasional Casablanca yang menjadi pusat bisnis dan pelabuhan terbesar di wilayah Afrika Utara, yang menjadi titik utama perdagangan internasional Maroko.
Tak hanya didukung secara infrastruktur, Maroko juga memiliki perjajian khusus dengan Uni Eropa terkait pembebasan tarif atas perdagangan produk industri. Termasuk di dalamnya pemebebasan selektif perdagangan untuk produk pertanian, agro-food, dan produk perikanan. Hal ini menjadikan Maroko sebagai negara mitra yang penting bagi Indonesia.
Pada tahun 2018, ekspor produk perikanan Indonesia ke Maroko tercatat sebesar USD185.167 dengan komoditas utama antara lain tuna-tongkol-cakalang (TTC), ikan hias, dan udang. Relasi Indonesia dan Maroko turut diperkuat dengan telah ditandatanginya Joint Ministerial Statement antara kedua negara untuk meresmikan dimulainya perundingan Indonesia-Morocco Preferential Trade Agreement (IM-PTA) pada 28 Juni 2018 lalu.
Kerja sama ini ditandatangani oleh Menteri Perdagangan Republik Indonesia dan Menteri Muda Perdagangan, Industri, Investasi, dan Digital Ekonomi (PIIDE) Maroko. Perundingan pertama telah dilaksanakan pada 28-29 Juni 2018 untuk membahas rancangan teks perjanjian perdagangan.
MoU ini akan mempererat jalinan kerja sama di bidang pelatihan perikanan, penelitian teknis dan ilmiah di bidang perikanan laut, pengolahan dan pemasaran produk perikanan, IUU Fishing, serta memajukan kemitraan sektor swasta kedua negara.
“Maroko merupakan negara yang memiliki track record yang baik dalam sektor perikanan. Dengan disepakatinya MoU ini, diharapkan perdagangan produk perikanan antara Indonesia dan Maroko dapat terus meningkat ke depannya,” pungkas Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo di Jakarta.
Selain itu, Kementerian Kelautan dan Perikanan juga menerima usulan Maroko dalam menjalin kerja sama pengembangan kapasitas (capacity building) dari the Higher Institute for Maritime Studies of Morocco sebagai salah satu tindak lanjut bidang kerja sama MoU yang disepakati.
MoU akan berlaku selama 3 (tiga) tahun mendatang. Pasca penandatanganan MoU, pihak Indonesia dan Maroko secara bersama akan menyusun bentuk-bentuk kegiatan konkret dan rinci dengan rentang waktu 2-3 tahun. Berbagai bentuk kegiatan tersebut akan dimasukan pada plan of actions (rencana aksi) implementasi MoU yang dikoordinasikan dengan para pihak di negara masing-masing.
Maroko yang berada di persimpangan rute perdagangan utama yang menghubungkan Afrika, Amerika Serikat, Eropa dan Timur Tengah merupakan negara pusat ekspor di kawasan Afrika. Sebagai pusat ekspor, Maroko memiliki pelabuhan internasional internasional Casablanca yang menjadi pusat bisnis dan pelabuhan terbesar di wilayah Afrika Utara, yang menjadi titik utama perdagangan internasional Maroko.
Tak hanya didukung secara infrastruktur, Maroko juga memiliki perjajian khusus dengan Uni Eropa terkait pembebasan tarif atas perdagangan produk industri. Termasuk di dalamnya pemebebasan selektif perdagangan untuk produk pertanian, agro-food, dan produk perikanan. Hal ini menjadikan Maroko sebagai negara mitra yang penting bagi Indonesia.
Pada tahun 2018, ekspor produk perikanan Indonesia ke Maroko tercatat sebesar USD185.167 dengan komoditas utama antara lain tuna-tongkol-cakalang (TTC), ikan hias, dan udang. Relasi Indonesia dan Maroko turut diperkuat dengan telah ditandatanginya Joint Ministerial Statement antara kedua negara untuk meresmikan dimulainya perundingan Indonesia-Morocco Preferential Trade Agreement (IM-PTA) pada 28 Juni 2018 lalu.
Kerja sama ini ditandatangani oleh Menteri Perdagangan Republik Indonesia dan Menteri Muda Perdagangan, Industri, Investasi, dan Digital Ekonomi (PIIDE) Maroko. Perundingan pertama telah dilaksanakan pada 28-29 Juni 2018 untuk membahas rancangan teks perjanjian perdagangan.
(akr)