Transformasi, Langkah Tepat untuk Terus Bertahan

Sabtu, 02 November 2019 - 08:30 WIB
Transformasi, Langkah...
Transformasi, Langkah Tepat untuk Terus Bertahan
A A A
Sebuah perusahaan perlu melakukan transformasi untuk mencoba berbagai peluang yang tersedia guna mencapai kesuksesan dalam menggerakkan gurita bisnisnya. Hal ini pula yang mendasari brand Orang Tua yang dahulu terkenal dengan minuman anggur kolesom atau minuman anggur herbalnya kini telah bertransformasi menjadi perusahaan yang bergerak di bidang consumer goods kebutuhan sehari-hari seperti pasta gigi, makanan, dan minuman. Bahkan, perusahaan ini telah melebarkan sayapnya hingga mendirikan anak perusahaan lain, seperti ABC.

Tak hanya Orang Tua Group yang berani untuk mengembangkan jalur bisnisnya. Perusahaan besar lain yang berani mengembangkan jalur bisnisnya adalah ‎PT Benakat Petroleum Energy Tbk yang saat ini telah berganti nama menjadi PT Benakat Integra Tbk seiring dengan perubahan fokus usaha.

Dulu, perusahaan yang bergerak di bidang energi tersebut memfokuskan usahanya pada sektor ‎minyak dan gas (migas). Kini, seiring dengan perkembangan tren bisnis, perusahaan yang telah berganti nama tersebut mengarah pada sektor infrastruktur pertambangan.

Perubahan jalur bisnis ini dinilai sangat menguntungkan karena mampu mendorong keuntungan yang jauh lebih besar dari sebelumnya. Saat ini perusahaan tersebut lebih banyak menghasilkan infrastruktur pertambangan, seperti conveyor belt pelabuhan, dan crusher batu bara.

Banyaknya perusahaan besar yang sukses dengan memindahkan jalur bisnisnya ini tentunya menyesuaikan dengan kebutuhan dan ruang bisnis yang tengah berkembang. Hal ini pun ditegaskan oleh analis Binaartha Sekuritas M‎uhammad Nafan Aji, perubahan bisnis di Indonesia sebenarnya diperlukan. Hal ini karena semakin meningkatnya persaingan untuk tetap bertahan.

"Keunggulan daya saing hanya sementara, perusahaan hanya mampu mengubah diri. Jika tidak, maka akan dimakan oleh raksasa global," ungkap Nafan saat dihubungi KORAN SINDO.

Jika perusahaan tidak memiliki inovasi dalam persaingan bisnis, tentunya akan semakin tertinggal. Contohnya, satu dekade lalu beberapa brand taksi konvensional memegang pangsa pasar terbesar. Namun, sejak hadirnya platform kendaraan online, seperti GoJek dan Grab, pasar bisnis taksi konvensional pun harus bisa beralih.

Nafan menjelaskan, PT Express Transindo (Taksi) yang tetap konsisten dalam bisnis taksi konvensional pernah merugi karena tidak mengikuti era digitalisasi transportasi. Terbukti perusahaan ini pernah merugi hingga Rp81,80 miliar. Hal ini juga berpengaruh kepada pendapatan perseroan yang turun 28,94% menjadi Rp512,57 miliar.

Agar bisa mempertahankan bisnisnya perusahaan taksi Bluebird bertransformasi ke arah digital dengan merangkul GoJek sebagai partner bisnis‎. "Untuk bisa bertahan, pemimpin perusahaan harus selalu memikirkan daya saing yang baru agar bisa menciptakan inovasi dan keunggulan baru," kata Nafan. (Aprilia S Andyna)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0781 seconds (0.1#10.140)