Bertemu Komisioner Dagang Inggris, Mendag Singgung Hambatan Akses Pasar Sawit RI
A
A
A
JAKARTA - Menteri Perdagangan (Mendag) Agus Suparmanto menerima Komisioner Perdagangan Inggris untuk Asia Pasifik Natalie Black di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-35 di Bangkok, Thailand, Sabtu (2/11/2019). Keduanya bertemu guna membahas peningkatan kerjasama perdagangan dan investasi kedua negara.
Pada kesempatan itu, Mendag mengapresiasi delegasi Inggris, khususnya pelaku bisnis/importir yang telah hadir dan melakukan transaksi bisnis pada Trade Expo Indonesia (TEI) 2019. Pertemuan Mendag dengan Komisioner Inggris ini merupakan kelanjutan dari penandatanganan Terms of Reference (ToR) Trade Review pada saat TEI di Tangerang, 16 Oktober 2019.
Kedua pihak mendorong agar pertemuan Trade Review pertama dapat dilakukan di London pada 9 Desember 2019 lebih produktif untuk membahas kajian perdagangan dan investasi kedua negara. Indonesia merupakan negara ASEAN pertama yang menandatangani Trade Review dengan Inggris. Hal ini menunjukkan arti penting Indonesia sebagai negara mitra ekonomi Inggris.
Salah satu bidang yang menjadi concern Inggris adalah penguatan kerja sama dengan Indonesia di bidang perdagangan jasa finansial, yang saat ini telah berkembang dengan baik di negara-negara ASEAN lainnya.
“Saya melihat Indonesia dan Inggris masih perlu dilakukan peningkatan komunikasi dan kerja sama yang lebih intentsif, khususnya untuk meningkatkan perdagangan antara Indonesia-Inggris, baik di sektor barang maupun jasa,” kata Agus dalam keterangan tertulis, Senin (4/11/2019).
Mendag Agus juga menyampaikan concern Indonesia terkait hambatan akses pasar kelapa sawit di pasar Uni Eropa melalui RED II, dan di Inggris dengan banyaknya kampanye negatif yang dilakukan beberapa supermarket yang anti kelapa sawit.
“Indonesia sangat berharap agar Inggris tidak melakukan hambatan akses pasar terhadap kelapa sawit maupun produk ekspor lainnya namun justru mengedepankan pentingnya bekerjasama dengan Indonesia untuk membantu perdagangan sawit yang berkelanjutan. Kelapa sawit ini sangat penting bukan hanya bagi Indonesia namun juga Inggris dan negara-negara Eropa,” tuturnya.
Agus menilai perlu solusi yang tepat dalam menyelesaikan berbagai hambatan perdagangan. "Perlu terobosan yang cepat untuk penyelesaian masalah perdagangan bagi kepentingan kedua negara”, tegas Agus.
Menanggapi hal tersebut, Inggris menyampaikan akan terus menjalin dialog terbuka dengan Indonesia guna membahas perkembangan isu sawit dan setuju menawarkan fasilitasi peningkatan kapasitas di bidang penelitian, edukasi, dan teknologi atas isu sustainability, khususnya bagi petani dan pelaku UKM sawit di Indonesia.
Pada tahun 2018, Inggris merupakan negara peringkat ke-21 tujuan ekspor dan sumber impor nonmigas bagi Indonesia. Dibanding negara ASEAN lainnya, Indonesia merupakan mitra dagang kelima terbesar untuk Inggris (2018) setelah Singapura (USD8,5 miliar), Vietnam (USD6,8 miliar), Malaysia (USD5,8 miliar), dan Thailand (USD4,1 miliar).
Total perdagangan kedua negara pada tahun 2018 adalah sebesar USD2,7 miliar. Ekspor Indonesia tercatat USD1,5 miliar, impor sebesar USD1,2 juta. Indonesia mengalami surplus sebesar USD0,3 miliar.
Ekspor utama Indonesia ke Inggris pada tahun 2018 diantaranya alas kaki, sedangkan impor utama Indonesia dari Inggris adalah ferrous waste and scrap senilai USD 134,6 juta.
Adapun investasi Inggris di Indonesia tahun 2018 sebesar USD271,1 juta dengan 483 proyek. Sementara itu pada kuartal I-III tahun 2019, investasi Inggris di Indonesia tercatat USD65,3 juta dengan 577 proyek.
Pada kesempatan itu, Mendag mengapresiasi delegasi Inggris, khususnya pelaku bisnis/importir yang telah hadir dan melakukan transaksi bisnis pada Trade Expo Indonesia (TEI) 2019. Pertemuan Mendag dengan Komisioner Inggris ini merupakan kelanjutan dari penandatanganan Terms of Reference (ToR) Trade Review pada saat TEI di Tangerang, 16 Oktober 2019.
Kedua pihak mendorong agar pertemuan Trade Review pertama dapat dilakukan di London pada 9 Desember 2019 lebih produktif untuk membahas kajian perdagangan dan investasi kedua negara. Indonesia merupakan negara ASEAN pertama yang menandatangani Trade Review dengan Inggris. Hal ini menunjukkan arti penting Indonesia sebagai negara mitra ekonomi Inggris.
Salah satu bidang yang menjadi concern Inggris adalah penguatan kerja sama dengan Indonesia di bidang perdagangan jasa finansial, yang saat ini telah berkembang dengan baik di negara-negara ASEAN lainnya.
“Saya melihat Indonesia dan Inggris masih perlu dilakukan peningkatan komunikasi dan kerja sama yang lebih intentsif, khususnya untuk meningkatkan perdagangan antara Indonesia-Inggris, baik di sektor barang maupun jasa,” kata Agus dalam keterangan tertulis, Senin (4/11/2019).
Mendag Agus juga menyampaikan concern Indonesia terkait hambatan akses pasar kelapa sawit di pasar Uni Eropa melalui RED II, dan di Inggris dengan banyaknya kampanye negatif yang dilakukan beberapa supermarket yang anti kelapa sawit.
“Indonesia sangat berharap agar Inggris tidak melakukan hambatan akses pasar terhadap kelapa sawit maupun produk ekspor lainnya namun justru mengedepankan pentingnya bekerjasama dengan Indonesia untuk membantu perdagangan sawit yang berkelanjutan. Kelapa sawit ini sangat penting bukan hanya bagi Indonesia namun juga Inggris dan negara-negara Eropa,” tuturnya.
Agus menilai perlu solusi yang tepat dalam menyelesaikan berbagai hambatan perdagangan. "Perlu terobosan yang cepat untuk penyelesaian masalah perdagangan bagi kepentingan kedua negara”, tegas Agus.
Menanggapi hal tersebut, Inggris menyampaikan akan terus menjalin dialog terbuka dengan Indonesia guna membahas perkembangan isu sawit dan setuju menawarkan fasilitasi peningkatan kapasitas di bidang penelitian, edukasi, dan teknologi atas isu sustainability, khususnya bagi petani dan pelaku UKM sawit di Indonesia.
Pada tahun 2018, Inggris merupakan negara peringkat ke-21 tujuan ekspor dan sumber impor nonmigas bagi Indonesia. Dibanding negara ASEAN lainnya, Indonesia merupakan mitra dagang kelima terbesar untuk Inggris (2018) setelah Singapura (USD8,5 miliar), Vietnam (USD6,8 miliar), Malaysia (USD5,8 miliar), dan Thailand (USD4,1 miliar).
Total perdagangan kedua negara pada tahun 2018 adalah sebesar USD2,7 miliar. Ekspor Indonesia tercatat USD1,5 miliar, impor sebesar USD1,2 juta. Indonesia mengalami surplus sebesar USD0,3 miliar.
Ekspor utama Indonesia ke Inggris pada tahun 2018 diantaranya alas kaki, sedangkan impor utama Indonesia dari Inggris adalah ferrous waste and scrap senilai USD 134,6 juta.
Adapun investasi Inggris di Indonesia tahun 2018 sebesar USD271,1 juta dengan 483 proyek. Sementara itu pada kuartal I-III tahun 2019, investasi Inggris di Indonesia tercatat USD65,3 juta dengan 577 proyek.
(ind)