Dolar AS Melayang, Rupiah Tumbang ke Rp14.067
A
A
A
JAKARTA - Ketidakpastian negosiasi dagang Amerika Serikat dan China, serta krisis politik di Hong Kong, membuat investor mengalihkan perhatian ke aset safe haven seperti dolar Amerika Serikat (USD).
Kondisi tersebut membuat dolar AS melayang mendekati level tertinggi 3-1/2 minggu, memaksa rupiah tumbang. Data Bloomberg mencatat mata uang kecintaan kita, terdepresiasi 53 poin atau 0,38% menjadi Rp14.067 per USD pada perdagangan Senin (11/11/2019).
Sesi pembukaan, rupiah langsung lemas 16 poin atau 0,11% ke level Rp14.030 per USD, berbanding penutupan Jumat pekan lalu yang melemah di Rp14.014 per USD. Senin ini, rupiah bergerak di Rp14.030-Rp14.071 per USD.
Data Yahoo Finance mencatat rupiah nelangsa pada Senin petang ini, sebesar 55 poin atau 0,39% ke posisi Rp14.065 per USD, setelah pada Jumat pekan lalu berada di Rp14.010. Senin ini, rupiah ditransaksikan di Rp14.010-Rp14.070 per USD.
Rupiah dan sejumlah mata uang Asia lainnya pun tertekan oleh dolar AS, seperti won Korea Selatan -0,78%, peso Filipina -0,68%, dolar Taiwan -0,58%, rupee India -0,23%, yuan China dan ringgit Malaysia masing-masing turun -0,21%. Hanya baht Thailand yang naik 0,09% dan yen Jepang bertambah 0,26%.
Pergerakan dolar mendapat dukungan karena ketidakpastian perundingan dagang AS dan China. Sebelumnya, Kementerian Perdagangan China mengklaim bahwa Washington dan Beijing sepakat mencabut seluruh bea masuk yang dikenakan selama masa perang dagang.
Namun, pernyataan tersebut dibantah Presiden AS Donald Trump, dengan mengatakan belum ada kesepakatan soal pencabutan bea masuk. "China ingin ada semacam penghapusan bea masuk. Mereka tahu saya tidak akan melakukan itu. Dan saya belum menyepakati apa-apa," tegas Trump, seperti dilansir Reuters.
Ketidakpastian ini membuat pasar mencari harga sebagai upaya perbaikan dalam prospek pertumbuhan global. Alhasil, melansir dari Reuters, indeks USD terhadap enam mata uang utama melayang di level 98,323, mendekati level tertinggi pada 3-1/2 minggu yaitu di level 98,404 yang dicetak pada Jumat pekan lalu.
Kondisi tersebut membuat dolar AS melayang mendekati level tertinggi 3-1/2 minggu, memaksa rupiah tumbang. Data Bloomberg mencatat mata uang kecintaan kita, terdepresiasi 53 poin atau 0,38% menjadi Rp14.067 per USD pada perdagangan Senin (11/11/2019).
Sesi pembukaan, rupiah langsung lemas 16 poin atau 0,11% ke level Rp14.030 per USD, berbanding penutupan Jumat pekan lalu yang melemah di Rp14.014 per USD. Senin ini, rupiah bergerak di Rp14.030-Rp14.071 per USD.
Data Yahoo Finance mencatat rupiah nelangsa pada Senin petang ini, sebesar 55 poin atau 0,39% ke posisi Rp14.065 per USD, setelah pada Jumat pekan lalu berada di Rp14.010. Senin ini, rupiah ditransaksikan di Rp14.010-Rp14.070 per USD.
Rupiah dan sejumlah mata uang Asia lainnya pun tertekan oleh dolar AS, seperti won Korea Selatan -0,78%, peso Filipina -0,68%, dolar Taiwan -0,58%, rupee India -0,23%, yuan China dan ringgit Malaysia masing-masing turun -0,21%. Hanya baht Thailand yang naik 0,09% dan yen Jepang bertambah 0,26%.
Pergerakan dolar mendapat dukungan karena ketidakpastian perundingan dagang AS dan China. Sebelumnya, Kementerian Perdagangan China mengklaim bahwa Washington dan Beijing sepakat mencabut seluruh bea masuk yang dikenakan selama masa perang dagang.
Namun, pernyataan tersebut dibantah Presiden AS Donald Trump, dengan mengatakan belum ada kesepakatan soal pencabutan bea masuk. "China ingin ada semacam penghapusan bea masuk. Mereka tahu saya tidak akan melakukan itu. Dan saya belum menyepakati apa-apa," tegas Trump, seperti dilansir Reuters.
Ketidakpastian ini membuat pasar mencari harga sebagai upaya perbaikan dalam prospek pertumbuhan global. Alhasil, melansir dari Reuters, indeks USD terhadap enam mata uang utama melayang di level 98,323, mendekati level tertinggi pada 3-1/2 minggu yaitu di level 98,404 yang dicetak pada Jumat pekan lalu.
(ven)