Naik, Defisit APBN Capai Rp289,1 Triliun di Oktober 2019
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat realisasi defisit Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) hingga Oktober 2019 mencapai Rp289,1 triliun. Realisasi tersebut setara 1,8% dari produk doemstik bruto (PDB).
Adapun realisasi defisit anggaran ini lebih tinggi dibandingkan bulan Agustus 2019 yang mencapai Rp199,1 triliun, atau 1,24% dari PDB. Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan, defisit APBN bulan Oktober juga lebih tinggi dibandingkan Oktober tahun 2018 yang sebesar Rp237 triliun atau sekitar 1,6% terhadap PDB.
"Defisit APBN masih sangat tinggi dibandingkan bulan sebelumnya dan di periode yang sama di tahun 2018, jadi realisasi defisit APBN hingga akhir Oktober 2019 mencapai Rp289,1 triliun atau sekitar 1,8% dari PDB," ujar Sri Mulyani Gedung Juanda, Jakarta, Senin (18/11/2019).
Sri Mulyani menambahkan, defisit anggaran Oktober 2019 ini dipicu oleh tekanan pertumbuhan pendapatan negara khususnya di sektor penerimaan negara bukan pajak (PNBP) sektor migas.
"Kenaikan defisit ini terjadi karena penerimaan khususnya migas PNBP baik pajak maupun PNBP dan penerimaan pajak nonmigas. Tekanan terutama sektor primer dan sekunder," jelasnya.
Sementara itu, realisasi belanja negara tumbuh 4,5%, jauh lebih rendah dari tahun sebelumnya yang sebesar 11%. Adapun realisasinya mencapai Rp1.798 triliun atau 73,1%.
Untuk belanja kementerian/lembaga (K/L) tercatat sudah mencapai Rp633,5 triliun atau 74% dari target. "Realisasi belanja K/L ini lebih tinggi dibandingkan tahun lalu," ujarnya. Pada periode yang sama, Menkeu mencatat belanja non K/L sebesar Rp487,6 triliun atau 62,6% dari target.
Adapun realisasi defisit anggaran ini lebih tinggi dibandingkan bulan Agustus 2019 yang mencapai Rp199,1 triliun, atau 1,24% dari PDB. Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan, defisit APBN bulan Oktober juga lebih tinggi dibandingkan Oktober tahun 2018 yang sebesar Rp237 triliun atau sekitar 1,6% terhadap PDB.
"Defisit APBN masih sangat tinggi dibandingkan bulan sebelumnya dan di periode yang sama di tahun 2018, jadi realisasi defisit APBN hingga akhir Oktober 2019 mencapai Rp289,1 triliun atau sekitar 1,8% dari PDB," ujar Sri Mulyani Gedung Juanda, Jakarta, Senin (18/11/2019).
Sri Mulyani menambahkan, defisit anggaran Oktober 2019 ini dipicu oleh tekanan pertumbuhan pendapatan negara khususnya di sektor penerimaan negara bukan pajak (PNBP) sektor migas.
"Kenaikan defisit ini terjadi karena penerimaan khususnya migas PNBP baik pajak maupun PNBP dan penerimaan pajak nonmigas. Tekanan terutama sektor primer dan sekunder," jelasnya.
Sementara itu, realisasi belanja negara tumbuh 4,5%, jauh lebih rendah dari tahun sebelumnya yang sebesar 11%. Adapun realisasinya mencapai Rp1.798 triliun atau 73,1%.
Untuk belanja kementerian/lembaga (K/L) tercatat sudah mencapai Rp633,5 triliun atau 74% dari target. "Realisasi belanja K/L ini lebih tinggi dibandingkan tahun lalu," ujarnya. Pada periode yang sama, Menkeu mencatat belanja non K/L sebesar Rp487,6 triliun atau 62,6% dari target.
(fjo)