Galang Pebisnis dan Investor AS Agar Jadikan Indonesia Tujuan Baru Investasi
A
A
A
NEW YORK - Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menyampaikan optimismenya akan pertumbuhan investasi di Indonesia pada Business Forum on Trade, Tourism, and Investment in Indonesia di New York, Amerika Serikat. Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah Indonesia untuk terus menggalang pebisnis dan investor AS untuk jadikan Indonesia sebagai tujuan baru investasi dan peningkatan perdagangan.
“Terdapat sekitar Rp 700 triliun investasi (baik PMA maupun PMDN) yang siap dieksekusi dan rencana investasi senilai hampir Rp 1.000 triliun yang siap masuk ke Indonesia,” ungkapnya meyakinkan investor AS.
Oleh karena itu untuk mempercepat realisasi investasi, diterangkan olehnya Presiden telah meminta agar semua perizinan kementerian dan lembaga didelegasikan kepada BKPM, termasuk insentif pajak.
Wakil Menteri Luar Negeri Mahendra Siregar dalam sambutannya menyampaikan “Di tengah perang dagang antara AS dengan Tiongkok, Indonesia dapat menjadi alternatif sumber produk dan tujuan investasi bagi AS. Indonesia menargetkan peningkatan total perdagangan dengan AS sebesar dua kali lipat dalam lima tahun”.
Untuk itu di bawah koordinasi KBRI Washington DC, Indonesia telah mengidentifikasi sejumlah produk utama untuk ditingkatkan perdagangannya dalam waktu dekat mencakup tekstil, produk karet, alas kaki, mesin elektronik, dan furnitur. Sementara itu beberapa produk potensial seperti produk kimia, mainan anak, dan kertas, serta produk strategis seperti mesin, produk plastik, dan suku cadang kendaraan membutuhkan investasi untuk ditingkatkan daya saing dan produksinya.
"AS dan Indonesia merupakan dua mitra dagang yang komplementer, bukan kompetitor, dengan nilai total perdagangan 29 milar dolar AS tahun lalu," ujar Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Jerry Sambuaga.
Wamendag juga mengutarakan kebijakan perdagangan yang mencakup peningkatan ekspor melalui integrasi ke dalam rantai nilai global, penyerdehanaan prosedur, efisiensi logistik, serta diplomasi ekonomi dan pengembangan pasar. Kegiatan Business Forum on Trade Tourism, and Investment di Hotel Intercontinental Times Square, New York, Amerika Serikat ini dibuka oleh Konsul Jenderal RI Dr Arifi Saiman yang menekankan pada tindak lanjutkegiatan berupa pengiriman misi investasi AS ke Indonesia tahun depan.
Business Forum ini merupakan Kerjasama KJRI New York dengan Indonesian Investment Promotion Center, Bank Indonesia New York, BRI New York, BNI New York, Bank Mandiri Cayman Islands dan Indonesian Trade Promotion Center Chicago, serta didukung oleh American Indonesian Chamber of Commerce dan menghadirkan lebih dari 150 investor dan pebisnis AS yang tertarik untuk melakukan bisnis di Indonesia.
Indonesia dan AS membukukan peningkatan nilai perdagangan dalam tiga tahun terakhir, dari USD25,2 miliar (2016) menjadi USD29 miliar (2018). Dalam lima tahun terakhir, AS juga tercatat sebagai sumber investasi asing terbesar kedelapan di Indonesia dengan nilai realisasi investasi USD6,6 miliar, belum termasuk sektor hulu Migas dan keuangan.
“Terdapat sekitar Rp 700 triliun investasi (baik PMA maupun PMDN) yang siap dieksekusi dan rencana investasi senilai hampir Rp 1.000 triliun yang siap masuk ke Indonesia,” ungkapnya meyakinkan investor AS.
Oleh karena itu untuk mempercepat realisasi investasi, diterangkan olehnya Presiden telah meminta agar semua perizinan kementerian dan lembaga didelegasikan kepada BKPM, termasuk insentif pajak.
Wakil Menteri Luar Negeri Mahendra Siregar dalam sambutannya menyampaikan “Di tengah perang dagang antara AS dengan Tiongkok, Indonesia dapat menjadi alternatif sumber produk dan tujuan investasi bagi AS. Indonesia menargetkan peningkatan total perdagangan dengan AS sebesar dua kali lipat dalam lima tahun”.
Untuk itu di bawah koordinasi KBRI Washington DC, Indonesia telah mengidentifikasi sejumlah produk utama untuk ditingkatkan perdagangannya dalam waktu dekat mencakup tekstil, produk karet, alas kaki, mesin elektronik, dan furnitur. Sementara itu beberapa produk potensial seperti produk kimia, mainan anak, dan kertas, serta produk strategis seperti mesin, produk plastik, dan suku cadang kendaraan membutuhkan investasi untuk ditingkatkan daya saing dan produksinya.
"AS dan Indonesia merupakan dua mitra dagang yang komplementer, bukan kompetitor, dengan nilai total perdagangan 29 milar dolar AS tahun lalu," ujar Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Jerry Sambuaga.
Wamendag juga mengutarakan kebijakan perdagangan yang mencakup peningkatan ekspor melalui integrasi ke dalam rantai nilai global, penyerdehanaan prosedur, efisiensi logistik, serta diplomasi ekonomi dan pengembangan pasar. Kegiatan Business Forum on Trade Tourism, and Investment di Hotel Intercontinental Times Square, New York, Amerika Serikat ini dibuka oleh Konsul Jenderal RI Dr Arifi Saiman yang menekankan pada tindak lanjutkegiatan berupa pengiriman misi investasi AS ke Indonesia tahun depan.
Business Forum ini merupakan Kerjasama KJRI New York dengan Indonesian Investment Promotion Center, Bank Indonesia New York, BRI New York, BNI New York, Bank Mandiri Cayman Islands dan Indonesian Trade Promotion Center Chicago, serta didukung oleh American Indonesian Chamber of Commerce dan menghadirkan lebih dari 150 investor dan pebisnis AS yang tertarik untuk melakukan bisnis di Indonesia.
Indonesia dan AS membukukan peningkatan nilai perdagangan dalam tiga tahun terakhir, dari USD25,2 miliar (2016) menjadi USD29 miliar (2018). Dalam lima tahun terakhir, AS juga tercatat sebagai sumber investasi asing terbesar kedelapan di Indonesia dengan nilai realisasi investasi USD6,6 miliar, belum termasuk sektor hulu Migas dan keuangan.
(akr)