GSP Diperpanjang, Wamendag Makin Optimis dengan Perdagangan RI-AS
loading...
A
A
A
JAKARTA - Indonesia mendapat kabar gembira pekan ini, dimana Pemerintah Amerika Serikat (AS) melalui United States Trade Representative (USTR) mengumumkan peroanjangan Generalized Preference System (GSP) untuk beberapa negara, termasuk Indonesia.
GSP adalah sistem pengurangan atau bahkan pemangkasan tarif masuk barang ke AS yang diberikan kepada negara-negara yang telah diseleksi oleh Pemerintah Negeri Paman Sam. Indonesia sukses kembali memperoleh fasilitas ini setelah serangkaian perundingan yang sangat alot.
Kementerian Perdagangan (Kemendag) sebagai kementerian yang berada di garis depan dalam perundingan dagang dengan negara lain menyambut baik hasil ini sekaligus mengapresiasi peran kementerian dan lembaga lain, termasuk Kementerian Luar Negeri.
(Baca Juga: Fasilitas GSP AS Diperpanjang, Menko Luhut Harap Perdagangan Bilateral Tembus Rp870 Triliun)
"Kita bersyukur dan sangat gembira dengan diperpanjangnya fasilitas GSP oleh Pemerintah AS. Ini adalah hasil usaha perundingan perdagangan yang dilakukan oleh Kemendag dan kementerian serta lembaga lain, termasuk Kemenlu. Intinya ini adalah hasil dari upaya dari semua pihak dan kami mengapresiasi kerja sama yang baik ini," kata Wamendag Jerry Sambuaga dalam keterangan resminya, Senin (2/11/2020).
Wamendag Jerry mengatakan bahwa AS adalah mitra dagang Indonesia yang sangat penting. AS adalah mitra dagang terbesar kedua setelah China. Kelebihan yang lain adalah AS bersama India dan Filipina menyumbangkan surplus terbesar dalam perdagangan luar negeri Indonesia.
Secara total, neraca perdagangan Indonesia surplus USD13,51 miliar pada periode Januari-September 2020. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia mencatatkan peningkatan surplus sebesar USD1,08 miliar (year on year/yoy) terhadap AS. Pada 2018, ekspor Indonesia ke AS yang menggunakan fasilitas GSP mencapai USD2 miliar dengan komoditas utama yang menjadi andalan berupa tas, perhiasan emas, ban truk dan bis, kabel, dan alat musik.
Menanggapi pemilihan presiden di AS, Jerry menanggapi bahwa siapapun yang terpilih, tetap akan terus melanjutkan hubungan baik dengan AS, khususnya dalam bidang perdagangan. Seperti diketahui, AS akan mengadakan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden pada tanggal 3 November 2020 dimana kandidat Partai Republik yang merupakan petahana yaitu Donald Trump akan berkompetisi dengan penantangnya, Joe Biden dari Partai Demokrat.
Mantan anggota Komisi I tersebut optimistis hubungan dengan AS akan tetap stabil baik yang terpilih Trump maupun Biden. Prinsipnya, tegas dia, Indonesia menjalin hubungan baik dengan negara manapun dan tidak berpihak kepada poros kekuatan manapun. Hal ini tidak lepas dari dasar kebijakan politik bebas aktif yang dianut Indonesia. Kepentingan Indonesia menurut Jerry sesuai dengan Pembukaan UUD 1945 yaitu menjaga ketertiban dan keamanan dunia dan memajukan kesejahteraan umum.
(Baca Juga: Kabar Gembira! AS Akhirnya Perpanjang Fasilitas GSP Indonesia)
"Prinsip bebas aktif tersebut diimplementasikan dalam perjanjian perdagangan juga. Kita berhubungan dagang dengan semua negara dengan prinsip saling menguntungkan dan dalam rangka mencapai perdamaian kesejahteraan bersama. Karena itu kita tidak berhenti mengembangkan hubungan perdagangan melalui perjanjian-perjanjian baik bilateral, regional maupun multilateral," imbuh Wamendag.
Kembali pada GSP, Wamen Millenial itu mengatakan bahwa tarif preferensi ini telah memberikan imbas positif berupa menguatnya daya saing produk Indonesia di pasar AS. Ia berharap kesempatan ini dimanfaatkan secara optimal oleh semua pelaku usaha. Kementerian Perdagangan menurutnya siap menjalin sinergi dan kolaborasi yang lebih baik dengan semua stakeholders.
"Kami yakin kementerian teknis yang mengurusi produksi akan segera menindaklanjuti kesempatan ini. Kami di Kementerian Perdagangan yang bertanggung-jawab di hilir siap selalu untuk bergandeng tangan sehingga misi presiden untuk meningkatkan surplus neraca perdagangan bisa tercapai," tegas Jerry.
Lihat Juga: Negara Pendiri BRICS yang Mulai Ragu Tinggalkan Dolar AS, Salah Satunya Musuh Amerika Serikat
GSP adalah sistem pengurangan atau bahkan pemangkasan tarif masuk barang ke AS yang diberikan kepada negara-negara yang telah diseleksi oleh Pemerintah Negeri Paman Sam. Indonesia sukses kembali memperoleh fasilitas ini setelah serangkaian perundingan yang sangat alot.
Kementerian Perdagangan (Kemendag) sebagai kementerian yang berada di garis depan dalam perundingan dagang dengan negara lain menyambut baik hasil ini sekaligus mengapresiasi peran kementerian dan lembaga lain, termasuk Kementerian Luar Negeri.
(Baca Juga: Fasilitas GSP AS Diperpanjang, Menko Luhut Harap Perdagangan Bilateral Tembus Rp870 Triliun)
"Kita bersyukur dan sangat gembira dengan diperpanjangnya fasilitas GSP oleh Pemerintah AS. Ini adalah hasil usaha perundingan perdagangan yang dilakukan oleh Kemendag dan kementerian serta lembaga lain, termasuk Kemenlu. Intinya ini adalah hasil dari upaya dari semua pihak dan kami mengapresiasi kerja sama yang baik ini," kata Wamendag Jerry Sambuaga dalam keterangan resminya, Senin (2/11/2020).
Wamendag Jerry mengatakan bahwa AS adalah mitra dagang Indonesia yang sangat penting. AS adalah mitra dagang terbesar kedua setelah China. Kelebihan yang lain adalah AS bersama India dan Filipina menyumbangkan surplus terbesar dalam perdagangan luar negeri Indonesia.
Secara total, neraca perdagangan Indonesia surplus USD13,51 miliar pada periode Januari-September 2020. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia mencatatkan peningkatan surplus sebesar USD1,08 miliar (year on year/yoy) terhadap AS. Pada 2018, ekspor Indonesia ke AS yang menggunakan fasilitas GSP mencapai USD2 miliar dengan komoditas utama yang menjadi andalan berupa tas, perhiasan emas, ban truk dan bis, kabel, dan alat musik.
Menanggapi pemilihan presiden di AS, Jerry menanggapi bahwa siapapun yang terpilih, tetap akan terus melanjutkan hubungan baik dengan AS, khususnya dalam bidang perdagangan. Seperti diketahui, AS akan mengadakan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden pada tanggal 3 November 2020 dimana kandidat Partai Republik yang merupakan petahana yaitu Donald Trump akan berkompetisi dengan penantangnya, Joe Biden dari Partai Demokrat.
Mantan anggota Komisi I tersebut optimistis hubungan dengan AS akan tetap stabil baik yang terpilih Trump maupun Biden. Prinsipnya, tegas dia, Indonesia menjalin hubungan baik dengan negara manapun dan tidak berpihak kepada poros kekuatan manapun. Hal ini tidak lepas dari dasar kebijakan politik bebas aktif yang dianut Indonesia. Kepentingan Indonesia menurut Jerry sesuai dengan Pembukaan UUD 1945 yaitu menjaga ketertiban dan keamanan dunia dan memajukan kesejahteraan umum.
(Baca Juga: Kabar Gembira! AS Akhirnya Perpanjang Fasilitas GSP Indonesia)
"Prinsip bebas aktif tersebut diimplementasikan dalam perjanjian perdagangan juga. Kita berhubungan dagang dengan semua negara dengan prinsip saling menguntungkan dan dalam rangka mencapai perdamaian kesejahteraan bersama. Karena itu kita tidak berhenti mengembangkan hubungan perdagangan melalui perjanjian-perjanjian baik bilateral, regional maupun multilateral," imbuh Wamendag.
Kembali pada GSP, Wamen Millenial itu mengatakan bahwa tarif preferensi ini telah memberikan imbas positif berupa menguatnya daya saing produk Indonesia di pasar AS. Ia berharap kesempatan ini dimanfaatkan secara optimal oleh semua pelaku usaha. Kementerian Perdagangan menurutnya siap menjalin sinergi dan kolaborasi yang lebih baik dengan semua stakeholders.
"Kami yakin kementerian teknis yang mengurusi produksi akan segera menindaklanjuti kesempatan ini. Kami di Kementerian Perdagangan yang bertanggung-jawab di hilir siap selalu untuk bergandeng tangan sehingga misi presiden untuk meningkatkan surplus neraca perdagangan bisa tercapai," tegas Jerry.
Lihat Juga: Negara Pendiri BRICS yang Mulai Ragu Tinggalkan Dolar AS, Salah Satunya Musuh Amerika Serikat
(fai)