Menlu Pastikan Sawit Masuk dalam Negosiasi Dagang IEU-CEPA
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah terus berupaya untuk mendorong komoditas kelapa sawit bisa kembali masuk ke kawasan Uni Eropa. Salah satunya dengan memasukkan isu tersebut ke dalam perjanjian kemitraan antara Indonesia dan Uni Eropa (Indonesia European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement/IEU-CEPA).
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi memastikan, pihaknya akan terus melanjutkan negosiasi perjanjian dagang dengan Uni Eropa, dimana kelapa sawit menjadi salah satu perhatian di dalamnya.
"Kami juga konsentrasi ke IEU-CEPA. Kami hanya memastikan bahwa sawit akan menjadi salah satu elemen yang dinegosiasikan dengan Uni Eropa," ujar Retno di Menara Kadin, Jakarta, Selasa (19/11/2019).
Retno melanjutkan, perjanjian dagang dengan Uni Eropa dapat menjadi jembatan untuk meperbaiki hubungan kerjasama perdagangan antar kedua belah pihak pasca ditetapkannya aturan RED II. Menurutnya, isu kelapa sawit menjadi sangat penting mengingat ada 16 juta masyarakat Indonesia yang kehidupannya bergantung pada komoditas tersebut.
"Kalau bisa mengenai sawit itu bisa deal. Karena ada 16 juta masyarakat yang bekerja dengan industri terkait minyak kelapa sawit," katanya
Sementara itu, Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia bidang Hubungan Internasional Shinta Widjaja Kamdani menyatakan, pembahasan perjanjian dagang IEU-CEPA tak bisa diselesaikan dengan singkat. Terlebih ada pembahasan terkait isu kelapa sawit di dalamnya. "Tapi bagaimana pun negosiasi perjanjian ini harus tetap berjalan meski akan makan waktu," ungkapnya.
Menurutnya, perjanjian IEU-CEPA sangat penting bagi Indonesia, disamping membahas keberlangsungan ekspor komoditas sawit ke kawasan tersebut, namun juga berkaitan dengan kepentingan sektor padat karya Indonesia yang selama ini kalah bersaing dengan Vietnam.
"Kalau dihentikan semuanya, kita akan kalah dengan Vietnam yang sudah mendahului menyelesaikan ini. Maka ini targetnya rampung akhir tahun depan," katanya.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi memastikan, pihaknya akan terus melanjutkan negosiasi perjanjian dagang dengan Uni Eropa, dimana kelapa sawit menjadi salah satu perhatian di dalamnya.
"Kami juga konsentrasi ke IEU-CEPA. Kami hanya memastikan bahwa sawit akan menjadi salah satu elemen yang dinegosiasikan dengan Uni Eropa," ujar Retno di Menara Kadin, Jakarta, Selasa (19/11/2019).
Retno melanjutkan, perjanjian dagang dengan Uni Eropa dapat menjadi jembatan untuk meperbaiki hubungan kerjasama perdagangan antar kedua belah pihak pasca ditetapkannya aturan RED II. Menurutnya, isu kelapa sawit menjadi sangat penting mengingat ada 16 juta masyarakat Indonesia yang kehidupannya bergantung pada komoditas tersebut.
"Kalau bisa mengenai sawit itu bisa deal. Karena ada 16 juta masyarakat yang bekerja dengan industri terkait minyak kelapa sawit," katanya
Sementara itu, Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia bidang Hubungan Internasional Shinta Widjaja Kamdani menyatakan, pembahasan perjanjian dagang IEU-CEPA tak bisa diselesaikan dengan singkat. Terlebih ada pembahasan terkait isu kelapa sawit di dalamnya. "Tapi bagaimana pun negosiasi perjanjian ini harus tetap berjalan meski akan makan waktu," ungkapnya.
Menurutnya, perjanjian IEU-CEPA sangat penting bagi Indonesia, disamping membahas keberlangsungan ekspor komoditas sawit ke kawasan tersebut, namun juga berkaitan dengan kepentingan sektor padat karya Indonesia yang selama ini kalah bersaing dengan Vietnam.
"Kalau dihentikan semuanya, kita akan kalah dengan Vietnam yang sudah mendahului menyelesaikan ini. Maka ini targetnya rampung akhir tahun depan," katanya.
(ind)