Penampungan Logistik Blok Masela Masih Dalam Kajian
A
A
A
JAKARTA - SKK Migas (Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi) belum menentukan lokasi penampungan basis logistik proyek Blok Masela senilai Rp280 triliun tersebut. Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan, penentuan basis lokasi penampungan logistik masih menunggu selesainya pembuatan desain akhir teknis (Front End Engineering Design/FEED) fasilitas LNG Blok Masela.
Walaupun dikabarkan fasilitas pelabuhan perikanan di Tual, Maluku milik PT Samudera Indo Sejahtera muncul sebagai salah satu opsi sebagai tempat menampung kebutuhan proyek Blok Masela. “Fasilitas penampungan logistik masih dikaji terlebih dulu, kan desainnya juga belum selesai. Sudah lelang untuk FEED,” ujar Dwi Soetjipto.
Menurut dia, fasilitas penampungan logistik diperlukan untuk mendukung kelancaran pembangunan proyek Blok Masela. Meski begitu SKK Migas bersama Inpex masih mengkaji potensi kelayakan tempat.
“Saat pelaksanaan proyek kan dibutuhkan sarana dan prasarana untuk menurunkan barang-barang proyek. Di sana memang ada fasillitas. Kemudian di Saumlaki misalnya, ada hanggar untuk helikopter. Itu nanti kita lihat,” ungkapnya.
Sementara itu, Wakil Kepala SKK Migas Fatar Yani Abdurrahman menyatakan, bahwa untuk menentukan basis kebutuhan logistik megaproyek Blok Masela harus mempertimbangkan jarak dan efisiensi biaya.
Sebab itu, untuk menentukan lokasi penampungan logistik harus dilakukan tender sehingga bisa dipilih mana yang paling efisien. “Seharusnya dilakukan tender dan memang selalu tender. Pertimbangannya kriteria jarak dan biaya,” kata dia.
Terkait lahan bekas fasilitas pelabuhan perikanan PT Maritim Timur Jaya milik pengusaha Tomy Winata muncul sebagai opsi sebagai tempat menampung kebutuhan proyek Blok Masela, Fatar mengaku, belum mengetahui secara pasti.
Namun pihaknya menduga ada kemungkinan perusahaan tersebut berminat mengambil peluang bisnis proyek hulu migas dengan nilai investasi ratusan triliun tersebut. Pasalnya pelabuhan tersebut juga sempat menjadi shorebase untuk kegiatan eksplorasi wilayah Papua.
“Mungkin mereka mengajukan diri, karena dulu Tual itu sempat jadi shorebase eksplorasi wilayah Papua. Mungkin kontraktornya mengusulkan ke Inpex,” kata dia.
Sebagai informasi, selain fasilitas pelabuhan di Tual opsi lain yakni menggunakan pelabuhan di Samulaki, Tanimbar. Pelabuhan di Saumlaki hanya berjarak 150 kilometer dari proyek Lapangan Abadi, Blok Masela lebih dekat dibandingkan pelabuhan Samudera Indo Sejahtera yang berjarak 500 km dari proyek. “Tentu nanti dilihat mana yang lebih efisien kira-kira dekat dengan Kilang LNG dan FSPO-nya. Kalau jarak 500 km itu ya jauh,” jelasnya.
Walaupun dikabarkan fasilitas pelabuhan perikanan di Tual, Maluku milik PT Samudera Indo Sejahtera muncul sebagai salah satu opsi sebagai tempat menampung kebutuhan proyek Blok Masela. “Fasilitas penampungan logistik masih dikaji terlebih dulu, kan desainnya juga belum selesai. Sudah lelang untuk FEED,” ujar Dwi Soetjipto.
Menurut dia, fasilitas penampungan logistik diperlukan untuk mendukung kelancaran pembangunan proyek Blok Masela. Meski begitu SKK Migas bersama Inpex masih mengkaji potensi kelayakan tempat.
“Saat pelaksanaan proyek kan dibutuhkan sarana dan prasarana untuk menurunkan barang-barang proyek. Di sana memang ada fasillitas. Kemudian di Saumlaki misalnya, ada hanggar untuk helikopter. Itu nanti kita lihat,” ungkapnya.
Sementara itu, Wakil Kepala SKK Migas Fatar Yani Abdurrahman menyatakan, bahwa untuk menentukan basis kebutuhan logistik megaproyek Blok Masela harus mempertimbangkan jarak dan efisiensi biaya.
Sebab itu, untuk menentukan lokasi penampungan logistik harus dilakukan tender sehingga bisa dipilih mana yang paling efisien. “Seharusnya dilakukan tender dan memang selalu tender. Pertimbangannya kriteria jarak dan biaya,” kata dia.
Terkait lahan bekas fasilitas pelabuhan perikanan PT Maritim Timur Jaya milik pengusaha Tomy Winata muncul sebagai opsi sebagai tempat menampung kebutuhan proyek Blok Masela, Fatar mengaku, belum mengetahui secara pasti.
Namun pihaknya menduga ada kemungkinan perusahaan tersebut berminat mengambil peluang bisnis proyek hulu migas dengan nilai investasi ratusan triliun tersebut. Pasalnya pelabuhan tersebut juga sempat menjadi shorebase untuk kegiatan eksplorasi wilayah Papua.
“Mungkin mereka mengajukan diri, karena dulu Tual itu sempat jadi shorebase eksplorasi wilayah Papua. Mungkin kontraktornya mengusulkan ke Inpex,” kata dia.
Sebagai informasi, selain fasilitas pelabuhan di Tual opsi lain yakni menggunakan pelabuhan di Samulaki, Tanimbar. Pelabuhan di Saumlaki hanya berjarak 150 kilometer dari proyek Lapangan Abadi, Blok Masela lebih dekat dibandingkan pelabuhan Samudera Indo Sejahtera yang berjarak 500 km dari proyek. “Tentu nanti dilihat mana yang lebih efisien kira-kira dekat dengan Kilang LNG dan FSPO-nya. Kalau jarak 500 km itu ya jauh,” jelasnya.
(akr)