Menengok PLTU Tanjung Jati B, Pembangkit Andalan PLN di Ujung Utara Jawa

Kamis, 21 November 2019 - 14:04 WIB
Menengok PLTU Tanjung Jati B, Pembangkit Andalan PLN di Ujung Utara Jawa
Menengok PLTU Tanjung Jati B, Pembangkit Andalan PLN di Ujung Utara Jawa
A A A
JEPARA - Di ujung paling utara pulau Jawa, tepatnya di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, berdiri Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Tanjung Jati B yang merupakan salah satu pembangkit paling diandalkan oleh PLN untuk memenuhi kebutuhan listrik sistem interkoneksi Jawa-Bali.

Hingga kuartal III/2019, PLTU berkapasitas 4 x 710 MW ini mencatatkan kesiapan produksi listrik (Equivalent Availability Factor/EAF) hingga 93,6% selama setahun, naik dari tahun lalu sebesar 89,8%.

Tak hanya itu, selama setahun tingkat tidak beroperasinya (Equivalent Forced Outage Rate/EFOR) PLTU ini hanya 1,2% atau semakin baik dari tahun lalu yang berada di angka 3,9%.

“Pembangkit ini paling produktif se-Indonesia, kemampuan produksi PLTU Tanjung Jati B di atas rata-rata kemampuan (pembangkit) lainnya,” ujar General Manager PLN Unit Induk Pembangkitan Tanjung Jati B, Rahmat Azwin di PLTU Tanjung Jati B, Jepara, Kamis (21/11/2019).

Azwin mengatakan, walaupun secara kapasitas berada di angka 10% dari kebutuhan listrik Jawa-Bali, namun secara produksi listrik PLTU Tanjung Jati B mampu berkontribusi sebesar 12%.

Tak heran jika PLTU Tanjung Jati B masih memegang peran sentral dalam sistem interkoneksi Jawa-Bali sejak pertama kali beroperasi pada tahun 2006. “Kontribusi sebesar 12% itu setara dengan kebutuhan listrik sekitar 5 juta pelanggan rumah tangga," imbuhnya.

PLTU Tanjung Jati B, Sambung Azwin, juga telah banyak meraih prestasi di level nasional maupun internasional. Di Tahun 2012, Power Magz menobatkan PLTU Tanjung Jati B sebagai 10 besar pembangkit listrik terbaik dunia. Tahun 2015, PLTU Tanjung Jati B kembali memenangi Asean Energy Awards dalam kategori pengelolaan batubara.

Di sisi pengelolaan lingkungan dan pemberdayaan masyarakat, PLTU Tanjung Jati B juga telah mendapatkan pengakuan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan berupa Proper Hijau enam kali berturut-turut sejak tahun 2013.

Keberadaan pembangkit ini diharapkan tidak hanya bermanfaat bagi masyarakat karena kontinyuitas suplai listrik, namun juga turut membantu pemerintah dalam penghematan APBN.

"Ketika pembangkit ini handal, pemerintah juga tidak terbebani oleh biaya operasional pembangkit BBM yang kita semua tahu itu disubsidi APBN, sehingga anggaran tersebut bisa digunakan untuk kepentingan nasional lainnya," pungkasnya.
(ind)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5335 seconds (0.1#10.140)