Perusahaan Energi Baru Terbarukan PT TGRA Garap 10 Proyek PLTA
A
A
A
JAKARTA - Perusahaan energi baru terbarukan, PT Terregra Asia Energy Tbk (TGRA), tengah mengerjakan proyek pembangkit listrik tenaga air (PLTA) dan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) yang ditargetkan mulai beroperasi pada 2020-2025.
“Saat ini perseroan memiliki 10 proyek terdiri dari PLTA dan PLTMH yang berbasis di Indonesia. Proyek ini terdiri dari dua proyek PLTA dan delapan proyek PLTMH. Proyek-proyek tersebut berada di Aceh dan Sumatera Utara. PLTA Teunom 2 berkapasitas 240 megawatt (MW) dan PLTA Teunom 3 dengan kapasitas 135 MW. Keduanya berlokasi di Aceh,” ujar Direktur TGRA Molin Duwanno dalam rilisnya di Jakarta, kemarin.
Menurutnya kinerja perseroan ke depan akan terus meningkat. Harapan ini seiring pembangunan proyek Independent Power Producer (IPP). Adapun proyek pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTMH) yang berlokasi di Sumatera Utara adalah Sisira dengan kapasitas 9,8 MW, Batang Toru 3 berkapasitas 10 MW, Batang Toru 4 berkapasitas 10 MW, Raisan Naga Timbul berkapasitas 7 MW, Raisan Huta Dolok berkapasitas 7 MW, Batang Toru Simasom berkapasitas 5,6 MW, Batang Toru Simataniari berkapasitas 5,6 MW, dan Simbelin 2 berkapasitas 7 MW.
Proyek Mini Hydro PLTMH Batang Toru 3 berkapasitas 10 MW akan beroperasi pada 2021. PLTMH Sisira dengan kapasitas 9,8 MW akan beroperasi pada 2021. Perseroan juga memiliki proyek solar Mobilong di Australia Selatan dengan kapasitas 5 MW dimulai konstruksi pada awal 2019 dan sudah beroperasi penuh pada 12 Juli 2019. TGRA juga memiliki empat proyek di Australia Selatan dengan kapasitas masing-masing 5 MW yang ditargetkan akan beroperasi pada 2020.
Direktur Keuangan TGRA Kho Sawilek menambahkan, perseroan membukukan laba usaha Rp1,089 miliar per September 2019 atau meningkat 154,05% dari Rp428,66 juta per September 2018. Peningkatan laba usaha ini seiring penurunan beban pokok penjualan sebesar 46,12% dari Rp21,089 miliar menjadi Rp11,363 miliar.
Hal ini mendorong laba kotor perseroan tumbuh 17,96% dari Rp7,704 miliar menjadi Rp9,088 miliar. Sementara itu, aset perseroan naik 19,19% dari Rp470,82 miliar per Desember 2018 menjadi Rp561,21 miliar per September 2019. “Peningkatan laba usaha ini terjadi di tengah pencapaian pendapatan usaha perseroan sebesar Rp20,451 miliar per September 2019,” kata dia.
“Saat ini perseroan memiliki 10 proyek terdiri dari PLTA dan PLTMH yang berbasis di Indonesia. Proyek ini terdiri dari dua proyek PLTA dan delapan proyek PLTMH. Proyek-proyek tersebut berada di Aceh dan Sumatera Utara. PLTA Teunom 2 berkapasitas 240 megawatt (MW) dan PLTA Teunom 3 dengan kapasitas 135 MW. Keduanya berlokasi di Aceh,” ujar Direktur TGRA Molin Duwanno dalam rilisnya di Jakarta, kemarin.
Menurutnya kinerja perseroan ke depan akan terus meningkat. Harapan ini seiring pembangunan proyek Independent Power Producer (IPP). Adapun proyek pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTMH) yang berlokasi di Sumatera Utara adalah Sisira dengan kapasitas 9,8 MW, Batang Toru 3 berkapasitas 10 MW, Batang Toru 4 berkapasitas 10 MW, Raisan Naga Timbul berkapasitas 7 MW, Raisan Huta Dolok berkapasitas 7 MW, Batang Toru Simasom berkapasitas 5,6 MW, Batang Toru Simataniari berkapasitas 5,6 MW, dan Simbelin 2 berkapasitas 7 MW.
Proyek Mini Hydro PLTMH Batang Toru 3 berkapasitas 10 MW akan beroperasi pada 2021. PLTMH Sisira dengan kapasitas 9,8 MW akan beroperasi pada 2021. Perseroan juga memiliki proyek solar Mobilong di Australia Selatan dengan kapasitas 5 MW dimulai konstruksi pada awal 2019 dan sudah beroperasi penuh pada 12 Juli 2019. TGRA juga memiliki empat proyek di Australia Selatan dengan kapasitas masing-masing 5 MW yang ditargetkan akan beroperasi pada 2020.
Direktur Keuangan TGRA Kho Sawilek menambahkan, perseroan membukukan laba usaha Rp1,089 miliar per September 2019 atau meningkat 154,05% dari Rp428,66 juta per September 2018. Peningkatan laba usaha ini seiring penurunan beban pokok penjualan sebesar 46,12% dari Rp21,089 miliar menjadi Rp11,363 miliar.
Hal ini mendorong laba kotor perseroan tumbuh 17,96% dari Rp7,704 miliar menjadi Rp9,088 miliar. Sementara itu, aset perseroan naik 19,19% dari Rp470,82 miliar per Desember 2018 menjadi Rp561,21 miliar per September 2019. “Peningkatan laba usaha ini terjadi di tengah pencapaian pendapatan usaha perseroan sebesar Rp20,451 miliar per September 2019,” kata dia.
(don)