Wall Street Jatuh di Akhir November, Menunggu Kesepakatan Dagang AS-China
A
A
A
NEW YORK - Pasar saham Amerika Serikat ditutup jatuh di pengujung November, Jumat (29/11/2019) waktu setempat. Pelemahan ini karena investor menunggu kesepakatan dagang Amerika Serikat dan China, yang kerap di luar ekspektasi.
Melansir dari CNBC, Sabtu (30/11/2019), indeks Dow Jones Industrial Average turun 112,59 poin atau 0,4% menjadi 28.051,41. Indeks S&P 500 tergelincir 0,4% menjadi 3.140,98, sementara Nasdaq turun 0,5% menjadi 8.665,47.
Meski perdagangan Jumat akhir November ditutup melemah, namun secara bulanan, Wall Street mencatat kenaikan tertinggi sejak Juni. Secara keseluruhan di November, Wall Street mencatat kenaikan bulanan tertinggi sejak Juni 2019. Indeks S&P 500 naik 3,4%, Dow Jones untung 3,7%, dan Nasdaq menguat 4,5% selama bulan ini.
"Pasar saham mengalami sedikit konsolidasi. Karena pasar memiliki keuntungan memasuki bulan Desember, dengan adanya panen dari belanja online dan reposisi pajak," ujar Ben Phillips, kepala investasi di EventShares.
Namun, Ben mengatakan, hal itu tidak akan mengubah pandangan jangka panjang karena masih adanya konflik perdagangan yang memberi rasa sakit bagi perekonomian.
Sebelumnya, Wall Street optimis soal seputar negosiasi perdagangan AS dan China. Dimana Presiden AS Donald Trump membuka ruang untuk mencapai kesepakatan perdagangan "fase pertama" dengan China. Namun hal tersebut mendapat pukulan, setelah Trump meneken dua undang-undang yang mendukung para pemrotes di Hong Kong.
Kementerian Luar Negeri China lantas kecewa dengan Trump yang menandatangani undang-undang tersebut. Juru bicara Kementerian Luar Negeri China mengatakan pada Jumat lalu, bahwa negaranya akan melakukan "langkah balasan" terhadap AS.
Hal tersebut menambah kekhawatiran investor soal negosiasi perdagangan kedua negara menjelang batas waktu 15 Desember, untuk putaran baru tarif AS untuk barang-barang China. "Sekarang semua mata fokus pada kemajuan perdagangan fase pertama dan potensi balasan dari China atas dukungan Trump terhadap pemrotes Hong Kong," ujar Gregory Faranello, kepala perdagangan suku bunga di AmeriVet Securities.
Melansir dari CNBC, Sabtu (30/11/2019), indeks Dow Jones Industrial Average turun 112,59 poin atau 0,4% menjadi 28.051,41. Indeks S&P 500 tergelincir 0,4% menjadi 3.140,98, sementara Nasdaq turun 0,5% menjadi 8.665,47.
Meski perdagangan Jumat akhir November ditutup melemah, namun secara bulanan, Wall Street mencatat kenaikan tertinggi sejak Juni. Secara keseluruhan di November, Wall Street mencatat kenaikan bulanan tertinggi sejak Juni 2019. Indeks S&P 500 naik 3,4%, Dow Jones untung 3,7%, dan Nasdaq menguat 4,5% selama bulan ini.
"Pasar saham mengalami sedikit konsolidasi. Karena pasar memiliki keuntungan memasuki bulan Desember, dengan adanya panen dari belanja online dan reposisi pajak," ujar Ben Phillips, kepala investasi di EventShares.
Namun, Ben mengatakan, hal itu tidak akan mengubah pandangan jangka panjang karena masih adanya konflik perdagangan yang memberi rasa sakit bagi perekonomian.
Sebelumnya, Wall Street optimis soal seputar negosiasi perdagangan AS dan China. Dimana Presiden AS Donald Trump membuka ruang untuk mencapai kesepakatan perdagangan "fase pertama" dengan China. Namun hal tersebut mendapat pukulan, setelah Trump meneken dua undang-undang yang mendukung para pemrotes di Hong Kong.
Kementerian Luar Negeri China lantas kecewa dengan Trump yang menandatangani undang-undang tersebut. Juru bicara Kementerian Luar Negeri China mengatakan pada Jumat lalu, bahwa negaranya akan melakukan "langkah balasan" terhadap AS.
Hal tersebut menambah kekhawatiran investor soal negosiasi perdagangan kedua negara menjelang batas waktu 15 Desember, untuk putaran baru tarif AS untuk barang-barang China. "Sekarang semua mata fokus pada kemajuan perdagangan fase pertama dan potensi balasan dari China atas dukungan Trump terhadap pemrotes Hong Kong," ujar Gregory Faranello, kepala perdagangan suku bunga di AmeriVet Securities.
(ven)