Pergolakan Negosiasi Dagang AS-China Akan Sangat Pengaruhi IHSG

Minggu, 01 Desember 2019 - 16:01 WIB
Pergolakan Negosiasi...
Pergolakan Negosiasi Dagang AS-China Akan Sangat Pengaruhi IHSG
A A A
JAKARTA - Analis menilai pasar masih terus menanti ujung dari negosiasi perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan China yang telah memasuki tahap akhir. Seperti diketahui, awal pekan lalu Presiden AS Donald Trump mengatakan, Washington dan Beijing saat ini tengah berada dalam "pergolakan akhir" perundingan untuk mengamankan kesepakatan perdagangan antara kedua negara.

Di bagian lain, Trump juga menyatakan dukungan pemerintahannya bagi demonstran di Hong Kong yang tengah menjadi masalah yang sangat sulit bagi pemerintah China saat ini. Sentimen-sentimen tersebut diyakini akan sangat memengaruhi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di bursa dalam negeri pada pekan depan.

"Masih negatifnya berita global dan regional ditambah beberapa kasus di dalam negeri membuat kami menurunkan target IHSG di akhir tahun ke level 6.220. IHSG masih berpeluang turun, test level 5.524 dalam beberapa pekan ke depan," ujar Direktur PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee kepada SINDOnews di Jakarta, Minggu (1/12/2019).

Hans memperkirakan, IHSG pekan depan akan bergerak di level support 5.939 sampai 5.767 dan resistance di level 6.100 sampai 6.200. Ia pun merekomendasikan sell on strenght (SOS) kepada investor ketika pasar menguat dan melakukan pembelian apabila terjadi koreksi dalam di pasar.

Dari dalam negeri, lanjut dia, pembubaran sejumlah produk reksadana terbukti menekan kinerja IHSG, dimana di awal pekan ditengah optimisme negosiasi perang dagang AS China IHSG mengalami tekanan turun. Senin, Selasa dan Rabu Dow membuat rekor kenaikan baru, tetapi IHSG tertekan akibat aksi jual reksadana yang dibubarkan. Terbukti beberapa saham blue chip yang ada di dalam list produk yang dibubarkan mengalami tekanan jual selama sepekan.

"Semoga tidak terjadi aksi panik jual akibat kerugian. Kami masih memantau aksi OJK, yang bila konsisten dengan keputusannya mungkin masih akan membubarkan beberapa produk reksadana akibat janji return. Hal ini masih akan memberikan tekanan jual pada pasar saham," jelas Hans.

Hans menambahkan, saat ini pasar punya harapan besar akan negosiasi yang lancar antara China dan AS. Pasar menjadi khawatir karena semakin dekatnya tenggat waktu Washington untuk mengenakan tarif yang lebih besar pada barang-barang China pada 15 Desember nanti. Bila tidak terjadi kesepakatan dan terjadi kenaikan tarif, tegas dia, maka pasar pasti akan merespons dengan negatif.

Di bagian lain, sambung Hans, masalah dukungan AS untuk demonstrasi di Hong Kong masih akan menjadi perhatian pelaku pasar pekan depan. "Kita ketahui bersama pekan ini Presiden Donald Trump telah menandatangani dua undang-undang yang mendukung para demonstran di Hong Kong. Hal ini telah memicu kemarahan China dimana Kementerian Luar Negeri China kemudian mengecam, dan mengancam akan membalas tindakan tersebut. Situasi ini diperkirakan dapat merusak harapan akan tercapainya kesepakatan dagang fase pertama AS-China," jelasnya.

Dampak dan balasan dari China atas kebijakan AS akan menjadi perhatian pasar pada pekan depan, apakah peristiwa ini dapat menganggu kesepakatan fase pertama kedua negara. Ekspektasi dari pelaku pasar saat ini adalah hal ini tidak akan menanggu kesepakatan kedua negara. Bila terjadi sebaliknya maka pelaku pasar harus bersiap menghadapi sell off.

Lebih jauh, Hans menjelaskan bahwa data ekonomi AS yang keluar pekan ini cukup baik dimana data pesanan barang tahan lama naik 0,6% pada Oktober, jauh melebihi ekspektasi penurunan 0,8%. Data klaim pengangguran mingguan turun menjadi 213.000 dari 227.000. Pertumbuhan PDB kuartal ketiga direvisi menjadi 2,1%, dari rilis sebelumnya sebesar 1,9%. Ringkasan kondisi ekonomi Federal Reserve - Beige Book - menunjukkan ekonomi AS berkembang secara moderat antara Oktober dan pertengahan November.

"Rilis data defisit perdagangan barang AS menunjukkan penurunan tajam pada Oktober karena ekspor dan impor menurun. Data ekonomi yang baik ini semakin menenggelamkan harapan penurunan bunga Fed di akhir tahun. Tetapi the Fed diperkirakan akan mempertahankan suku bunga rendah," terang Hans.

Ia memperkirakan pasar juga masih akan memantau proses pemakzulan terhadap Trump. Kesaksian Gordon Sondland, Duta Besar AS untuk Uni Eropa mengatakan Presiden mengarahkan pengacara pribadinya Rudy Giuliani untuk mengejar "quid pro quo" dengan Ukraina.

Di luar itu, pemilu di Inggris menurutnya juga akan menjadi perhatian pasar. Jajak pendapat di Inggris menjelang pemilu 12 Desember yang menunjukkan bahwa Perdana Menteri Boris Johnson berada di jalur kemenangan dan mendapat dukungan mayoritas di Parlemen.
(fjo)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1049 seconds (0.1#10.140)