Gelar Entrepreneur Week, UNTAR Angkat Kekayaan Produk Lokal Indonesia
A
A
A
JAKARTA - Universitas Tarumanagara (UNTAR) kembali menggelar Entrepreneur Week ke-14. Ajang untuk menciptakan para entrepreneur muda ini mendorong para mahasiswa untuk mengeluarkan ide kreatif mereka menjadi sebuah produk usaha dengan mengangkat kekayaan produk local.
Rektor UNTAR Agustinus Purna Irawan menyambut gembira ajang tahun ini yang mengambil tema Milennials Empowerment for Sustainable Entrepreneurship sehingga bisa memberikan manfat, khususnya dibidang kewirausahaan bagi mahasiswa dan masyarakat luas. “Ini adalah kontribusi nyata kita bagi pengembangan kewirausahaan yang harus terus berkembang,” katanya saat memberi sambutan.
Dia berharap, melalui ajang tahunan seperti ini maka kualitas produk yang dihasilkan mahasiswa akan semakin bertambah inovatif. Lalu tidak hanya berhenti di pameran ini, katanya, namun bisa berkembang menjadi lahan bisnis baru yang bisa dirambah oleh mahasiswa baik sebelum lulus atau setelah lulus.
Dia mencontohkan, instalasi hidroponik yang dihasilkan mahasiswa di Entrepreneur Week tahun 2018 lalu telah mendapatkan investor sehingga siap diproduksi massal. Entrepreneur Week tahun ini fokus pada kekayaan produk local. Hal ini terwujud dari produk usaha yang dimunculkan seperti Jajalen yang menjual olahan jamu, Louchips (keripik akar teratai), Furucha (pudding lohanko), Ngunjuk (minuman dengan boba dari ubi dan kacang ijo), Crackerlicious (snack rengginang) dan masih banyak lagi.
Agustinus mengatakan, Indonesia memiliki potensi local yang belum tergarap dengan baik. Sementara makin banyak produk dari luar negeri yang semakin digemari oleh anak-anak milenial.
Menurutnya kondisi ini sah-sah saja. Akan tetapi sebagai bagian dari nasionalisme maka produk local harus dibangkitkan agar bisa bersaing dengan produk luar negeri. ‘’Membangkitkan nasionalisasi perekonomian berbasis potensi local. Dengan berbasis kemampuan diri sendiri sehingga kita tidak tergantung pada produk luar,” ujarnya.
Kampus Untar yang dibangun diatas nilai kewirausahaan inipun berusaha mengggabungkan kombinasi pembelajaran berbasis kemampuan internasional dan juga pengembangan potensi local. Hal inilah yang menuntut para dosen, katanya, untuk mengkreasikan materi ajar dengan produk local yang harus diangkat.
"Ini mendukung Pak Menteri (Mendikbud), merdeka untuk belajar, merdeka sebagai guru, merdeka sebagai dosen. Mari kita merdeka untuk menciptakan sesuatu untuk masyarakat luas yang sesuai kebutuhan industry semacam ini," ujarnya.
Dekan Fakultas Ekonomi Untar Sawiji mengatakan, setiap tahun tema yang diangkat memang tematik. Tahun ini mengangkat produk local dengan harapan bisa membangkitkan semangat anak Indonesia untuk mencintai kekayaannya sendiri.
Lebih lanjut Ia mengaku sangat bangga ketika mahasiswanya menciptakan inovasi dari produk lokal itu seperti boba yang saat ini lagi trend mereka ganti bahan bakunya dengan ubi dan kacang hijau. Lalu Jajalen yang menjual jamu dengan konsep fushion. ‘’Kita mencoba untuk membangkitkan semangat anak indonesia. Tetapi tak menutup kemungkinan untuk inovasi. Supaya produk asal kita itu bisa merajai didalam negeri,” jelasnya.
Rektor UNTAR Agustinus Purna Irawan menyambut gembira ajang tahun ini yang mengambil tema Milennials Empowerment for Sustainable Entrepreneurship sehingga bisa memberikan manfat, khususnya dibidang kewirausahaan bagi mahasiswa dan masyarakat luas. “Ini adalah kontribusi nyata kita bagi pengembangan kewirausahaan yang harus terus berkembang,” katanya saat memberi sambutan.
Dia berharap, melalui ajang tahunan seperti ini maka kualitas produk yang dihasilkan mahasiswa akan semakin bertambah inovatif. Lalu tidak hanya berhenti di pameran ini, katanya, namun bisa berkembang menjadi lahan bisnis baru yang bisa dirambah oleh mahasiswa baik sebelum lulus atau setelah lulus.
Dia mencontohkan, instalasi hidroponik yang dihasilkan mahasiswa di Entrepreneur Week tahun 2018 lalu telah mendapatkan investor sehingga siap diproduksi massal. Entrepreneur Week tahun ini fokus pada kekayaan produk local. Hal ini terwujud dari produk usaha yang dimunculkan seperti Jajalen yang menjual olahan jamu, Louchips (keripik akar teratai), Furucha (pudding lohanko), Ngunjuk (minuman dengan boba dari ubi dan kacang ijo), Crackerlicious (snack rengginang) dan masih banyak lagi.
Agustinus mengatakan, Indonesia memiliki potensi local yang belum tergarap dengan baik. Sementara makin banyak produk dari luar negeri yang semakin digemari oleh anak-anak milenial.
Menurutnya kondisi ini sah-sah saja. Akan tetapi sebagai bagian dari nasionalisme maka produk local harus dibangkitkan agar bisa bersaing dengan produk luar negeri. ‘’Membangkitkan nasionalisasi perekonomian berbasis potensi local. Dengan berbasis kemampuan diri sendiri sehingga kita tidak tergantung pada produk luar,” ujarnya.
Kampus Untar yang dibangun diatas nilai kewirausahaan inipun berusaha mengggabungkan kombinasi pembelajaran berbasis kemampuan internasional dan juga pengembangan potensi local. Hal inilah yang menuntut para dosen, katanya, untuk mengkreasikan materi ajar dengan produk local yang harus diangkat.
"Ini mendukung Pak Menteri (Mendikbud), merdeka untuk belajar, merdeka sebagai guru, merdeka sebagai dosen. Mari kita merdeka untuk menciptakan sesuatu untuk masyarakat luas yang sesuai kebutuhan industry semacam ini," ujarnya.
Dekan Fakultas Ekonomi Untar Sawiji mengatakan, setiap tahun tema yang diangkat memang tematik. Tahun ini mengangkat produk local dengan harapan bisa membangkitkan semangat anak Indonesia untuk mencintai kekayaannya sendiri.
Lebih lanjut Ia mengaku sangat bangga ketika mahasiswanya menciptakan inovasi dari produk lokal itu seperti boba yang saat ini lagi trend mereka ganti bahan bakunya dengan ubi dan kacang hijau. Lalu Jajalen yang menjual jamu dengan konsep fushion. ‘’Kita mencoba untuk membangkitkan semangat anak indonesia. Tetapi tak menutup kemungkinan untuk inovasi. Supaya produk asal kita itu bisa merajai didalam negeri,” jelasnya.
(akr)