Bukalapak Tiru Alphabet dan Alibaba dalam Suksesi Kepemimpinan
A
A
A
JAKARTA - Tren suksesi kepemimpinan tengah marak dilakukan oleh berbagai perusahaan teknologi informasi (TI) dunia. Baru-baru ini, suksesi dilakukan Alibaba dan disusul Alphabet yang mengubah komposisi kepemimpinan di level C-Suite.
Di Indonesia, tren yang sama juga terjadi dengan suksesi kepemimpinan di Gojek yang kemudian disusul Bukalapak yang baru saja diumumkan pada Senin (9/12) lalu.
Mengacu pada suksesi di Alphabet dan Alibaba, sepeninggal pemimpin sebelumnya, kedua perusahaan tersebut terus tumbuh tanpa terganggu. Transisi kepemimpinan Alibaba dan Alphabet yang berjalan mulus disebut dapat terjadi karena manajemennya solid.
"Kedua perusahaan tersebut telah berhasil melakukan scale-up, meningkatkan efisiensi, dan menghasilkan keuntungan. Visi yang dimiliki kedua perusahaan itu sangat jelas dan dieksekusi dengan sangat baik. Mereka juga tidak tergantung pada figur, tetapi pada kepemimpinan manajerial yang profesional," ungkap Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi dalam keterangan tertulis, Rabu (11/12/2019).
Selain itu, rekam jejak positif dan manfaat nyata bagi publik juga menjadi faktor pendukung. Dengan kepercayaan penuh, publik meyakini bahwa apapun yang dilakukan Alibaba dan Alphabet akan berhasil. Tak heran jika valuasi mereka terus naik meski telah berganti kepemimpinan.
Demikian juga yang dialami oleh Bukalapak yang telah mengumumkan pergantian Chief Executive Officer (CEO) dari co-founder Achmad Zaky menjadi Rachmat Kaimuddin. Rachmat Kaimuddin sebelumnya menjabat sebagai Direktur Keuangan dan Perencanaan PT Bank Bukopin Tbk dan sebelumnya sebagai Komisaris di bank yang sama. Sebelum berkarir di Bukopin, Rachmat juga pernah menjabat sebagai CFO di PT Bosowa Corporindo, Vice Presiden di Baring Private Equity Asia dan Boston Consulting Group.
Heru Sutadi berpendapat, pergantian kepemimpinan Bukalapak berjalan mulus dan relatif tanpa gejolak. "Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan itu telah memiliki visi ke depan dan mampu membangun manajemen yang solid dan meningkatkan profesionalitas," ujarnya.
Heru mengatakan, pengelolaan manajemen yang bagus, perombakan struktur kepemimpinan, dan fokus pada capaian keuangan merupakan target yang harus dicapai startup Indonesia dalam waktu dekat. Tanpa kemampuan menghasilkan keuntungan bisnis yang nyata, startup terancam gulung tikar.
Terlepas dari begitu bergairahnya modal mengalir ke startup-startup yang menjamur di berbagai negara, pada akhirnya binis adalah soal mencari keuntungan. "Pada satu titik modal akan berhenti mengalir jika startup tersebut gagal menghasilkan keuntungan. Itu menjadi tantangan Bukalapak terbesar saat ini," ujarnya.
Di Indonesia, tren yang sama juga terjadi dengan suksesi kepemimpinan di Gojek yang kemudian disusul Bukalapak yang baru saja diumumkan pada Senin (9/12) lalu.
Mengacu pada suksesi di Alphabet dan Alibaba, sepeninggal pemimpin sebelumnya, kedua perusahaan tersebut terus tumbuh tanpa terganggu. Transisi kepemimpinan Alibaba dan Alphabet yang berjalan mulus disebut dapat terjadi karena manajemennya solid.
"Kedua perusahaan tersebut telah berhasil melakukan scale-up, meningkatkan efisiensi, dan menghasilkan keuntungan. Visi yang dimiliki kedua perusahaan itu sangat jelas dan dieksekusi dengan sangat baik. Mereka juga tidak tergantung pada figur, tetapi pada kepemimpinan manajerial yang profesional," ungkap Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi dalam keterangan tertulis, Rabu (11/12/2019).
Selain itu, rekam jejak positif dan manfaat nyata bagi publik juga menjadi faktor pendukung. Dengan kepercayaan penuh, publik meyakini bahwa apapun yang dilakukan Alibaba dan Alphabet akan berhasil. Tak heran jika valuasi mereka terus naik meski telah berganti kepemimpinan.
Demikian juga yang dialami oleh Bukalapak yang telah mengumumkan pergantian Chief Executive Officer (CEO) dari co-founder Achmad Zaky menjadi Rachmat Kaimuddin. Rachmat Kaimuddin sebelumnya menjabat sebagai Direktur Keuangan dan Perencanaan PT Bank Bukopin Tbk dan sebelumnya sebagai Komisaris di bank yang sama. Sebelum berkarir di Bukopin, Rachmat juga pernah menjabat sebagai CFO di PT Bosowa Corporindo, Vice Presiden di Baring Private Equity Asia dan Boston Consulting Group.
Heru Sutadi berpendapat, pergantian kepemimpinan Bukalapak berjalan mulus dan relatif tanpa gejolak. "Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan itu telah memiliki visi ke depan dan mampu membangun manajemen yang solid dan meningkatkan profesionalitas," ujarnya.
Heru mengatakan, pengelolaan manajemen yang bagus, perombakan struktur kepemimpinan, dan fokus pada capaian keuangan merupakan target yang harus dicapai startup Indonesia dalam waktu dekat. Tanpa kemampuan menghasilkan keuntungan bisnis yang nyata, startup terancam gulung tikar.
Terlepas dari begitu bergairahnya modal mengalir ke startup-startup yang menjamur di berbagai negara, pada akhirnya binis adalah soal mencari keuntungan. "Pada satu titik modal akan berhenti mengalir jika startup tersebut gagal menghasilkan keuntungan. Itu menjadi tantangan Bukalapak terbesar saat ini," ujarnya.
(fjo)